11

25 6 4
                                    

Arseuz menunggu di setiap malam yang dia lewati dengan perasaan penuh harap akan kehadiran sosok yang selalu menyita pikirannya. Sosok itu sudah satu minggu tak kunjung datang menemuinya. Rasa pesimis dalam diri Arseuz mulai mencuat, apakah Eunyx hanya menghiburnya saja dan tak benar memberikan dirinya kesempatan untuk menjadikan dirinya menjadi milik sang penguasa malam tersebut.

Apa yang membuatnya berbeda dengan saudaranya Archrtrite, padahal secara rupa mereka tak jauh berbeda. Bahkan Arseuz merasa lebih unggul dibanding saudaranya yang lain. Lalu kenapa Eunyx seolah tak tertarik kepadanya. Apa semua ini karena saudaranya. Atau kejadian di masa lalu yang baru saja terlewati dan mengakibatkan dewa muda itu terkena hukuman di dunia manusia.

Arseuz semakin gelisah karena tak ada yang bisa dia lakukan untuk menemukan kepastian bagi dirinya. Kekuatannya sedang ditangguhkan, tak ada lagi yang bisa dia lakukan selain bertahan menunggu harapan semu.

Malam yang sunyi membawa angin segar, berhembus ke tempat sang dewa yang tengah dalam masa hukumannya. Kepala pemuda tampan itu menoleh mengikuti arah angin yang baru saja dia rasakan menyapa dirinya.

Hingga dari jauh, dirinya bisa melihat sosok yang tengah dinantinya berjalan diiringi cahaya rembulan yang menyorotnya langsung juga ribuan bintang kecil yang mengikuti di setiap langkahnya.

Sosok sempurna di tengah gelapnya malam.




" Kau menungguku?" Suara lembut itu memecah lamunan Arseuz

" Ya. Aku selalu menunggumu. Cup," Arseuz mengecup punggung tangan halus Eunyx




Aroma semerbak bunga bercampur sesuatu yang sejuk dan basah begitu jelas di indera penciuman Arseuz. Dewa dalam wujud manusia itu tak bisa menyingkirkan hasratnya untuk terus menghirup aroma yang baru saja dia rasakan. Dan menginginkan itu hanya menjadi miliknya.

Eunyx membalas senyum Arseuz dan mengikuti langkah pemuda yang menuntunnya menuju ke sebuah tumpukan jerami, yang tadi menjadi tempat Arseuz melakukan ritual melamunnya.




" Butuh waktu yang sedikit lama untukmu menemuiku, apa Archtrite menahanmu?"



Eunyx hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Arseuz.




" Apa kau tak ingin menjawabnya?"

" Bukan, Aku berada di Tartarus. Aku bahkan belum menginjakkan kakiku ke Helion Halls, apa aku harus kesana sekarang?" Goda Eunyx yang tahu betul kalau sifat manusia memang mudah sekali untuk ditebak. Dan saat ini Arseuz sedang merasa cemburu padanya

" Tidak. Kau sudah disini. Jadi ini waktuku untuk bersamamu." Arseuz tak ingin lagi bertanya




Pemuda itu tahu kalau Tartarus merupakan tempat sang penguasa malam itu tinggal, sama seperti Mount Theos. Jadi Arseuz tak lagi mempermasalahkannya.

Yang terpenting Eunyx menepati janjinya, untuk kembali menemuinya. Dan Arseuz akan mulai memperjuangkan hatinya dalam merebut sang penguasa malam itu dari saudaranya.










*******************************************













Sudah satu bulan purnama berhasil dilewati Arseuz dengan damai. Dan itu semua karena pengaruh Eunyx. Dalam pengasingan dan hukumannya, dewa muda yang kini terperangkap dalam tubuh fana menikmati semua waktunya bersama sang penguasa malam.

Arseuz bahkan sekarang seolah memonopoli waktu sang penguasa malam hanya untuknya.

Setiap kali Eunyx mengatakan harus pergi sebentar, Arseuz akan terus merecoki sang penguasa malam itu kemana dirinya akan pergi dan Eunyx akan menjawab hanya kembali ke Tartarus bukan Helion Halls.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

δεσμόςTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang