Chapter 02

1.6K 201 13
                                    


02. Pendisiplinan

Happy Reading..

###

"Kapan kau akan kembali ke menara?"

"Nanti." Archie membalas sambil memberikan makanan penutup pada Ashe.

"Makanlah yang banyak," Ujarnya ketika melihat tubuh adik perempuannya itu yang terlihat kurus.

"Terimakasih, kak!" Ashe menerima makanan yang diberikan kakaknya dengan antusias.

"Yasudah, lanjutkan saja. Ayah masih memiliki banyak pekerjaan." Richard beranjak dari duduknya, ia kemudian pergi dari ruang makan.

"Ku dengar tahun ini kau akan pergi ke akademi, Finn?" Archie membuka percakapan dengan mata yang menatap adik pertamanya yang anteng dengan cake di depannya.

"Iya, padahal kurasa itu tidak perlu." Finn menjawab dengan menatap Archie sebentar kemudian kembali fokus pada cake yang sudah hampir habis.

Kening Archie mengerut samar. "Kenapa?" Tanyanya.

"Kakak masih bertanya? Tentu saja karena aku itu jenius. Lagipula apa lagi yang perlu aku pelajari?" Jawabnya dengan angkuh.

Ashe yang mendengar itu memutar bola matanya malas. "Kau payah dalam tatakrama, ingat itu!" Katanya tajam.

"Apa? Kau juga payah, Ash! Lagipula Espen tak perlu tatakrama. selagi tanganku mampu memegang pedang, aku adalah Espen sesungguhnya." Finn berseru tak terima.

"Setidaknya aku bisa melakukan etiket kekaisaran walaupun hanya dasar." Ashe membalas dengan angkuh.

Archie menatap kedua adiknya jengah, Ia kemudian berdiri. "Masih ada hal yang harus kulakukan." Katanya sambil melenggang pergi, meninggalkan kedua adiknya yang sibuk bertengkar.

Finn dan Ashe adalah anak kembar. Tetapi dari segi apapun kedua bocah itu tak memiliki kemiripan sedikitpun.

Finn adalah anak jenius Espen, yang bahkan sudah bisa mengayunkan pedang sejak umurnya lima tahun. Tinggi badannya sekitar 145 cm di usia 10 tahun juga tubuhnya yang berisi karena rajin berlatih di barak kesatria.

Sedangkan Ashe, ia adalah putri satu-satunya Espen. Ia diberkahi otak yang jenius. Di usianya yang ke 6 tahun, ia bahkan sudah bisa menguasai bahasa kuno secara otodidak. Ia bahkan mempelajari ilmu politik dan ekonomi, hingga kini pekerjaan Grand Duchess di kerjakan olehnya walau tidak semuanya.

Ashe pun pandai dalam ilmu pedang dan memanah.

Dulu, sebelum ingatan di kehidupan sebelumnya ia ingat kembali, ia berpikir jika kejeniusan kedua adiknya itu adalah hal yang biasa, tapi kalau di pikirkan kembali ternyata kejeniusan mereka sedikit di luar nalar.

Archie pergi ke taman bunga milik mendiang ibunya. Di belakangnya ada Hans yang senantiasa mengikuti tuan mudanya.

Taman bunga ini dipenuhi oleh bunga Sea Holly yang memenuhi taman ini.

Archie berdiri sejenak, menatap bunga-bunga berwarna biru itu. Setelah beberapa saat, ia kembali melanjutkan langkahnya hingga menemukan sebuah meja bundar dengan dua kursi.

Dulu ketika ia masih kecil, ia selalu membolos pelajaran ilmu pedang dan menghabiskan waktunya disini bersama ibunya.

"Apa anda ingin saya buatkan teh, tuan muda?" Hans bertanya ketika melihat tuannya itu duduk di kursi sambil memandangi bunga-bunga yang bergoyang mengikuti tiupan angin.

"Tidak perlu." Archie membalas tampa menatap Hans.

Suasana hening, hanya ada suara gesekan daun yang tertiup angin.

I Became Antagonis Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang