05

34 6 7
                                    

Waktu terus bergulir, kekesalan sang dewa muda pada saudara kecilnya itu luruh seiring pertambahan hari yang terus berganti.

Semua juga merupakan pilihan dan keinginan Archtrite. Jadi Arseuz mencoba berdamai dengan egonya sendiri.

Dan sekarang ada sesuatu yang terus mengganggunya. Yaitu masalah pendamping disisinya.

Tak akan lengkap jika sang dewa utama tak memiliki sosok yang akan berdiri menemaninya juga memberikan penerus yang bisa membantunya mengatur jalannya dunia.

Patseidon bahkan terus saja merecokinya untuk memikirkan tentang keputusannya yang akan membatalkan pertunangannya dengan Hemhiran.

Dan Arseuz juga lelah ketika dewi muda itu selalu mengganggu waktunya hanya untuk bertanya tentang kepastian kapan dewa muda itu akan menikahinya.

Janji itu dibuat tanpa sepengetahuan dan kehendaknya, jadi Arseuz merasa tak memiliki kewajiban untuk menepatinya. Akan tetapi janji itu juga tak semudah yang terucap untuk ditinggalkan.

Di tengah kekalutannya, Arseuz pergi ke dunia bawah. Tempat saudaranya Phades.

Dirinya hanya ingin menjernihkan pikiran sebelum benar-benar mengambil keputusan.

Larva panas yang menyembur seperti air mancur dari arah bawah terlihat begitu panas merah membara.

Menampilkan sesuatu yang mengerikan berdesakan di bawahnya sembari mengulurkan tangan, menjerit dan meronta.

Arseuz hanya melihatnya seolah itu bukanlah hal yang berarti baginya. Karena memang ini wilayah Phades, dirinya pun juga tak selalu mengunjungi saudaranya tersebut.

Hanya disaat tertentu maka keduanya akan bertemu dan saling bercengkerama.

Disaat dewa muda itu sudah berada tepat di depan istana bawah Phades, sesuatu yang terlihat asing terlihat terbang menuju ke tempat yang lebih dalam dari tempat saudaranya.

Sayap hitam besar dengan bulu halus bertaburan gemerlap bintang mengantarkan sosok itu semakin mendekat ke tempat Arseuz.

Mata dewa muda itu terpaku sejenak.

Ini kali kedua dirinya melihat sosok Eunyx dengan jelas dan dalam wujudnya yang lain.

Penampilan penguasa malam itu terlalu sulit untuk diabaikan.

Dan tak bisa dipungkiri kalau setiap penampilan Eunyx terlihat sempurna sarat akan kecantikan malam.

Mungkin karena ditatap sedemikian rupa, Eunyx terbang sedikit mendekat pada Arseuz.



" Dewa Arseuz." sapa Eunyx ketika dirinya sudah di dekat Arseuz namun masih berjarak cukup jauh

" Eunyx. Apa yang membawamu ke tempat seperti ini?" tanya Arseuz yang dibalas tawa nyaring sang penguasa malam

" Sepertinya kau lupa siapa aku dewa Arseuz," Eunyx tersenyum setelah tawanya mereda

Arseuz tersipu.

Dewa muda itu untuk pertama kalinya merasa bodoh setelah hidup ratusan tahun mengatur jalannya dunia.

Pertanyaan konyol yang keluar dari bibirnya pasti akan ditertawakan oleh saudaranya yang lain, jika mereka mengetahuinya.

Kapan lagi mereka bisa melihat seorang dewa dengan kekuatan tertinggi menjadi bodoh terhadap sesuatu.


Eunyx tak lagi mengganggu waktu dewa muda tersebut. Dirinya segera pergi terbang menjauh menuju kemana tujuannya saat ini.






.....






" Apa yang membawamu kemari?" sebuah pertanyaan tanpa basa basi terdengar dilontarkan sang dewa bawah, Phades

δεσμόςTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang