Chapter 4: First Morning

263 18 2
                                    

Dear Axel, 

Last night was great. But please don't contact me again, thanks. 

- Raya

Axel tercengang melihat sebuah pesan yang ditinggalkan Raya di atas meja nakas hotel. Ia baru bangun sekitar jam 09.00 karena tadi malam mereka baru tidur jam 02.00. After 4 rounds. 

Empat. Dan Raya masih bisa berjalan dan pergi sebelum aku bangun? Axel berdecak kagum.

Sampai makan siang hadir ia masih belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi. He was with his first love last night. One bed. 

Dirinya hanya bisa membayangkan bagaimana senangnya apabila mereka juga bisa terbangun di kasur yang sama setiap pagi dan makan di meja yang sama setiap harinya.

"Kesambet apaan lo senyum-senyum?" Ucap Ava sambil memakan ayamnya. 

Siang ini adalah jadwal makan siang bersama di keluarga Williams. Semua anggota keluarga besar Williams akan berkumpul dan makan siang bersama. 

"Bukan urusan lo." Axel segera menghapus senyumnya. 

"Is someone making you happy, Bang?" Tanya adik terkecil Axel yang masih menginjak SMP, Asha. Pertanyaan Asha diikuti dengan tawa kecil kembarannya, Anya. 

"Udah-udah, abang kalian udah besar, wajar kalau punya kehidupan di luar. Makasih ya bang udah dateng." Ucap ibu Axel, Alice, sembari mencium pucuk kepala Axel.

Axel tersenyum kembali, "keluarga akan selalu jadi prioritas Axel, Ma."

"Nah, itu kan papa yang ajarin. Bagus bang. Jaga adik-adikmu sampai mereka besar ya." Ayah Axel, Robert, menimbrung pembicaraan mereka. 

"Ohya bang, nanti ada yang harus dibicarain sama Mama Papa ya." Alice mengingatkan. 

"Okay, Ma." 

╠.╣╠.╣╠.╣

Papa Axel menyodorkan Axel sepotong foto. 

(credit: Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(credit: Pinterest)

"Ini siapa, Pa?" Axel bertanya.

"Kamu udah 22 tahun ngga pernah bawa perempuan kesini. Jadi Papa Mama inisiatif mau kenalin kamu sama anaknya teman papa." Robert menjawab tenang. 

"No pressure, sayang. Tapi give her a chance ya?" Alice berkata, melihat ekspresi Axel yang mengeras, "Mentari Sophia Wijaya, namanya. Orang tuanya yang punya Supermarket Wijaya. Background nya ngga penting sih, yang penting kita tahu dia dari keluarga yang jelas." 

Axel melihat foto yang diberikan Papanya. Cantik. Tapi dia bukan Raya. 

"Maaf pa, ma. Axel ngga tertarik." Axel berusaha sesopan mungkin.

"Uhm? Ada orang yang bikin kamu tertarik ya?" Robert menyadari sesuatu. 

Axel tidak menjawab, akan tetapi senyum malunya cukup untuk menjawab rasa penasaran orang tuanya. 

To: My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang