Chapter 20 : Yue Dingtang Tidak Tahan Lagi
Saat itu adalah pagi hari kedua Tahun Baru Imlek.
Yue Dingtang bangun pagi-pagi sekali dan pertama-tama mampir ke universitas untuk menyerahkan tugas-tugas murid yang sudah dinilainya ke kantor sebelum menuju ke rumah sakit.
Dia mengira Ling Shu sudah berpakaian rapi dan sudah siap menunggunya, tapi ketika dia mendorong pintu kamar hingga terbuka, dia melihat Ling Shu masih berbaring santai di tempat tidur ditemani oleh kedua kakak perempuan mereka, Ling Yao dan Yue Chunxiao, yang masing-masing berdiri di kedua sisinya.
“Cepatlah, bangun dan makan sesuatu. Kamu tidak bisa keluar dengan perut kosong kan?” Yue Chunxiao berkata.
“Aku membawakanmu youtiau yang baru digoreng dan susu kedelai. Youtiau-nya masih renyah, tetapi kalau kamu membiarkannya lebih lama lagi, maka akan menjadi lembek dan rasanya tidak lagi enak. Dan aku juga membawa kecap. Kau suka mencelupkan youtiau ke dalam kecap, kan? Aku sudah menyiapkan semuanya untukmu,” Ling Yao melanjutkan.
“Aku juga membawakanmu puding tahu di sini. Jika kamu tidak menyukainya, kamu bisa memakan sup ayam yang sudah aku rebus sejak tadi malam. Aku bahkan tidak membiarkan Yue Dingtang mendapatkannya karena aku tahu kamu pasti menginginkannya.”
Berdiri di ambang pintu, Yue Dingtang seperti menyaksikan dua wanita tua membujuk seorang bocah tanpa henti. Masalahnya adalah ‘wanita-wanita tua’ itu sebenarnya tidak tua, dan ‘bocah’ itu sebenarnya juga bukan anak-anak lagi.
Yue Chunxiao, kakak ketiganya yang dia kenal dengan baik juga bukan seorang yang penyabar. Mungkin karena dia memiliki dua kakak laki-laki dan satu adik laki-laki di rumah yang mandiri dan masing-masing memiliki karir yang baik, sehingga dia tidak perlu mengkhawatirkan mereka.
Tapi ketika dia melihat Ling Shu, dengan penampilannya yang putih dan tampan, baik cinta keibuan dan kasih sayang seorang kakak perempuan miliknya langsung meluap ke permukaan. Singkatnya, ini semua tentang penampilan.
Yue Dingtang harus mengakui bahwa Ling Shu cukup bisa memikat ketika dia tidak berbicara dan tidak bersikap acuh tak acuh. Banyak wanita, dari muda hingga tua, yang terpengaruh trik ini.
Kedua wanita muda itu tidak menyadari kritikan diam Yue Dingtang dan terus mendorong dan membujuk Ling Shu dengan sekuat tenaga. Hanya membuat Ling Shu mau bangun dari tempat tidur lalu duduk, dan kemudian melihatnya bersedia memakan youtiau saja, sudah cukup untuk membuat kedua wanita itu merasakan pencapaian yang luar biasa.
“Ayo makan lagi, makan lagi.”
“Makan lebih lambat, makan lebih lambat.”
Kedua wanita itu berbicara bertolak belakang, berdiri di kedua sisi dengan sikap mendominasi, namun tetap menjaga harmoni yang samar.
Semua hanya karena orang yang berada di tengah mereka.
Namun orang itu tetap berhasil mengambil keuntungan dan bersikap imut.
“Jie, Chunxiao Jie, aku ingin makan doupi.”
“Apa itu?” Yue Chunxiao bingung, “Apa terbuat dari tahu?”
Ling Shu: “Itu adalah penganan dari Hubei. Terakhir kali seseorang menjualnya di jalan, dan aku pernah mencobanya sekali. Kulitnya dibuat dari pasta kacang yang diisi dengan beras ketan dan jamur kemudian digoreng dalam wajan, aromanya sangat harum.”
KAMU SEDANG MEMBACA
北斗 / Beidou / The Big Dipper
Historical FictionTerjemahan Bahasa Indonesia Judul : 北斗, Beidou, The Big Dipper, The Plough, Rasi Bintang Biduk Author : Meng Xi Shi (梦溪石) Genre : Action, Adventure, Criminal, Mistery, Shounen Ai Chapter : 182 chapter + 6 extra Raw Source : http://www.jjwxc.net/oneb...