Aku Sentari Ilyass Nasyira. Cerita klasik ku sendiri dimasa putih abu. Kisah indah bersama dia yang aku rasakan saat aku duduk di sekolah menengah atas bangku kelas sepuluh. Kisahku yang tidak jelas dengan dia yang sialnya adalah teman sekelasku. Ki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Day 55. at Wiratama High School Senin, 11 September ִ🌷͙֒₊˚*ੈ♡⸝⸝🪐༘⋆⋆.˚🦋༘⋆
K
urikulum merdeka tentunya menjadi plus minus bagi siswanya sendiri, dampak positif nya mereka jadi lebih sering presentasi di depan kelas dan mengeluarkan pendapatnya secara umum. Melatih kreativitas mereka dan memaksa mereka untuk bersosialisasi aktif dengan teman lainnya bahkan teman lain kelas. Tapi tentunya dampak negatif nya pun berdampingan, mereka harus lebih menguras energi, pemikiran dan uang tentunya karena dari puncak kegiatan p5 sendiri adalah gelar karya atas hasil yang mereka buat selama beberapa hari belakangan.
SMA 1 Wiratama saat ini mengadakan kegiatan program pembelajaran kurikulum merdeka yaitu P5, P5 sendiri adalah projek penguatan profil pelajar pancasila. Di mana siswa berkenan untuk belajar di luar kelas dengan pembagian beberapa kelompok. Dan SMA 1 Wiratama tengah melaksanakan itu untuk hari ini dan dua minggu kedepan, terutama bagi angkatan Sentari dan satu tahun sebelum angkatan Sentari.
Tema yang diangkat kali ini adalah tentang "Demokrasi aktif bagi pelajar pancasila" yang intinya semua siswa berhak menyuarakan aspirasi dan apapun yang berkaitan dengan siswa, seperti ikut berperan aktif dalam pemilihan ketua osis dan menyuarakan atas pembullyan yang ada di sekolah. Tema ini juga melatih semua siswa untuk mengikuti debat-debat kecil dengan tema yang mereka tentukan sendiri, seperti..
Mengapa siswa berhak menyuarakan apa yang perlu mereka suarakan, lalu debat pro dan kontra gudget diera sekarang untuk anak-anak dan juga konflik yang melibatkan SARA seperti diskriminasi dan sebagainya.
Tentu hal itu adalah pengalaman baru bagi semua siswa temasuk Sentari, mereka dituntut untuk melakukan hal-hal tersebut dan dituntut berkreativitas secara mandiri. Sudah cape dengan mapel sekolah, ditambah cape sama kegiatan p5 ini. Nasib anak kurmer ya begini
Hari ke 3 pelaksanaan kegiatan p5 ini, pusing juga lama-lama. Hari ini adalah kegiatan pembuatan drama yang berkaitan dengan pembullyan dan kenakalan remaja lainnya yang masih berkaitan dengan konflik SARA di mana perbedaan masih menjadi alasan utama untuk perlakuan pembullyan.
Sentari selesai sudah menggarap tugas tersebut dengan teman sekelompoknya, walaupun agak susah diatur akhirnya mereka menyelesaikan tugas itu dengan sedikit dongkol. Setelah itu ia sendiri duduk sembari menata kembali kertas dialog yang berisikan narasi drama nya, saat ia melihat sekeliling ia terkejut saat di mana Anggara.. tengah mengerjakan tugas nya juga dengan teman sekelompoknya. Bukan itu yang akan ia ceritakan, melainkan dalam drama nya Anggara berperan sebagai cowo yang berpenampilan feminim dengan tas pink nya, yang bukan lain adalah tas milik Sentari..
Drama apa yang mereka buat sampai Anggara menjadi sosok cowo feminim seperti itu? Sentari menarik ujung bibirnya membentuk lengkungan manis walaupun setipis tissue, lucu juga ya Anggaranya ini.
Eh Anggara teman sekelasnya ini, maksudkuu.
Lima puluh lima hari sekolah di SMA 1 Wiratama di kelas X.6 dan sekelas dengan Anggara tentunya, interaksi setelah hari itu adalah interaksi biasa. Eye contact, menyuruhnya untuk piket, menarik uang kas dan juga menanyakan keberadaannya saat sudah pukul 7 lewat. Bukannya aku khawatir atau rese ya, tapi ini menyangkut absensi nya, sebagai sekretaris yang baik ya harus ditanyakan dulu sebelum dicatat.
Hariku dan harinya piket itu sama saja, Senin. Sudah pagi-pagi upacara, piket lagi. Apa ngga menyala gerahku, mana bajunya masih dipake selasa nya.
"Hayo, liatin siapa ya?" tanya Ody mengagetkanku dari arah belakang.
Liatin suamiku.. ngawur, yakali ku jawab begitu
"Ngga liatin apa-apa" jawabku berbohong. Padahal lagi liatin Anggara calon pacarku, apasih Tar. Halumu itu loh
"Oh, ke kantin yuk! Udah boleh istirahat kata pak Bagus" ajaknya memberitahu. Pak Bagus itu guru mapel sejarah, yang lagi ngawasin kegiatan kita hari ini.
Aku menyetujui, membereskan alat tulisku dulu lalu beranjak ke kantin meninggalkan suasana kelas yang mulai berisik.
Sekembalinya aku dari kantin, aku melihat beberapa anak yang masih duduk di bangku nya sendiri. Introvert si intovert tapi ngga setengah jam duduk juga di kelas kali, apa ngga bosen? Sedangkan beberapa anak lainnya ada yang baru saja kembali dari kamar mandi, dan ada yang tengah tertidur, Alfian misalnya.
Aku tipe orang yang ngga betah pake sepatu, apalagi kalau ke kamar mandi. Sekolah ini memperbolehkan siswa nya membawa sandal khususnya untuk sholat dzuhur. Tapi beberapa anak juga memakainya pas ke kantin, ke toilet dan kemana aja. Yang penting bukan ke kantor aja.
Sentari hendak menggunakannya, awalnya. Tapi saat ia membuka loker kelasnya, sendalnya tidak ada lagi tergeletak di sana, kemana ya? Di pinjem siapa?
Memutuskan untuk tidak jadi ke kamar mandi karena sandalnya hilang, ah lebih tepatnya dipinjam tapi ngga bilang. Sentari kembali duduk sembari memakan jajannya yang ia beli, sebelum akhirnya ia melihat Anggara dan teman lainnya memasuki kelas dengan candaan singkat. Tak terlalu memperdulikan karena yang saat ini ia pikirkan adalah sandalnya di mana??
"Nih, sandalnya. Makasih ya dan maaf juga pinjem sendal lo ngga bilang dulu" ucapnya sembari mengembalikan sandalku. Aku mendongak, menatap lawan bicara yang mengatakan maaf dan terimakasih itu. Jadi ini yang dinamakan jatuh cinta, untuk hal-hal kecil seperti ini saja membuat Sentari sedikit merasakan debaran aneh. Sebab siapa yang tau, kalau sandalnya dipinjam oleh sosok lelaki yang 55 hari belakangan ini menjadi semangatnya untuk tetap berangkat sekolah sekalipun hujan badai angin ribut.
Anggara..
Kalau kamu mau pinjam, pakai aja ya! Aku suka apapun yang berhubungan sama kamu