Chapter 09

1K 164 8
                                    


09. Takut

Happy Reading..

###

Trang!

Finn mengayunkan pedang kayu-nya hingga memukul keras pada boneka jerami di depannya dengan peluh yang  bercucuran di dahi-nya.

"Bagus, teruskan!" Seorang pria berbadan besar tak jauh darinya, berseru.

Finn kembali mengulangi gerakan nya mengayunkan pedang berkali-kali hingga boneka jerami itu rusak dan tumbang.

"Sudah, istirahatlah!" Pria itu berjalan menghampiri Finn dan menepuk pundaknya sekali.

"Kudengar kakakmu akan kembali ke menara, tidakkah kau ingin menemuinya terlebih dahulu?" Finn mengerutkan keningnya, kemudian berlalu meninggalkan pria itu yang menggelengkan kepalanya.

"Huh, dia kan sudah memiliki adik baru!" Fin menggerutu sambil melemparkan pedang kayu-nya ke atas meja.

Ia kemudian pergi dari tempatnya latihan.

Hari masih sangat pagi, tetapi Archie sudah siap dengan jubah hitam dengan aksesori berwarna ungu yang merupakan tanda keanggotaan penyihir menara.

"Hans, bangunkan dan mandikan Liam!" Ia berseru menatap Hans yang tengah membuka Gorden, setelahnya ia berlalu keluar kamar.

Archie pergi ke kamar Ashe yang berada cukup jauh, ia berjalan melewati lorong yang dihiasi dengan lukisan Espen terdahulu.

Jauh di depan sana, Archie dapat melihat Finn yang berjalan menghampirinya.

"Kau akan kembali ke menara?" Ia bertanya dengan ketus.

"Ya."

"Bagus. Pergi sana dan jangan kembali lagi!" Katanya seraya berlalu meninggalkan Archie.

Tak memedulikan hal itu, ia berbelok menuju ke kamar Ashe. Sesampainya disana, ia mengetuk pintu.

Tok tok tok!

"Masuk saja, Anny!" Terdengar sahutan Ashe  dari dalam, mendengar itu tentu saja Archie langsung membuka pintunya dan masuk.

"Ash..?" Archie bergumam memanggil Ashe yang duduk di kursi membelakanginya.

Alisnya mengerut dalam, melihat sebagian rambut adiknya itu memutih.

Ashe terperanjat, ia menoleh dengan mata yang melotot kemudian dengan terburu-buru menutupi sebagian rambutnya.

"K-kakak?" Ia turun dari kursinya dan menghampiri Archie.

"Ada apa dengan rambutmu?" Tangan Archie terangkat menyentuh helaian rambut putih Ashe yang tak tertutupi.

"I-itu.. itu bukan apa-apa. Ada apa kakak kemari?" Ashe dengan cepat memegang tangan Archie yang tengah memegang rambutnya seraya tersenyum manis.

"Itu tidak penting, kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Archie menatap dalam Ashe yang menghindari tatapannya.

"Kakak tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja." Ashe menatap Archie dengan tatapan memelas.

"Jangan berbohong padaku, Ash.." Archie berlutut, menyamakan tinggi badannya dengan Ashe.

"Ka-"

"Ibunda tidak akan senang melihatmu seperti ini." Archie mengusap pipi tirus Ashe dan menatapnya dengan tatapan memohon.

Ashe bungkam, ia menunduk seraya menggeleng.

"Aku-"

"Nona saya sudah membawa-" Danny yang baru saja masuk dengan membawa banyak batu mana di tangannya terhenti.

"Ash, apa kau tidak menyayangiku?"

"Tidak begitu, aku-" ucapan Ashe terhenti. Lehernya tercekat dengan mata yang berkaca-kaca.

Archie menoleh menatap Danny dan mengodenya untuk keluar. Danny yang mengerti segera keluar dan menutup pintu.

"Ceritakan semuanya padaku, aku pasti akan membantumu."

"Aku melakukan kontrak dengan iblis," Ashe menunduk, ia menaikkan lengan bajunya dan menunjukkan sebuah tanda di pundaknya.

"Dengan jiwaku yang menjadi bayarannya." Lanjutnya.

"A-aku.. aku melakukannya untuk menghidupkan kembali Ibunda." Ashe mengatakan nya dengan cepat, ia menatap Archie dengan tatapan meyakinkan.

"Ash, kenyataan bahwa ibunda telah wafat tak bisa kita ubah." Archie memegang rambut putih milik Ashe yang kemudian berubah kembali menjadi hitam.

"Itu adalah takdir. Ibunda sudah tenang di atas sana, apa kau ingin mengganggu ketenangannya, hm?" Ashe menunduk, ia memilin jari-jarinya memikirkan perkataan kakaknya itu.

"Aku menyesal karena tidak ada di samping ibunda di saat-saat terakhirnya, tapi kau ada. Ash, ibunda mengorbankan nyawanya untuk adik kita, anaknya. Dia tidak akan senang jika seandainya kamu mengorbankan hidupmu untuknya."

"Lagipula, tubuhnya musnah, Ash. Seandainya ia hidup kembali, ia tidak memiliki tubuh." Ashe tercenung sejenak sebelum akhirnya ia menggeleng.

"Sedikit lagi. Ini hampir selesai kak.. tak mungkin aku mengingkari kontrak dengan-"

"Ash, kupikir kau cukup bijak hingga bisa menyelesaikan berbagai masalah di Duchy. Tapi ternyata kau sama labilnya seperti Finn dan Ayah." Archie melepaskan tangannya dari Ashe kemudian berdiri.

"Aku akan memberikan dua pilihan untukmu. Lanjutkan rencanamu dan mati sia-sia dimakan iblis atau menurut padaku, kakakmu." Archie berujar seraya menghampiri meja dan mengambil pena yang sebelumnya mereka beli di pasar.

"Aku ingin menurut, tapi aku harus melanjutkan rencanaku. Aku akan mati setelah berusaha menghidupkan kembali ibunda daripada mati sia-sia." Archie yang mendengar itu mendengus kasar.

"Lakukan, lakukan saja! Aku tidak peduli. Jangan datang padaku jika tiba-tiba kau takut mati!"

###

Archie kembali ke kamarnya dengan suasana hati yang sangat buruk.

Namun sepertinya hari ini adalah hari yang menyebalkan untuknya, karena begitu ia membuka pintu kamarnya, ia disambut dengan tangisan kencang Liam.

Liam menangis memberontak di gendongan Hans dengan tubuh basah yang terbalut kain.

"Tuan muda, tolong tenang, saya bukan penjahat." Hans cukup kerepotan mengatasi berontakan dari Liam, namun Liam mengabaikan nya dan tetap menangis.

Archie yang tak tahan berjalan cepat menghampiri mereka dan langsung mengambil Liam dari gendongan Hans dengan kasar. Ia menatap tajam balita di gendongannya.

"Diam!" Bentaknya tak tanggung-tanggung.

Liam yang mendengar dan melihat itu langsung terdiam dengan tubuh nya yang tersentak, matanya membulat menatap Archie dengan bibir yang melengkung ke bawah menahan tangis.

"Kenapa kau selalu menangis? Apa aku perlu memutuskan pita suaramu?" Tubuh Liam mulai gemetar, ia mengusap air matanya dengan kasar.

"Tuan muda, anda-" Hans menahan kata-katanya melihat tuannya itu menunjukkan telapak tangannya padanya.

"Diam, Liam!" Archie menggeram karena Liam yang memberontak dalam gendongannya. Namun bukannya berhenti, anak itu malah semakin memberontak dengan tubuh gemetar.

"ulun, hiks ulun.. mu Has hiks " (turun, hiks turun.. mau Hans hiks). Liam bergumam sambil menatap Hans dengan mata yang berkaca-kaca. Tangannya terulur ingin menggapai pria itu.

"Liam.." Archie menahan segenap amarahnya yang kini berada di ubun-ubun. Entah kenapa hari ini semua adik nya begitu menyebalkan.

Liam yang mendengar itu langsung menangis keras dengan tangannya yang berusaha meraih Hans.

"Tuan muda anda membuatnya ketakutan."

To be continued

Selesai ditulis pada; 24 Agustus 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Became Antagonis Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang