🍃SPECIAL FOR READERS🍃

6.8K 530 106
                                    

Holaa, masih adakah yang nyimpen di perpus?

Ada yang kangen?

KAGET GAAA?

Buat yang masih gamon sama Alvin, langsung baca ajaa. Aku punya kejutan, hihi.

Kalo udah ikhlas sama kepergian Alvin ga wajib baca, kok.

🍃Happy Reading🍃

"Cha, bukannya hari ini jadwal lo update Sama tapi Berbeda, ya?"

Orang yang diberi pertanyaan tersebut refleks mengangguk. "Rencananya gue mau update lima part sekaligus, biar langsung end."

Ya, sahabat Naya yang satu ini merupakan penulis wattpad. Gadis itu sangat antusias menuliskan kisah Alvin setelah mendengar langsung tentang kehidupan Alvin sekitar sepuluh tahun yang lalu.

"Serius? Buruan, dong. Gue penasaran banget," ucap Naya antusias.

Naya bisa saja meminta kedua kakaknya untuk diceritakan kisah mereka secara detail, tapi ia tetap tertarik pada karya Ocha.

"Sabar, ini hampir selesai gue revisi."

Melihat itu, Naya membulatkan mulutnya dan memainkan ponselnya sendiri karena tak ingin mengganggu sahabatnya yang tengah serius itu.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Ocha meletakkan ponselnya di atas meja dan meregangkan tubuhnya seolah-olah ia telah menulis naskah beberapa jam.

"Akhirnya selesai juga kisah ini," kata Ocha sembari mengambil segelas jus mangga yang telah disuguhkan oleh Bi Ani tadi.

Setelah update yang terakhir kalinya di cerita tersebut, Ocha merasa bangga karena akhirnya ia menyelesaikan tulisan demi tulisan yang menemaninya setiap hari. Namun, ada juga rasa sedih kaena suatu saat pasti ia merindukan masa-masa menulis tokoh-tokoh yang ada di cerita tersebut.

"Langsung baca nggak, sih." Alih-alih membuka ponselnya sendiri, kali ini Naya malah mengambil ponsel milik Ocha yang layarnya masih menampilkan beranda aplikasi oren itu.

"Lah, ngapain pake HP gue?" tanya Ocha sedikit heran.

Naya hanya memberikan senyuman manisnya dan berkata, "Lebih enak baca pake HP dan akun penulisnya langsung."

<><><>

"Sumpah, lo jahat banget, Ocha ...."

Gadis yang diketahui bernama Ocha itu pun hanya bisa tersenyum pasrah sembari menyerahkan tisu pada sahabatnya yang tengah menangis sejak lima belas menit yang lalu.

Ocha terus memperhatikan Naya yang masih saja melanjutkan kegiatan membacanya meski wajahnya sudah berderai air mata, matanya sudah sedikit bengkak, bahkan hidungnya juga memerah.

"Tega banget lo bikin Bang Alvin meninggal di pelukan Mama gitu aja," omel Naya dengan napas yang masih tersendat-sendat.

Ocha yang merasa kasihan pun mengusap pelan punggung sahabatnya itu.

"Ya ... gue kan udah pernah bilang, mau bikin endingnya sad," jelas Ocha.

Mau bagaimana lagi, Ocha sangat suka dengan cerita sad ending. Jadi, setelah ia meminta ijin pada Alvin, ia memutuskan untuk membuat kisah tersebut berakhir menyedihkan.

Sama tapi Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang