591 51 1
                                        







Jam sudah menunjukkan angka ke 6 pagi yang dimana seharusnya langit terdapat cerahnya pagi, tapi sepertinya langit sedang sedih makanya dia hujan sekarang itu adalah pikiran dari pemeran utama kita, Jazziel yang saat ini sedang menatap malas rintikan hujan.

Dia ingin berangkat sekolah sekarang, tapi rintikan hujan menghalanginya membuat ia bimbang karena ia berangkat sekolah menaiki sepede goesnya. Sebenarnya bisa ia naik bus tapi halte lumayan jauh dari rumahnya dan tetap kebasahan juga seragam dia.

"Huffttt, andai aja aku orang kaya terus beli mobil gabakal aku bimbang gini," gerutunya.

Jazziel atau kita panggil Ziel mendudukkan tubuhnya di teras rumah, dia mengadahkan tangannya guna untuk menapung air hujan lalu setelahnya di buang.

"Jangan berandai-andai deh Ziel, kamu itu gak bakalan jadi orang kaya. Orang tua aja gak punya gimana mau jadi kaya," lirihnya kepa diri sendiri.

Saat sedang asik melamun ia di kejutkan dengan klakson mobil, "Siapa sih klakson-klakson bikin kaget aja!."

Ziel memperhatika mobil tersebut lalu setelahnya ia di buat kaget dengan atesi sang sahabat yang kepalanya terlihat dari kaca mobil yang terbuka.

"Zielll.. Ayo berangkat bareng," ajak sang sahabat.

"Kamu sama siapa?," tanya Ziel, karena ia takut untuk mengganggu orang yang menyetirnya itu.

"Sama abang aku, ayooo nanti telat."

"Gimana aku kemobilnya?."

"Oh iya aku lupa." Sahabat Ziel sekarang sedang berbicara dengan abangnya, setelahnya abang dari sahabatnya itu keluar sebari membawa payung untuk mengantarkan dia.

"Ayo."

Ziel tersentak dibuatnya, "Ah.. Iya."

Sesampainya di mobil Ziel duduk di bangku tengah, awalnya ia duduk sendiri dengan sahabtnya dan abangnya di depan tapi karena rengekan sang sahabat yang ingin duduk berdua dengan dirinya akhirnya ia duduk berdua sekarang.

"Makasih ya, Ael," ucap Ziel dengan tersenyum manis kepada sahabtnya itu.

Ael atau Rafael mengangguk, "Sama-sama, Ziel."

Butuh waktu 32 menit untuk mereka sampai sekolah Smanfour(Sma negeri empat). Hujan yang tadinya lebat sekarang sudah menjadi rintikan kecil, mereka bertiga berpisah kearah kelasnya masing-masing dengan abangnya Rafael ke lantai tiga dan duo timik bertubuh bongsor ke lantai dua.

Sesampainya di kelas lagi dan lagi duo timik itu beriringin untuk duduk di bangku karena mereka teman sebangku, emang seperti duo magnet yang susah dipisah itulah mereka, bahkan teman sekelasnya selalu memanggil kembar kucrit karena saking menempelnya mereka.

"Halllooo duo kucrit, seperti biasa yaa kalian berdua udah nempel aja," sapa Yayas, temen sekelas mereka berdua.

"Apa sih Yayas! berisik banget pagi-pagi," tegur Rafael.

"Sensi banget sih, huuhhh. Btw hehe.. Ziell boleh liat pr mtk kagak?." Yayas menyoraki Rafael membuat sang empu mengepoutkan bibirnya.

Setelahnya Ziel memberikan buku matematika kepada Yayas, "Males banget sih kamu, belum ngerjain pr," ejek Rafael.

Yayas memeletkan lidahnya, "Wlee, bodo amat suka-suka incess." Yayas segera pergi menuju kursinya.

Rafael melihat itu segera meragakan orang yang ingin muntah, setelahnya ia memalingkan wajahnya kearah Ziel dan tersenyum manis kepada Ziel. Melihat tingkah sang sahabatnya hanya menatap bingung.

KEMBAR | hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang