Aku menutup hidungku dengan tangan ku ketika mencium bau busuk yang mengerikan, terdengar suara menggerutu dari melvina. Aku menatap Lynn dan Cedric yang terlihat biasa saja, apa mereka pernah mengalami hal yang sama dulu?
Mataku menatap danau yang berwarna hitam gelap dan mengeluarkan aura yang juga gelap, aku menahan mual saat merasakan aura gelap yang begitu pekat.
Pedang suci utara di pinggang ku menjerit seolah-olah menangis, di sekitar danau terlihat tulang belulang manusia dan monster. Seberapa monsternya Erenita sekarang?
Ada 2 cara memanggil Erenita untuk keluar, karena permata air mata duyung ada di dalam danau itu. Saat berdiskusi, aku menolak untuk masuk kedalam danau itu.
Aku pemilik pedang suci utara dan aku tidak tahan berada dalam lingkungan aura hitam terlalu lama, sudah untung aku mau datang ke danau sialan ini.
Mungkin jika bukan karena ini sebuah tugas, aku sudah kabur dari tempat ini dan pergi ketempat lain. Sebenarnya bisa saja aku memurnikan danau ini, tapi itu akan membuang banyak eter ku dan membuat raja iblis yang disembah Erenita akan menyadari keberadaan ku.
Aku masih ingin kehidupan normal dan tanpa bahaya yang mengancam, jadi aku berusaha tidak menggunakan eter dan hanya menggunakan mana. Tapi, aku bukan penyihir seperti keluarga ku. Aku juga bukan pendekar pedang, aku hanya kebetulan bisa menggunakan pedang aura.
Aku juga bahkan awalnya tidak tau kalau pedang pemberian paman ku itu adalah pedang suci, seharusnya aku curiga karena paman ku adalah seorang uskup agung.
Dan sekarang pedang suci dari utara itu ditangan ku, aku tidak mau dicari oleh kuil agung!
Aku memilih cara kedua untuk memanggilnya Erenita keluar, karena cara pertama terlalu nekat. Cara pertama adalah melemparkan diri kedalam danau itu dan Erenita akan mengenali kita sebagai persembahan iblis.
Lalu keluar lah sebisa mungkin dari danau itu untuk memancing Erenita keluar, tentu saja aku tidak akan melakukan cara itu.
Bisa saja, jika aku melakukan cara itu. Entah Cedric atau Lynn akan melemparkan diriku ke dalam sana, cara kedua ialah mengelilingi danau itu dan menancapkan pedang di tanah dekat danau.
Alirkan sedikit mana untuk membuat Erenita keluar dari danau, karena dengan itu Erenita akan merasa ada pengganggu.
Ini sudah siang menjelang sore, biasanya Erenita sedang berdoa dan memuji raja iblis. Jadi ini adalah saat yang bagus untuk menggunakan cara kedua.
Aku mengambil posisi ku yakin utara danau, melvina berada di barat danau, Lynn berada di timur danau dan Cedric berada di selatan danau.
Karena danau yang begitu luas, sedikit lama untuk mencapai posisi masing-masing. Kami mengeluarkan pedang masing-masing, aku mencabut pedang suci utara dari sarungnya.
Sesaat aku dapat mendengar tangisan pedang suci utara untuk tidak menancapkan dirinya ke dalam tanah busuk itu, tapi aku tidak peduli.
Secara bersamaan kami menancapkan pedang di tanah lalu mengalirkan aura masing-masing, air danau yang awalnya tenang menjadi bergemuruh.
Aku menghiraukan pedang suci utara yang terus merengek, kami kemudian memperkuat aura di pedang hingga sesuatu melesat keluar dari danau.
“Berani nya kalian manusia rendahan! Aku akan mencabik-cabik tubuh kalian dan menjadi kan kalian persembahan!!”
Erenita berteriak dengan marah dan mengelilingi dirinya dengan aura hitam pekat hingga membuatku kembali mual, aku membungkam pedang suci utara yang terus menjerit dengan sihir.