Suasana di kelas Rafa hari ini begitu hidup dan penuh semangat. Sudah sejak pagi, teman-teman satu angkatan berkumpul di ruang kuliah yang luas dan nyaman. Mereka semua sedang asyik membahas tentang mata kuliah hukum yang menjadi bintang utama pembicaraan hari ini.
Rafa, seorang mahasiswa yang cerdas dan tekun, duduk di barisan depan sambil menganggukkan kepala setuju dengan pendapat teman-temannya."Hukum memang sangat menarik, ya. Kita bisa belajar banyak hal yang membuat kita lebih bijak dan bertanggung jawab," ucap Rafa sambil tersenyum cerah.
Tidak jauh darinya, natasya, teman sekolahnya sejak dulu, mengangguk setuju."Iya, benar. Hukum benar-benar menjadi fondasi bagi peradaban manusia. Tanpa hukum, mungkin semua akan kacau balau," tambah natasya sambil memandang sekeliling kelas yang ramai.
Kemudian, valin, sahabat Rafa sejak kuliah pertama, ikut berbicara,"Tapi, kalian tahu, kan, banyaknya jenis hukum yang ada. Mulai dari hukum perdata, pidana, administrasi negara, sampai hukum internasional. Semua memiliki peran yang penting dalam menjaga ketertiban dan keadilan di masyarakat."
Tak mau kalah, jackson, teman sekelas yang terkenal pintar dan kritis, menyelipkan pendapatnya,"Meskipun begitu, hukum juga seringkali dianggap sebagai alat kekuasaan oleh pihak yang berwenang. Bukan hanya untuk menjaga keadilan, tetapi juga untuk mengontrol dan membatasi hak-hak individu. Ini yang kadang jadi persoalan kompleks dalam prakteknya."
Rafa mengangguk perlahan, merenung sejenak sebelum menjawab,"Benar juga ya, jack. Hukum memang bukan selalu berada di sisi kebenaran. Tetapi, kita sebagai calon pengacara harus mampu memahami kedalaman makna hukum dan menjalankannya dengan bijak. Kita harus bisa menjadi penegak keadilan yang sejati."
Sementara itu, nana, teman seangkatan yang paling antusias dalam diskusi, tidak tahan untuk ikut berpartisipasi,"Ya, benar sekali! Sebagai mahasiswa hukum, kita harus terus belajar dan mengasah kemampuan berpikir kritis kita. Kita harus bisa melihat hukum dari berbagai sudut pandang dan merespons dengan bijak dalam setiap kasus yang dihadapi."
────────────────Di pagi hari yang cerah, ruang makan keluarga dipenuhi dengan suara riuh. Keempat adik laki-laki, rafa, julian, tama, dan jovan, duduk di meja makan sambil sibuk berbicara satu sama lain. Mereka sedang berdebat sengit tentang membeli pakaian baru.
"Kakak, kita butuh pakaian baru. Ini sudah mulai lusuh, tidak pantas lagi dipakai," kata julian dengan suara lantang.
"Sudahlah, adik-adik. Kita tidak memiliki uang lebih untuk membeli pakaian baru sekarang. Pakaian kalian masih layak dipakai," sang kakak, gama, mencoba menenangkan keempat adiknya.
Namun, keempat adik laki-laki itu tetap bersikeras. Mereka mengeluh tentang pakaian mereka yang sudah tidak layak pakai lagi dan ingin tampil lebih modis seperti teman-teman mereka di sekolah. Mereka memohon kepada gama untuk membelikan mereka pakaian baru.
Gama merasa tertekan dengan permintaan adiknya. Dia adalah anak sulung dari keluarga dan merasa bertanggung jawab atas adik-adiknya. Namun, sebagai koki yang hanya di gaji 3 juta dan harus di sisih kan untuk segala keperluan rumah dan sekolah sang adik, dia tidak memiliki cukup uang untuk membeli pakaian baru untuk keempat adiknya.
Setelah selain dengan sarapan nya masing masing disini hanya ada 4 adik laki laki dan 2 kakak laki laki 1 kakak laki laki nya sudah pergi pagi pagi sekali karna ia harus membersihkan kan tempat ia mengajar untuk murid murid nya
Mereka semua terdiam setelah beberapa menit yang lalu sedikit riuh dan berdebat kecil namun membuat sangkakak marah .
"Kenapa kalian meminta baju baru lagi? Belum lama ini saja aku membelikan kalian baju baru!" Ucap gama marah
"Maafkan kami kakak. Kami tahu kami telah membuatmu marah. Sama seperti sebelumnya, baju kami sudah lusuh dan tak lagi bisa dipakai" jawab julian
"Kalian seharusnya merawat baju kalian dengan lebih baik. Tidak mudah bagi kami untuk membelikan kalian baju baru setiap saat."
"Lami sungguh menyesal kak. Kami janji akan lebih hati-hati lagi dengan pakaian kami." Ucap jovan
"Maafkan aku. Aku seharusnya lebih pengertian. Tapi kalian harus belajar untuk memahami situasi kami juga." Balas gama
"Kami tak bermaksud membuatmu kesal kak. Kami tahu betapa sulitnya untuk kalian mengurus kami sejak kepergian orang tua kita." Ucap penyesalan tama
"Terima kasih atas pengertian kalian. Aku minta maaf telah marah dan menghardik kalian tadi." Jawab gama
"Kami nggak bisa membayar kasih sayangmu dengan baju baru kak. Tapi tolong terima permintaan maaf kami." Ucap rafa
"Kalian adalah adik-adik terbaik yang bisa aku miliki. Maafkan kakak juga karena kadang merasa beban berat dalam mengurus kalian."
"Kami akan lebih bersyukur dengan apa yang kami miliki dan tak lagi meminta-minta tanpa ditimbang kembali. Terima kasih kakak" ucap rafa lagi dengan tersenyum kecil
"Sama-sama adik-adikku. Kita keluarga yang saling mendukung dan mengasihi. Mari kita jaga kebersamaan kita dengan baik."
hanya 1 orang laki laki yang tidak berbicara ia hanya mendengarkan dan menyimak apa yang sedang terjadi di pagi hari ini ia sedit sedih karna ekonomi nya saat ini belum bisa meningkat drastis ia akan giat untuk bekerja saat ini apa lagi untuk keluarga nya ini."Nanti kalo kakak udah gajian kita beli Pizza ya yang banyak, janggan nangis nagis gitu jelek lagian juga udah di maafin kan sama kak gama" ucap abyan sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE SIDE
Teen Fictionmampu kah mereka bertahan di kondisi seperti ini yang mengharuskan mereka harus tetap mengengam tangan bersama??