31

27 3 0
                                    

"pada akhirnya, hanya aku yang mencintaimu."

31. Ujian kelulusan

Hari yang tidak ditunggu-tunggu tiba juga, Floretta yang sudah siap dengan seragamnya mulai menyalimi tangan halus ibunya.

"Berangkat ya, do'ain semoga bisa ngerjainnya."

"Aamin, jangan lupa berdo'a."

Floretta dengan patuh menganggukkan kepalanya. "Siapp!"

Lalu setelah itu, Floretta mulai melangkahkan kakinya menuju sekolah.

Tangannya itu ia gunakan untuk membuka hpnya, membaca sederet pesan dari grub kelasnya. Kepalanya mengangguk, saat ia tahu ruangan yang akan ia tempati selama ujian ini.

"Ruangan 16" gumamnya, lalu mematikan hpnya dan kembali melanjutkan jalannya.

Selama di perjalanan, Floretta terus bergumam, mengingat kembali kisi-kisi yang sudah ia hafalkan semalam.

Pikirannya terus berkelana. Memikirkan materi yang ia pelajari, juga memikirkan soal-soal yang mungkin saja sangat susah.

Tidak terasa juga, enam menit di perjalanan, kakinya berhenti melangkah saat ia sudah memasuki ruang ujiannya.

Matanya mengelilingi kelas itu, membaca sederet nama peserta ujian di atas meja. Setelah menemukan namanya, Floretta mulai menyimpan tasnya di bangku, dan duduk dengan tenang di tempatnya.

Selama ujian ini, mereka duduk sendiri-sendiri.

"Semoga soalnya nggak susah-susah ya."

"Iyah aamiin, berdo'a aja."

Floretta mendengarnya, ia juga berdo'a di dalam hatinya, agar soal-soal ujian ini tidak susah.

Matanya menatap bangku depan dekat pintu, mengernyit bingung, lalu ia membuka hpnya.

Jarinya mengetik beberapa kata pada kolom pesannya. Setelah terkirim, ia langsung saja mengeluarkan room chatnya.

Beberapa menit setelahnya, salah satu temannya membalas. Kepalanya itu mengangguk saat membaca pesannya.

"Flo!"

Mendengar teriakan itu, langsung saja Floretta mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk.

Senyumnya terukir dengan tipis, dan membalas teriakan itu. "Kenapa?"

"Nggak, manggil aja!"

Floretta yang mendengarnya mengangguk.

"Udah belajar belum Flo?"

Floretta mengangguk, tanpa mengalihkan perhatiannya dari hp. "Udah, tapi sedikit."

"Masuk ke otak nggak?" Tanya Abella, sambil mengangkat sebelah alisnya.

Floretta menggeleng, sambil terkekeh. "Nggak."

"Yeh, percuma lo ngafalin kalau gak masuk ke otak mah." Kata Sophia, sambil memukul pundak Floretta.

"Ya, tapi setidaknya gue ngafalin. Nggak kaya lo!" Sinis Floretta.

"Udah lah, ayo Ki, kita ke kelas." Ajak Naomi, yang langsung diangguki oleh Kiara.

Setelahnya, Floretta dan yang lainnya juga kembali ke tempat duduknya masing-masing.

•••

Sudah setengah jam berlalu, mereka lakukan untuk mengerjakan soal ujian. Hanya keheningan yang menemani mereka.

Bagaskara sejak tadi gelisah. Pasalnya, dari empat puluh soal yang ada, ia baru mengerjakan sepuluh soal, itu pun yang menurutnya mudah.

Kepalanya celingak-celinguk menatap teman-temannya yang fokus mengerjakan soalnya masing-masing.

"Gila, susah banget co!" Gumamnya, sambil terus menggulir setiap soal.

Tatapannya kini jatuh kepada guru pengawas. Setelah memastikan aman. Ia membuka room chatnya bersama Lingga.

Mengetikkan beberapa kalimat, lalu mengirimkannya. Sambil menunggu balasan dari Lingga, Bagaskara kembali melanjutkan mengerjakan soalnya, yang sekiranya mudah.

"Ayoo, waktunya sisa lima menit lagi!" Suara guru pengawas di depan terdengar. Membuat Bagaskara yang sejak tadi fokus mengerjakan berdecak.

"Santai Kar, santai." Gumamnya, sambil terus mengerjakan.

Waktu terus berjalan, hingga suara dari guru pengawasnya terdengar lagi. Beberapa temannya sudah mulai keluar kelas, setelah menyelesaikan soal ujiannya.

"Bodo ah, asal aja. Yang penting gue ngerjain!"

Setelah itu, Bagas dengan lihainya mengerjakan soal yang belum ia kerjakan. Dengan asalnya, ia memencet bagian-bagian abcd nya.

"Udah belum Gas?"

Bagas menoleh kepada Lingga, yang tadi menoel pundaknya.

Setelah selesai, Bagaskara maju ke depan, menunjukkan kepada pengawas.

"Gila anj*r, tuh soal susah-susah amat ya!" Keluhnya, saat ia sudah berada di hadapan Lingga dan Galih.

"Terus lo ngerjainnya gimana Gas?" Tanya Galih, sambil merangkul Bagaskara.

"Ya asal aja gue mah!" Katanya, sambil terus berjalan ke arah kantin.

"Semoga aja, soal ujian yang berikutnya gak susah-susah lah!"

"Aamin.." sorak Galih dan Bagas berbarengan.

•••

Jam sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB, Floretta yang sudah selesai dengan soal ujiannya hanya menatap teman-temannya yang masih fokus masing-masing.

Beberapa menit setelahnya, beberapa teman-temannya sudah selesai dan keluar dari kelas.

Floretta yang memang sudah selesai juga ikut bangkit dari duduknya, dan menggendong tasnya menuju ke depan.

"Saya sudah ya bu!" Katanya, sambil menunjukkan layar handphone nya.

Setelah melihat anggukan guru itu, Floretta langsung saja keluar dari kelas.

Tatapannya menatap lurus ke depan, tanpa menoleh kepada seseorang di depannya.

Sedangkan seseorang itu, hanya menatap Floretta sambil menghela nafasnya pelan.

"Enggan banget kayanya, buat nge-lirik gue Ta.."

•••

Bagaskara yang sudah selesai mengerjakan bangkit dari duduknya, menuju ke depan.

Matanya menatap Maisha yang berada di depannya. Kerutan dahinya muncul, saat ia melirik gadis yang berjalan di sampingnya.

Mengangkat pundaknya acuh, lalu ia kembali melangkah menuju ke arah guru pengawasnya.

Setelah selesai, ia berjalan keluar kelas, menemui Galih yang sudah berada di luar.

"Udah beres Gas?"

Hanya anggukan yang Bagas lakukan.

"Mau balik sekarang?" Tanya Galih lagi, yang langsung dijawab oleh Bagaskara.

"Iyah! Gue duluan ya?" Katanya, yang diangguki oleh Galih.

Setelah melihat anggukan Galih, Bagas lalu berjalan menuju ke gerbang, dan mulai pulang ke rumahnya.

Di luar gerbang, ia menatap seorang gadis yang sedang mengobrol dengan temannya. Senyumnya terukir sangat tipis, saat melihat tawanya yang membuat matanya menyipit.

Setelah puas memperhatikan gadis itu, Bagas kembali melanjutkan langkahnya menuju ke halte.

"Keindahan itu adalah ketika melihat sipit matamu pada saat tersenyum."

•••

Terimakasih sudah membaca

Semoga suka ya dengan bab ini, bab sebelumnya, dan bab-bab yang akan datang.

Langit Putih Biru {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang