21

83 13 1
                                    

Bugh...

pukulan dari Vernon berhasil membuat orang-orang terkapar lemah tak sadarkan diri. Vernon segera menghampiri Florea dan Ernest dengan tertatih-tatih karena kakinya sedikit terluka karena terkena busur yang mereka gunakan sebagai senjata.

"Vernon, kau tidak apa-apa? Kakimu..."

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu? apa ada yang terluka? Katakan padaku! Apa yang sudah mereka lakukan padamu?" Vernon terlalu panik saat tahu Florea sedang dikejar oleh orang tidak dikenal sampai dia tidak sadar bahwa dia sangat mengkhawatirkan gadis itu.

Florea sedikit heran, Vernon tidak pernah sepeduli ini dengannya. "Aku tidak apa-apa, tapi Ernest... Dia terluka karena menyelamatkanku"

Tatapan Vernon beralih pada Ernest yang masih meringis kesakitan, pria itu masih bertahan sampai sekarang.

"Vernon, tolong bantu aku membawanya ke rumah sakit" pinta Florea dengan suara yang bergetar akibat menangis.

Meski dari awal mereka bertemu, Vernon tidak terlalu suka dengan sikap Ernest yang terlihat percaya diri itu. Tapi, setelah mengetahui bahwa pria itu telah menyelamatkan Florea, dia merasa ingin berterima kasih.

"Bantu aku membangunkannya" suruh Vernon.

Saat Vernon mencoba mengangkat tubuh Ernest, tapi pria itu menahannya dan menatap Vernon serius.

"Ver-non" ucap Ernest sedikit terbata-bata.

"Jagalah Florea, cintai dia seperti dia mencintaimu"

Vernon dan Florea terdiam mendengar ucapan Ernest, mereka saling menatap satu sama lain. Detik kemudian, Vernon kembali menatap Ernest.

"Kita akan membawamu ke rumah sakit" ucap Vernon datar. Tidak terlalu peduli apa yang dikatakan Ernest, nyawanya lebih penting saat ini.

Vernon dan Florea mengangkat tubuh Ernest dengan pelan.

"Tuan putri!" Dari jauh Rere berlari bersama beberapa pengawal istana.

"Tuan putri baik-baik saja? Apa mereka menyakitimu?" Rere khawatir, dia takut yang mulia akan marah karena tidak bisa menjaga putrinya dengan baik.

"Jangan pikirkan aku, tolong bawalah Ernest kerumah sakit sekarang" perintah Florea.

Pengawal istana dan Vernon pun langsung membawa Ernest dengan cepat, berharap Ernest akan baik-baik saja, dan masih bisa diselamatkan.

* * * * *

"Charloss, apa yang aku dengar itu benar? Apa Jakson telah kembali? Dimana Florea? Kau sudah menemukannya? Dia tidak boleh samp ketahuan!" Florence sangat takut disaat dia mendengar ada prajurit dari kerajaan Darkstone yang sedang mencari keberadaan Florea.

Charloss langsung memeluk istrinya untuk menenangkannya. "Tenanglah, pengawal sedang mencarinya, tidak perlu khawatir. Kita tidak akan biarkan orang-orang itu menyentuh putri kita"

"Apa mereka tahu tentang Florea? Bagaimana jika mereka menangkapnya?, Charloss, lakukan sesuatu! Aku tidak mau Florea diambil oleh orang seperti mereka "

"Mereka mungkin sudah menyelidiki ini dari lama, tapi aku tidak akan biarkan mereka mengambil florea dari kita"

Sesak, itu yang dirasakan Florence saat ini. Mengingat kembali kejadian masa lalu, sampai dia mengandung dan melahirkan anak dari Jakson si pria yang tidak punya hati. Tapi, Florence tidak pernah menyalahkan atau mengasingkan Florea, dia sangat menyayangi Florea meski saat melihat Florea dia terus teringat dengan wajah Jakson yang menjijikan itu.

"Yang mulia!" Seorang pengawal istana datang dengan terburu-buru.

Charloss melepaskan pelukannya. "Bagaimana? Kalian sudah menemukan putriku?"

"Begini, prajurit dari Darkstone datang membawa paksa tuan putri, tapi pangeran Ernest dan Vernon menyelamatkan tuan putri, sehingga mereka tidak berhasil membawa tuan putri. Tapi..."

"Tapi apa?" Tanya Florence panik.

"Pangeran Ernest terluka karena terkena tusukan panah saat menyelamatkan tuan putri"

Florence dan Charloss terkejut akan berita itu, mereka merasa lega karena Florea baik-baik saja. Tapi, bagaimana mereka harus menjelaskan semua itu pada orang tua Ernest.

"Sekarang dimana mereka?" Tanya Charloss panik.

"Mereka sekarang berada di rumah sakit yang mulia"

"Charloss, ayo kita kesana!"

Charloss mengangguk, dan segera pergi kerumah sakit untuk melihat keadaan Ernest.

* * * * *

Di rumah sakit, Ernest sedang ditangani oleh dokter. Florea disana sangat gelisah, dia berharap Ernest baik-baik saja. Dokter menyarankan untuk melakukan operasi. Dan Florea setuju jika itu yang terbaik.

"Sebaiknya kau duduk" kata Vernon.

Florea melirik sekilas ke arah Vernon yang sudah terduduk, dan mengikuti kata Vernon untuk duduk. "Kakimu... Apa harus di obati?"

"Tidak perlu"

"Akan ku panggilkan perawat untuk mengobati lukamu" ujar Florea yang hendak berdiri, tapi tangannya sudah lebih dulu di tahan okeh Vernon.

"Duduk"

Lagi-lagi Florea menurut. "Lukamu harus dibersihkan, jika tidak akan semakin parah nantinya"

"Aku tidak mau"

"Kau harus mau"

Vernon menatap kesal pada Florea, gadis itu sangat memaksa. "Baiklah, tapi kau yang harus mengobatiku"

Florea menatap Vernon bingung. "Aku? Disini ada banyak perawat yang bisa mengobatimu, akan ku panggilkan"

"Aku tidak mau perawat, aku ingin kau yang mengobati lukaku"

Jantung Florea berdetak kencang, entahlah.

"Rere! Tolong ambilkan obat dan beberapa peralatan untuk mengobati luka" katanya, dan langsung dilaksanakan oleh Rere.

"Aku harap Ernest baik-baik saja" ujarnya membuat Vernon menatapnya teduh

"Kau sangat khawatir padanya?"

"Dia telah menyelamatkan nyawaku, aku akan sangat berterima kasih padanya karena sudah rela mempertaruhkan nyawanya untukku. Aku menyesal karena bersikap tidak baik padanya selama ini. Dia pria yang baik dengan cara yang berbeda. Aku harap dia bisa selamat" gadis itu kembali menangis, tidak pernah disangka olehnya bahwa Ernest rela melakukan apapun untuknya. Florea tidak menyesal karena tidak bisa membalas perasaan pria itu padanya, tapi dia menyesal karena telah mengatakan hal-hal buruk untuk pria itu.

Vernon menunduk. Dia merasa iri pada Ernest karena Florea begitu mengkhawatirkannya, sampai membuat gadis itu menangis. Tapi, Vernon sangat berterimakasih padanya karena telah menyelamatkan Florea, gadis yang selalu ada dipikiran pria itu.

Vernon mengulurkan tangannya dan menarik Florea kedalam pelukannya.

Gadis itu tentu terkejut dengan yang dilakukan Vernon, ini bukan Vernon yang dia kenal.

"Menangislah jika itu bisa membuatmu lebih baik, gunakan bahuku untukmu bersandar "

Ucapan itu membuat gadis itu tersenyum, ada titik celah untuknya bersama Vernon. Sekarang, dia merasa lebih baik dalam pelukan pria itu, sangat hangat sampai dia memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya.

Pria yang sangat misterius, sampai Florea tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan pria itu setelahnya dan nanti. Tapi yang pasti, Florea sangat menantikan pria itu selalu ada untuknya.

* * * * *

Sorry telat up 🙏🏻
Hari ini aku bakal up dua part kok...

Terimakasih telah membaca big SECRET

* * * * *

Big SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang