Chapter 08

1.1K 153 6
                                    

Maaf, Saya gak bisa up setiap hari. Selain sekolah, saya juga sibuk kerja (:

08. Davhia

Happy reading..

Archie berdiri di depan pintu kereta untuk membantu Ashe turun. Kemudian mereka pun berjalan mengikuti arus manusia di pasar.

Mereka pergi ke pasar tradisional yang berada di perbatasan yang menjadi tempat lalu lalang nya para pedagang keliling dari berbagai negeri.

"Pegang tanganku," Archie menoleh menatap adiknya dengan tangan yang terjulur.

Ashe menerima tangan Archie, mereka berjalan dengan sedikit berdesakkan karena padatnya jalanan.

Suasana bising karena teriakan para pedagang sahut menyahut dengan berbagai barang di jajakan.

"Kau ingin membeli apa?" Tanya Archie.

Ashe mendongak kemudian kembali menatap ke sekitarnya. "Aku ingin mencari sebuah artefak yang katanya dijual di sebuah toko sihir di pasar ini." Jawabnya.

"Artefak?" Archie membatin, ia melihat ke sekelilingnya menatap beberapa toko yang berjajar.

"Ah, disana!" Ashe berseru seraya berjalan cepat menghampiri sebuah toko kecil di tepi jalan.

"Kau yakin ini tempatnya?" Archie bertanya karena toko bernama Witches & Ward-Robes itu sangat lusuh dan kotor.

Ashe tak membalas, ia berjalan masuk kedalam toko itu tanpa memperdulikan lagi kakaknya.

Archie yang melihat itu, mau tak mau ikut masuk mengikuti adiknya.

Seakan berada di tempat yang berbeda, Archie bisa melihat ruangan luas yang berisi banyak rak dan barang antik. Tak hanya itu, disana banyak pedang dan tongkat sihir yang dipajang. Tampak mewah dan cantik. Berbeda jauh dengan pemandangan toko ini dari luar.

"Ash.." seakan tersadar, Archie menoleh kesana kemari mencari adiknya.

Ia berjalan menyusuri setiap rak untuk mencari adik perempuannya itu.

Ia berkeliling kesana kemari namun nihil, Ashe tak ia lihat walau hanya bayangannya saja.

Teringat sesuatu, Archie mengeluarkan sebuah bola kristal berwarna biru dari tangannya. Ia kemudian menyalurkan sedikit sihirnya untuk melacak liontin yang dipakai Ashe.

Bola kristal itu mulai bersinar kemerahan, ia mengambang dan melayang menuju ke suatu arah. Melihat itu, tentu Archie mengikuti kemanapun bola kristal itu menuntunnya.

Archie sedikit melirik tupai miliknya yang masih di pundak kanannya.

Tak lama berjalan mengikuti bola kristal itu, Archie akhirnya menemukan Ashe yang tengah kesusahan mengambil sesuatu di atas rak.

Archie yang melihat itu lekas membantunya dengan mengangkat tubuh Ashe dan membiarkannya mengambil sendiri.

"Eh, eh!" Ashe terpekik kaget, ia menoleh dan melihat kakaknya.

Ashe yang mengerti, segera mengambil sebuah pena bulu.

"Itu saja?" Tanya Archie yang dijawab anggukan oleh Ashe.

"Apa itu artefak yang kau maksud? Itu terlihat seperti tinta biasa." Archie berujar bingung seraya kembali menurunkan Ashe.

"Ya. Menurut buku yang aku baca, jika aku menulis dengan pena ini, semuanya akan menjadi kenyataan. Dan tentunya itu juga tidak cuma-cuma." Ashe menjawab seadanya.

"Apa bay-" archie menghentikan perkataannya karena tiba-tiba tupai di pundak nya melompat ke rak dan mengambil sebuah jam pasir.

"Liam!" reflek ia berseru menatap tajam tupai itu.

I Became Antagonis Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang