☆☆

217 36 0
                                    








Setelah setengah hari berada di sekolah akhirnya para murid di pulangkan karena pelajaran telah selesai, keenam sahabat beda gender itu saat ini sedang berada di dalam kelas yang sudah sepi penghuni karena semua muridnya sudah pada keluar kelas, mereka sengaja menunggu agak sepian agar tidak berdempet-dempetan ketika keluar gerbang.

"Eh main yuk, bosen gua di rumah mulu," ajak Sana.

"Yukk kebetulan ada cafe baru di deket sekolah." Yayas berbicara sambil memakai liptin dibibirnya.

"Ikut aja kita berdua mah, ya gak Ren?," ujar Nesa.

"Yoi, nah tinggal si duo krucil ini. Mau ikut kagak?."

Rafael melihat kearah Ziel yang sedang sibuk merapihkan tatanan rambutnya. "Aku bakal ikut kalau Ziel ikut."

"Ah kebiasaan lu berdua, nempel mulu," julid Yayas, dianggukin ketiganya.

Rafael merotasikan bola matanya, "Emang kenapa sih suka-suka aku dong!."

Yayas mengkomat kamit mulutnya mengikuti omongan Rafael, "Trus Ziel mau ikut kagak?."

"Maaf ya aku ada kerja part time jadi gak bisa ikut, kamu kalo mau ikut aja, ael," ucapnya, sambil meletakkam cermin kecilnya.

"Gak mau ah kalau gak ada kamu, nanti aku cowo sendiri."

"Yaudah kalau kalian berdua gak ikut kita berempat aja, semangat ya Ziel kerjanya!," ujar Sana.

Ziel mengangguk ia segera bangun dari duduknya sambil meneteng tas, "Yaudah aku duluan ya," pamitnya melihat semuanya mengangguk dia segera keluar kelasnya, tapi rengekan Rafael menghentikan dia.

"Aku ikutt," rengek Rafael.

"Ngapain? Nanti kamu bosen loh."

"Pokoknya aku ikut!."

Pria bermata serigala itu menghela nafas pelan, ia hanya mengangguk setelahnya melanjutkan melangkah meninggalkan Rafael tentu saja Rafael tetap mengikutinya sekarang ia malah berada di samping dia.

Sesampainya di tempat Ziel berkerja ia segera menggantikan seragamnya dengan seragam kerja. Ziel berkerja di tempat laudryan ia hanya mengantarkan laudry kepemiliknya, tempat kerjanya juga terbilang dekat dengan sekolahnya hanya menaiki angkutan umum sekali.

Bukan hanya berkerja di laundry Ziel juga berkerja menjadi kasir di supermarket dekat rumahnya tapi dia hanya berkerja dimalam hari, bisa dibilang ia sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat, tapi itu tidak membuat ia mengeluh karena hanya itu cara dia untuk tetap hidup didunia ini tanpa yang namanya kelaparan dan kahausan, terkadang Rafael sering membawakan ia makanan kalau dia sedang kehabisan uang dan bahkan sahabatnya itu sering menawarkan pinjaman tentu saja ia tolak karena tidak ingin bergantungan dengan orang lain sekalipun sahabatnya sendiri.

Dan untungnya Ziel memiliki otak yang pintar sehingga ia bisa menerima beasiswa di sekolah smanfour yang terkenal karena kemahalannya.

"Aku mau nganterin laundryan, kamu mau ikut atau tetap disini?," tanya Ziel kepada Rafael yang sedang bengong di kursi pojok.

"Gak deh nanti kamu kesusahan."

"Oke, aku tinggal dulu ya jangan kemana-mana."

Ziel meninggalkan Rafael untuk menghantarkan laundry menggunakan motor scopy fasilitas dari tempat kerjannya, dia menuju kealamat yang bisa dibilang pelanggan setia laundry tersebut jadi dia sudah hafal jalannya.

Sesampainya di rumah yang sangat besar bagi Ziel, dia memakirkan motornya dan segera menuju depan pintu lalu memencet belnya. Tidak lama menunggu seseorang dari dalam membuka pintu besar tersebut.

KEMBAR | hajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang