Aku Sentari Ilyass Nasyira. Cerita klasik ku sendiri dimasa putih abu. Kisah indah bersama dia yang aku rasakan saat aku duduk di sekolah menengah atas bangku kelas sepuluh. Kisahku yang tidak jelas dengan dia yang sialnya adalah teman sekelasku. Ki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𓍢ִ໋🌷͙֒₊˚*ੈ♡⸝⸝🪐༘⋆⋆.˚🦋༘⋆
Setiap anak pasti berkeinginan sekolah sesuai dengan apa yang dicita-citakan, yang diimpikan dan sekolah yang diidamkan tentunya. Begitupun Anggara Fernanda! Berbeda dengan Sentari yang sekolah di SMA 1 adalah suatu kebanggaan tersendiri karena menurutnya ya memang tidak ada sekolah lain selain pilihan terakhirnya itu, lain hal dengan Anggara yang bermimpi sekolah di SMK 1 Purnasatya. Pilihan sekolah terakhirnya lantaran ia tidak diterima, mungkin karena hal yang tidak perlu kalian tau.
Anggara Arfian Pangestu, dia anak pertama memiliki seorang adik perempuan yang usia nya 14 tahun terpaut jauh keluarga nya cukup terpandang namun bukan berarti bisa dibilang keluarga yang tentram dan damai. Dia ini kadang broken home kadang cemara sesuai mood masing-masing aja. Lain hal dengan Sentari yang memiliki latar belakang yang cukup jelas, Anggara ini anak dari orang tua yang merantau jauh bukan warga asli Semarang.
Tentunya keadaan keluarga yang kadang cemara kadang broken home membuat Anggara menjadi pribadi yang sedikit brandal, ya walaupun masih dibatas wajar. Tapi mana tau.., manusia biasa ngga akan tau kelakuan orang lain di belakang.
"Cewe itu kaya ngga asing," Celetuk Gara setelah beberapa detik yang lalu bertatapan dengan seorang gadis berambut sebahu dengan model layer.
"Yang mana?" tanya Alfian sembari menengok ke belakang mencari sosok yang dimaksud temannya itu
"Itu, yang duduk sama Ody. Lo kenal?" tanya Anggara
Alfian kembali menoleh mencari sosok yang katanya duduk bersama Ody. "Sentari bukan si, anak kelas X.6 juga masa lo ngga kenal!" jawabnya
Anggara mengangguk mengiayakan ucapan temannya, benar juga ya pantes ngga asing. Tapi Anggara masih saja bertanya-tanya, sepertinya dia pernah mengenal Sentari sebelum adanya pembagian kelas tapi di mana?
Memilih mengabaikan apa yang dia pikirkan, Anggara membuka ponsel nya mengabaikan apa yang tengah dibicarakan narasumber di depan sana karena menurutnya tidak penting dan sangat membosankan. Ia membuka semua sosmednya sampai pada akhirnya ia membuka instagram. Membuka semua Direct Message yang masuk, namun naas ia sama sekali tidak ada niatan untuk membalasnya terkecuali satu akun yang membuatnya sedikit penasaran.
Hai, kamu sekolah di SMA 1 Wiratama juga?
Kira-kira isinya seperti itu, lantas ia membuka akun si pengirim dan ia sadar! Untuk memastikan ia kembali menoleh ke arah di mana Sentari duduk bersama Ody menyamakan foto yang ada di instagram tersebut dengan Sentari. Benar, itu Sentari!
Satu hari sebelum hari itu memang Anggara sudah membuka DM itu, membuka akun nya juga namun sama sekali tidak ada niatan membalas karena ia sangat amat malas untuk berurusan dengan orang-orang yang menanyakan hal tidak penting apalagi Sentari saat itu menanyakan apakah betul dirinya sekolah di sana. Sekolah yang tidak ia inginkan itu. Tepat hari ini ia kembali membuka nya dan ternyata, satu kelas dengan dirinya. Entah kenapa ada hal yang membuat dirinya merasa merelakan untuk sekolah di sana setelah mengetahui Sentari yang mengirimkan pesan itu.
"Ngapain lo senyum-senyum?" tanya Alfian penasaran
Anggara mematikan ponselnya. "Ngga, apaan emang?"
"Gila lo?" sungut Alfian meledek
Anggara mengabaikan celetukannya, yang benar saja? Ah gila karena apa juga?
𓍢ִ໋🌷͙֒₊˚*ੈ♡⸝⸝🪐༘⋆⋆.˚🦋༘⋆
Anggara berjalan gontai menuju kelas barunya setelah berjam-jam ia habiskan untuk duduk di gor mendengarkan, ah tidak bahkan ia sama sekali tidak tau apa yang dibicarakan panitia di depan tadi. Asik mengobrol sendiri, main ponsel dan sebagainya
Sampai kelas ia melihat beberapa anak yang menjadi teman barunya, terutama Sentari. Matanya sesekali melirik di mana Sentari duduk jauh di sebrang bangku nya sendiri. Ia masih penasaran kenapa Sentari menanyakan itu padanya dan darimana dia tau bahwa dirinya sekolah di sana juga? atau dia pernah saling bertemu sebelumnya atau bagaimana? Yang jelas pertanyaan itu beberapa kali kerap muncul di benaknya. Sampai ia sadar bel pulang sekolah berbunyi, ia lantas bergegas keluar kelas sembari membawa penggaris yang ia temukan di meja baru nya. Meja yang satu tahun mendatang akan menjadi meja tempat ia belajar, ah tidur lebih tepatnya
Hal yang tidak ia duga sama sekali saat ia melewati bangku Sentari adalah, tiba-tiba saja ia menodongkan penggaris yang membuat Sentari juga agak sedikit terkejut. Tepat saat itu, pertama kali nya ia dan Sentari saling menatap satu sama lain, pertama kali nya ia melihat Sentari dari jarak yang sedekat itu. Bukannya ia canggung, malah ia tersenyum sekilas dan ia melihat jelas bahwa Sentari pun tersenyum singkat ke arahnya. Mana tau bahwa dirinya dan Sentari akan saling menyapa dengan anehnya seperti ini?