09

25 5 2
                                    

Arseuz berdiri mematung di tempatnya. Matanya masih terpaku pada keindahan yang sangat sulit untuk ditolak.


" Kau memang hanya akan diam dan pergi, atau kau ingin mendekat?"


Arseuz terkejut dengan suara merdu yang menyadari keberadaannya tanpa melihat kearahnya sama sekali. Atau dirinya memang lupa kalau sosok yang ada tepat tak jauh darinya merupakan eksistensi yang berbeda dari manusia.

Kakinya bergerak sendiri mendekat pada sosok yang sudah Archtrite peringatkan waktu itu.

Namun dalam tubuh manusia ini, Arseuz merasakan dorongan yang begitu hebat dan begitu sulit untuk dikekang.

Hasrat akan sesuatu yang indah juga sempurna membuatnya menginginkan hal itu menjadi miliknya.

Tangan dengan permukaan otot halus itu bergerak lebih dekat, mengikis jarak diantara dirinya juga sang penguasa malam.

Desiran aneh tercipta ketika kulitnya yang sedikit kasar menyentuh kulit putih halus yang biasanya terdapat beberapa simbol kuno menghiasinya. Namun kali ini tak terlihat, mungkin saja Eunyx menyembunyikannya.


" Apa sifat lancang memang sudah menjadi bagian dalam dirimu dan saudaramu, Arseuz?" Eunyx teringat pertemuan pertamanya bersama Archtrite, dan dewa muda itu juga dengan lancang menyentuhnya

" Entahlah, Yang jelas dalam tubuh ini aku tak bisa mengalihkan perhatianku darimu." jawab Arseuz jujur


Ketika dalam tubuh abadinya, dirinya memiliki kontrol penuh akan hasrat dan dapat mengendalikannya lebih baik. Namun saat ini, tubuh fana yang dia tempati berbeda.

Tubuh ini tak bisa membiarkan sosok yang memikat di depan mata untuk bergerak menjauh lalu menghilang.

Rasa egois mulai merayap dan membelenggu Arseuz. Seolah rantai bergerak perlahan membelit tubuhnya. Dan rantai emas itu terhubung pada sang penguasa malam.


" Kau memang lancang," bukan bentakan atau teriakan, hanya nada dingin juga datar dari Eunyx

" Bisakah kau menambahkanku menjadi penghuni Helion Halls.." Eunyx tersenyum mendapati pertanyaan konyol juga bodoh dari dewa tertinggi yang sedang terjebak dalam tubuh seorang manusia fana

" Kau akan menyesalinya Ar,"

" Kalau begitu buat aku semakin menyesalinya."



Arseuz sudah kehilangan kendali dirinya dalam perwujudan sebagai seorang dewa utama tertinggi diantara para dewa lainnya.

Jika kedua orang tuanya masih ada hingga saat ini, mungkin keduanya akan mengutuk dirinya menjadi seorang pembangkang dan kemungkinan terburuk dirinya akan benar-benar diasingkan ke dalam dunia manusia tanpa batas akhir pasti.

Wajah Archtrite yang hari itu datang dan memperingatinya, singgah sejenak dalam benaknya lalu segera terganti dengan wujud sempurna dalam pandangannya.

Kali ini dirinya sudah tak bisa lagi menyangkal ketertarikan yang terjadi pada dirinya dan Eunyx.










*******************************************










Arseuz menatap langit malam yang berhiaskan taburan bintang. Dadanya bergemuruh penuh harap menanti kedatangan sosok yang terus menghantuinya selama ini.

Setelah permintaan konyol yang dia ajukan hari itu, Eunyx sama sekali tak datang menemuinya lagi.

Sang penguasa malam itu pergi setelah memberikan senyuman yang begitu manis dan cantik, senyum yang mungkin akan menjadi pemicu peperangan jika saja diberikan pada para manusia. Karena bisa dipastikan semua manusia akan saling berebut meminta agar senyum itu hanya menjadi milik mereka seutuhnya.

δεσμόςTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang