Episode 5

1 0 0
                                    

Ketiga sahabatku menepuk pelan tangan kirinya. Hologram yang mengambang di atas kami menghilang. Tanpa cahaya hologram, di sekitar kami kembali menjadi gelap. Cahaya bulan juga tidak membantu banyak. Selang beberapa detik, keluar sebuah cahaya kemerahan di hadapan kami.

   Ibnu terlihat menahan nafasnya. Luis menggigit bibir. Zai tersenyum tipis. Mereka bertiga sudah tidak sabaran.
   Tiga senjata keluar secara bersamaan. Sesuatu yang diharapkan telah tiba. Tombak, busur panah, dan kusarigama mengambang di hadapan kami.

   “Lihat punyaku sangat unik” Ibnu mengangkat kusarigama miliknya.

   “Yeah, memang seperti itu bentuknya dan sangat sulit menggunakannya. Orang yang ahli dalam menggunakan senjata, belum tentu mahir menggunakan alat tersebut. Katanya senjata itu paling berbahaya di Jepang” Zai menimpali.

   “Benar. Aku pernah melihat orang-orang yang menggunakan senjata itu di acara Tv. Caranya pegang kuat-kuat bagian rantainya, lalu putar sabit itu. Seperti bermain tali laso.” Aku ikut menimpali.

    Zai mengangguk seolah setuju dengan penjelasanku.

   “Hei, bagaimana dengan panahku ini? Maksudku panah ini tidak keluar dengan anak panahnya.” Luis bertanya.

   “Sepertinya anak panah milikmu tidak terbatas. Coba kau gunakan panah itu tanpa anak panah. Aku yakin anak panah itu akan keluar dengan sendirinya” Zai menjelaskan.

   “Baiklah, akan ku coba.” Luis tidak banyak berkomentar.

   Luis balik kanan, mulai membidik pohon yang ada di depannya. Seketika, ada cahaya tipis di tangan Luis yang hendak memanah. Perkataan Zai benar. Anak panah itu telah muncul di tangan Luis. Reflek Luis melepaskan anak panah, lantas benda tersebut menancap tepat di batang pohon. Anak panah itu memiliki cahaya tipis dan akan padam setelah mengenai target.

   “Aku masih tidak mengerti. Bagaimana kau tahu segalanya Zai? Bahkan kau selalu bisa menjawab semua persoalan” Ibnu bertanya ke arah Zai.

   “Yeah, itu karena aku banyak belajar. Ngomong-ngomong tadi itu keren Luis” Zai mengacungkan jempolnya.

   “Hei, entah kenapa tanganku seolah bergerak sendiri tadi.” Raut wajah Luis terlihat kaget.

   “Mungkin pembuat game memberikan kita skill otomatis. Agar kita tidak terlalu kesulitan dalam permainannya” Aku memberitahu. Berusaha bercanda.

   “Nah, mungkin pendapat dari Juli benar. Baiklah mungkin lebih baik kita melanjutkan perjalanan. Perasaanku mulai tidak enak. Biarkan Juli yang memandu di depan. Aku tahu kau keberatan Luis, tapi ini juga terpaksa. Mau bagaimana lagi kita tidak akan bisa bertahan di sini tanpa api, tanpa pencahayaan.” Zai berkata.

   “Bagaimana jika kita menggunakan cahaya hologram tadi” Ibnu menepuk tangan kiri. Hologram seketika langsung keluar.

   “Benar. Tapi aku takut, jika menggunakan cahaya hologram akan mengundang makhluk malam mendekat. Maksudku hewan-hewan” Zai memberi saran.

   Dengan cepat Ibnu menghilangkan hologram.

   “Jika pendapatmu seperti itu, seharusnya makhluk-makhluk yang kau maksud sudah datang sejak tadi Zai. Di saat kita mengeluarkan hologram itu bersama-sama.” Luis berkomentar.

   “Yeah, itu benar. Tapi game ini terlihat baru saja dimulai. Semua tantangan yang akan hadir akan tiba. Musuh-musuh akan bermunculan. Aku yakin kita baru saja dalam tahap pengenalan. Pemberitahuan tentang game. Berkat tingkah laku Juli aku jadi bisa menganalisis semuanya.”

   Aku menghela nafas panjang. Ini semakin rumit.

   “Coba kalian pikirkan. Di setiap game pasti ada tahap tutorial. Jika kita tidak melakukan apa-apa sejak tadi, pasti kita hanya berputar-putar di dalam hutan tanpa arahan. Memang tidak adil. Pembuat game ini pasti lupa membuat fitur tutorial secara langsung kepada pemain.”

Sang Bayangan MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang