Kepakan sayap sepanjang tiga meter dengan bulu halus berwarna seputih susu terlihat dari seekor pegasus. Tubuh seperti seekor kuda namun memiliki sayap juga tanduk di atas kepalanya, merupakan makhluk yang saat ini tengah membawa seorang dewa besar di balik punggungnya.
Pegasus itu terbang membawa sang dewa menuju ke tempat yang harus dia datangi untuk menyeret kembali saudaranya yang sedikit ceroboh.
Arseuz berhenti tepat di depan istana Helion Halls, tempat yang menurutnya begitu indah karena terdapat banyaknya taman dan entah bagaimana dirinya begitu yakin kalau dikala gelap malam tiba, maka tempat ini akan berkali lipat lebih indah.
Rumput hijau lembut terbentang seolah menyambut kedatangan tamu agung yang baru saja menginjakkan kakinya.
Dua orang penjaga dengan hiasan ornamen manik bulan dan bintang terlihat membungkuk penuh hormat pada Arseuz.
Tanpa kata keduanya segera menuntun Arseuz masuk ke dalam Helion Halls, dan berhenti di sebuah pura yang berhiaskan simbol bulan serta bintang di atas langit-langit atapnya.
Sosok cantik dengan rambut putih panjang warna bulan purnama dan gaun berwarna senja. Serta mengenakan hiasan kepala berlapis perak halus yang dirangkai berlian. Diiringi alunan musik yang berasal dari setiap langkah sosok itu, membuat Arseuz membalikkan tubuhnya dan memperhatikan sosok yang bergerak menuju ke arahnya.
Mata secerah langit biru terbingkai sempurna di wajah dengan simbol kuno bulan sabit di kedua sisi bawah mata cantik tersebut.
Bibir tipis berwarna seperti buah persik itu terlihat terbuka.
" Arseuz." suara lembut merdu mengalun indah di telinga dewa muda tersebut
Pikirannya sesaat melayang ke perkataan saudaranya beberapa waktu yang lalu dan sekarang dirinya harus meyakini kalau apa yang coba diperingatkan Patseidon memang harus dia pertimbangkan.
Wajah sempurna melebihi dewa dewi lainnya yang pernah Arseuz ketahui, membuatnya hanya terdiam hingga suara seseorang yang memanggilnya kembali menarik atensi kesadarannya.
" Ar?" panggil seseorang yang menjadi alasan Arseuz harus rela terbang begitu jauh dari Mount Theos hingga ke Helion Halls hanya untuk sosok yang sekarang mendekat padanya
Arseuz kembali pada kenyataan.
" Apa yang kau lakukan disini?" suara bariton Arseuz masih nampak tenang
" Aku akan menikah dengan Eunyx." suara Archtrite sedikit bersemangat membicarakan pernikahannya yang mungkin akan segera terlaksana, mengingat bulan purnama sebentar lagi akan tiba
" Kau sadar apa yang kau katakan?" suara bariton itu mulai sedikit terdengar menahan geraman kekesalan
" Tentu." seru Archtrite menanggapi pertanyaan saudaranya
" Kembali denganku!" Arseuz tak ingin lagi membuang waktunya, dewa besar itu ingin segera mengakhiri perdebatan bersama saudaranya di wilayah asing
Tangan kokohnya menarik tubuh dewa muda lainnya yang meskipun enggan mengikutinya namun melihat wajah saudara tertuanya yang sedikit berkerut menahan amarah, membuat Archtrite tak ada pilihan lain selain menurut.
Kedua dewa muda itu sepertinya melupakan dimana keduanya sedang berada saat ini. Hingga pura tinggi dengan warna putih terang itu kini mulai membangun tembok yang tinggi dengan sendirinya.
Dinding yang tiba-tiba muncul hingga kini menutup total seluruh akses untuk keluar maupun masuk, membuat langkah Arseuz dan Archtrite terhenti.
" Sepertinya kau lupa dimana ini dewa Arseuz," alunan musik dari setiap langkah kaki Eunyx berjalan perlahan berdiri di salah satu dinding pura
" Aku tak suka milikku diusik," tambah sosok itu yang kini duduk di sebuah bangku yang juga secara tiba-tiba muncul dikala Eunyx mulai memposisikan diri untuk mengistirahatkan tubuhnya
" Dia saudaraku. Aku meminta maaf atas kecerobohannya yang memutuskan untuk mengusikmu," Arseuz pernah diingatkan oleh ayahnya dahulu bahwa ada dewa primodial yang tak akan bisa dia tangani atau dia hadapi karena mereka merupakan entitas yang jauh lebih tua keberadaannya diantara para dewa. Dan dewa muda itu yakin kalau salah satunya merupakan sosok yang sedang duduk sambil menatapnya
Tatapan mata itu begitu jernih dan Arseuz tak tahu apa yang ada dalam arti tatapan mata tersebut.
" Aku tak suka mengulang ucapanku Arseuz. Kau boleh membawanya kali ini, tapi.." sosok itu beranjak dari duduknya, salah satu tangan penuh simbol kuno terangkat dan dinding kokoh yang baru saja terbentuk itu kini runtuh dengan sendirinya
" Dia akan datang dengan sendirinya kembali padaku. Dan saat itu tiba, Aku tak akan mengijinkanmu menginjak kediamanku ini dengan mudah." aroma harum semerbak bunga lavender juga bunga mawar tercium di indera dua dewa muda tersebut
Arseuz menatap kepergian Eunyx tanpa berbalik, bau harum yang sempat memabukkan itu juga secara perlahan menghilang.
Dua penjaga Helion Halls bahkan sudah berdiri di hadapan Arseuz juga Archtrite, membungkuk sejenak dan kembali berjalan mengantarkan dua dewa muda itu untuk meninggalkan Helion Halls dengan tenang.
.....
Patseidon menunggu dengan gusar kedatangan Arseuz. Apakah saudaranya itu berhasil membawa pulang Archtrite atau tidak, semua pertanyaan itu terus mengganggunya hingga dewa laut itu terlihat berjalan mondar mandir tak menentu.
Senyum tipis kemudian terhias di wajah sang dewa laut melihat kedatangan Arseuz dan Archtrite secara bersamaan.
" Ar.. Arch.."
" Kau lihat saudaramu itu, Dia selalu saja berbuat seenaknya sampai harus berurusan dengan Eunyx. Apa kau sudah gila?" rasa kesal dan amarah yang sejak lalu tertahan kini mulai keluar tanpa bisa dibendung
" Aku jatuh cinta Ar. Dia begitu indah. Dia bahkan lebih indah dari semua keindahan yang pernah kulihat, juga dia lebih memabukkan dari semua minuman yang pernah kucoba." Archtrite kembali mengingat bagaimana perjumpaannya dengan sang dewa penguasa malam
Archtrite yang memang suka sekali berpesta, kala itu baru saja mengadakan pesta di tempat saudaranya Phades. Tempat yang panas untuk menggelar suatu pesta, hingga tanpa sengaja disaat dirinya akan kembali ke Mount Theos, matanya menangkap sosok yang terbang dengan anggunnya di atas larva panas membara.
Sosok dengan sayap hitam gemilapnya nampak bersinar dan mempesona dalam pandangan dewa muda tersebut.
Rasa penasaran yang begitu tinggi membuat Archtrite justru terus mengikuti kemana langkah sosok itu berjalan pergi menjauh.
Sekali lagi dewa pesta itu dibuat tercengang dengan keindahan yang dia lihat. Sosok yang saat ini berjalan di gelapnya malam itu nampak bersinar dengan beberapa bintang mengikuti setiap langkah kaki sosok tersebut. Suara kerang yang terikat di pergelangan kakinya bahkan mampu menghasilkan alunan musik yang mendayu merdu seperti alat musik harpa yang sedang dimainkan.
Hingga sosok itu berhenti karena menyadari kehadiran lain yang terus saja mengikutinya dari belakang, mata hitam higliht biru terang itu bersinar menatapnya.
Dan saat itulah Archtrite merasa semua yang ada di alam semesta ini tak ada bandingannya dengan sosok yang sedang menatapnya. Dewa muda itu sudah jatuh dalam jerat pesona kecantikan malam yang begitu menyesatkannya.
Langkah kakinya berjalan menuju ke hadapan sosok yang masih terus menatapnya dalam diam.
" Jadikan aku milikmu."
tbc
ini yg terakhir up malam ini😌
KAMU SEDANG MEMBACA
δεσμός
FanfictionDon't Blame Fate That Bind Us... Story ini mengusung tema latar mitologi yunani kuno, namun isinya sama sekali tak berkaitan dengan mitologi yunani kuno tersebut. Diharapkan kebijaksanaan pembaca ketika membaca hasil karangan author yang gaje ini😌 ...