Chapter 5: The Sun

172 22 4
                                    

Mentari. Seperti namanya, ia sesosok yang secara automatis menarik perhatian semua orang yang melihatnya. 

"Yaampun, kamu cantik banget. Setuju ngga? Xel?" Alice mengedipkan matanya. 

Axel hanya diam saja, dipikirannya masih ramai dengan senyum dan wajah Raya. 

"Mentari. Selamat datang di rumah kami. Silahkan masuk, ayo, kami sudah siapkan beberapa makanan yang katanya kamu suka." Robert ikut menyambut Mentari. 

"Papa bukannya ada annual golf tournament? Sama Alumni kampus papa?" Tanya Axel lantang. 

Robert mengacak rambut Axel, "untuk apa papa ikut turnamen kalau calon menantu papa lagi datang?"

Mentari hanya diam dan melukis senyum yang sama mendengarnya. 

Alice dan Robert izin dahulu untuk menyiapkan teh untuk dipadu dengan santapan yang ada. 

"Lo kalau ngga setuju bisa bilang, Ri." Axel berkata, berusaha untuk sesopan mungkin.

Gadis yang diajak bicara hanya mengecapkan bibirnya dan kembali menaruh senyum. Senyum Mentari yang tidak pernah luntur membuat Axel merasa aneh. 

"Aku disini karena keinginanku, kok. No worries, Axel." Jawabnya. 

hening. 

Sungguh sepertinya tidak ada yang bisa dibicarakan lagi dengan gadis dihadapannya itu. 

"Gimana? Axel ganteng kan?" Alice menarik kursi di samping Mentari dan bertanya dengan frontal. 

"Iya, soalnya mama dan papa Axel juga cantik dan ganteng." Katanya dengan senyuman. 

Senyuman itu lagi. Axel melihatnya dengan lama. 

"Axel, kalau mau ngomong, bilang aja loh. Kok jadi canggung gini?" Robert menyadari perilaku baru Axel. 

"Ah, Mentari ini ballerina. Keluarganya selain ngelola supermarket ternyata juga punya teater seni ya?"  Alice kembali melanjutkan percakapan mereka. 

Mentari kali ini tidak menjawab tetapi hanya mengangguk pelan, "kalau Axel, suka nonton seni?"  

Sejujurnya, walaupun dari luar Axel kelihatan seperti seseorang yang menyukai ketenangan dan keanggunan, dalam dirinya mengharapkan sedikit hujan, sedikit api, Raya. 

"Suka. Gue suka teater." Bohong. Ia hanya melihat teater sekali itupun karena Jesse memaksanya hadir untuk menggantikan date Jesse yang bail out last minute dan tiketnya tidak bisa dibatalkan. 

"Wah, udah cocok ini. Kayaknya mama papa tinggalin kalian berdua dulu ya?" Alice menarik lengan Robert dan meninggalkan Axel dan Mentari sendirian. 

"Mentari, maaf kalau gue kedengeran kasar. Maaf banget. Gue udah suka sama orang lain dan gue tetap ikut ini karena permintaan orang tua gue." Axel berhenti sejenak, "I just, I can't get her out of my mind." 

Mentari tertegun, "belum ada, yang nolak aku kayak gini. Just so you know, karena aku datang duluan sebelum orang yang kamu bilang itu, aku ngga akan mundur duluan, Axel."

Mentari memaksa senyum di wajahnya. Kemudian hening. Axel sesungguhnya hanya mengulur waktu supaya orang tuanya tidak curiga. 

Mentari pada akhirnya menyerah pada keheningan yang ada dan memutuskan untuk pamit dahulu. 

"Loh? kok cepet banget Ri?" Alice heran saat Mentari harus pamit lebih cepat dari perkiraannya. 

"Axel ada urusan, tante." Mentari tetap mempertahankan nada yang sopan. 

To: My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang