Chapter 16 : Ling Shu Kehilangan Ingatan
Ling Shu membuka matanya, ekspresi wajahnya terlihat bingung untuk beberapa saat. Yang dia lihat hanya hamparan warna putih. Warna putih itu memiliki perasaan yang akrab, seolah dia kembali ke dunia es dan bersalju. Perasaan semacam itu terpatri dalam ingatannya.
Ketika seseorang pertama kali berjalan di atas salju, mereka tidak akan merasa kedinginan. Tetapi bagi mereka yang berasal dari daerah Selatan yang sudah terbiasa dengan sungai-sungai yang mengalir di bawah jembatan, salju ringan dan angin sepoi-sepoi, saat melihat betapa megahnya pemandangan es dan salju untuk pertama kalinya, selain terpana karena kekaguman, tidak ada kata-kata untuk menggambarkannya.
Namun perasaan ini tidak akan bertahan lama. Tak lama kemudian, rasa dingin akan meresap ke dalam tubuh melalui pakaian, yang sedari awal sudah tidak tebal, menusuk ke kulit dan otot, sampai merasuk ke dalam tulang. Akhirnya orang akan paham bahwa hawa dingin yang menembus tulang bukan hanya sebuah gambaran, melainkan sebuah keadaan sesungguhnya.
Meletakkan tangan di luar selama lebih dari lima menit akan membuat tangan kebas dan sakit, tapi dia tidak bisa menarik tangannya kembali ke dalam saku agar tetap hangat, karena dia masih harus memegang senjata. Dan dia juga tidak bisa berdiri untuk melepaskan diri dari salju dan menghentakkan kakinya untuk mencari kehangatan. Dia harus berusaha keras menyembunyikan diri di dalam salju dan menyatu dengannya sampai saat dia bisa menembakkan senjatanya.
Ling Shu merasa pusing dan bingung seakan ruang dan waktu telah berbalik, silih berganti antara ilusi dan kenyataan. Meskipun tubuhnya masih berbaring, sulit untuk mengendalikan pikiran kacau di dalam benaknya. Ling Shu tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerutkan kening dan menutup matanya lagi.
“Kamu sudah bangun!” Dia mendengar suara yang dikenalnya.
Orang itu terdengar sedikit bersemangat, tapi juga berhati-hati, jangan sampai suara yang keras akan memperburuk lukanya.
Ling Shu tidak membuka matanya, hanya mengangkat tangannya ke arah Ling Yao.
Punggung tangannya terasa sedikit perih.
“Jangan bergerak, kau masih terpasang dengan infus!”
Ling Yao segera menghentikannya, memegang tangan Ling Shu, kemudian dengan lembut meletakkannya kembali ke sisi tubuhnya di tempat tidur.
“Bisakah kau bicara sekarang? Apakah kau merasa ada yang tidak nyaman?”
Suara lain adalah suara laki-laki, rendah dan enak didengar, tetapi tidak sepenuhnya dalam.
Rasanya seperti dinginnya salju yang mencair, dengan ketenangan dan terkendali, yang tidak mudah digoyahkan oleh apapun.
Ling Shu akhirnya membuka matanya.
Gerakannya lambat dan terlihat jelas bahwa dia merasa tidak nyaman.
Kedua orang di bangsal itu terdiam, tidak berani mendesaknya.
Mereka melihat tatapan Ling Shu perlahan beralih ke arah mereka, dengan ekspresi bingung di wajahnya.
Jantung Ling Yao tiba-tiba mencelos, tertambat di udara.
Kemudian dia mendengar Ling Shu mengatakan sesuatu yang tidak terduga, sesuatu yang dia tidak berani percaya dan juga tidak bisa percaya.
“Kalian berdua siapa?”
Kaki Ling Yao tiba-tiba terasa lemas, jika bukan karena Yue Dingtang menopangnya tepat waktu, dia pasti sudah langsung jatuh ke belakang.
“Xiaodi!”
KAMU SEDANG MEMBACA
北斗 / Beidou / The Big Dipper
Ficción históricaTerjemahan Bahasa Indonesia Judul : 北斗, Beidou, The Big Dipper, The Plough, Rasi Bintang Biduk Author : Meng Xi Shi (梦溪石) Genre : Action, Adventure, Criminal, Mistery, Shounen Ai Chapter : 182 chapter + 6 extra Raw Source : http://www.jjwxc.net/oneb...