Chapter 9

749 74 2
                                    

.
.
.

Leona hanya tersenyum dengan sinis. "Kau bisa mencari bukti sebanyak yang kau mau, tapi percayalah, aku telah merencanakan segalanya dengan cermat. Kau tidak akan bisa menghentikanku."

Elaine menarik nafas dalam-dalam, mencoba menahan amarahnya. "Apa pun yang kau lakukan, kebenaran akan terungkap suatu saat nanti. Dan saat itu, kau akan menghadapi konsekuensinya."

Leona hanya menggelengkan kepala seolah menganggap remeh ancaman Elaine. Dia pun melangkah menjauh dari balkon, meninggalkan Elaine sendirian dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih menghantui pikirannya.

.
.
.

Happy Reading

.
.
.

“Caine...,” suara itu terus memanggil, semakin nyata dan mendesak. Caine membuka matanya, melihat hamparan hijau penuh bunga serta pemandangan yang menakjubkan.

Angin sepoi-sepoi berhembus, menggoyangkan rumput dan bunga, menciptakan gelombang hijau dan warna-warni yang bergerak perlahan.

Aroma harum dari bunga-bunga menyebar di udara, memberikan perasaan damai dan tenang.

Namun, ketenangan itu segera terusik oleh kemunculan sebuah portal biru yang berputar dengan tenang di hadapannya.

Dari dalam portal tersebut, keluar sosok kucing putih yang persis seperti Molly. Kucing itu menatapnya dengan mata yang penuh arti, seakan-akan menyampaikan pesan penting.

“Molly? Apakah itu benar-benar kamu?” tanya Caine, suaranya bergetar antara kebingungan dan harapan.

Kucing putih itu mendekat, matanya yang bersinar biru menatap langsung ke mata Caine. “Ya, Caine. Ini aku, Molly. Aku datang untuk membantumu.”

Caine terdiam, berusaha mencerna kejadian aneh ini. “Di mana aku? Apa yang terjadi?”.

Molly mengusapkan ekornya dengan lembut ke kaki Caine, seolah memberikan rasa nyaman. “Kamu berada di antara dunia, tempat di mana pikiran dan jiwa berkumpul. Jiwamu terlepas dari ragamu dan membawamu ke tempat ini. Aku akan menunjukkan keadaan ragamu sekarang.”

Tak lama, portal tersebut memunculkan sebuah gambar. Di sana, Caine terlihat terbaring lemah di ranjang kerajaan, dengan Rion yang setia menggenggam tangannya, berharap ia akan segera bangun. “Sudah satu minggu berlalu sejak kau tak sadarkan diri. Semua orang menunggumu, Caine. Rion, anak-anak, mereka semua menunggumu.”

Setelahnya, portal tersebut menampilkan beberapa gambaran bagaimana Rion dan anak-anak menjalani hari-hari mereka tanpa Caine. Tak sadar, cairan bening menetes dari matanya.

“Aku di sini untuk menuntunmu kembali, membawa jiwamu kembali lagi ke ragamu,” lanjut Molly.

Caine mengangguk, meski hatinya masih dipenuhi kebingungan. “Bagaimana caranya? Apa yang harus aku lakukan?”.

Molly melompat ringan ke pangkuan Caine, memberikan sentuhan hangat yang menenangkan. “Ikuti aku melalui portal ini. Di sisi lain, kamu akan menemukan kekuatan dan petunjuk yang kamu butuhkan untuk mengalahkan ancaman yang menunggu. Jangan takut, Caine. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira.”

Molly mengangguk, dan dengan lembut, ia mulai berjalan menuju portal biru yang berputar. Caine mengikutinya, langkah demi langkah, merasakan tekadnya semakin kuat. Saat mereka mendekati portal, cahaya biru semakin terang, menyelimuti mereka dalam kehangatan dan harapan.

“Lepaskan segala keraguan dan takutmu, Caine. Percayalah pada cinta yang mengikatmu dengan keluargamu,” kata Molly sebelum melangkah masuk ke dalam portal.

𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang