Julian dan Tama duduk di sudut tenang kafe dekat sekolah mereka, menikmati istirahat singkat mereka dari kesibukan pekerjaan. Julian, dengan seragam kafe yang rapi, menyeduh secangkir kopi sambil menatap ke luar jendela dengan ekspresi serius.
Tama, yang mengenakan apron kafe, duduk di seberang meja dengan senyum lebar di wajahnya.
"ian, apa yang kamu pikirkan?" Tama bertanya, mencoba memecah keheningan yang terasa tegang di udara. "Kamu terlihat begitu serius."
Julian menoleh ke arah Tama, matanya terlihat penuh perhatian. "Aku sedang memikirkan gaji kita. Kita harus mulai mengumpulkan lebih banyak uang untuk Jovan. Kak gama dan yang lain butuh biaya operasi transplantasi yang mahal, dan aku ingin membantu."
Tama mengangguk, ekspresi simpati terpancar dari wajahnya. "Aku mengerti, ian. Kita harus bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan itu. Tapi jangan terlalu stres, ya? Kita masih punya waktu untuk mengumpulkan uang."
Julian menghela nafas dalam-dalam. "Aku tahu, Tama. Tapi aku merasa kau dan harus bertanggung jawab sebagai kakak. Kita harus melakukan apa pun yang bisa kita lakukan untuk membantu Jovan."
Tama meletakkan tangannya di atas tangan Julian dengan penuh kehangatan. "Kamu sudah melakukan yang terbaik, ian. Kita akan mencari cara untuk mengumpulkan uang lebih banyak. Sekarang, mari kita nikmati istirahat kita sebentar. Kita bisa berpikir lebih jernih setelah ini."
Mereka berdua kemudian duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati aroma kopi yang menguar dari cangkir Julian. Meskipun pikiran mereka terus melayang ke masalah yang mengganggu, mereka berhasil menemukan sedikit ketenangan di tengah kesibukan mereka. Dalam keheningan itu, mereka merenungkan rencana-rencana untuk mengumpulkan uang lebih banyak, sambil tetap menjaga semangat dan kekuatan mereka.
Setelah beberapa saat, Julian akhirnya tersenyum. "Terima kasih, Tama. Aku merasa lega setelah berbicara denganmu. Kita pasti bisa menyelesaikan ini bersama-sama."
Tama tersenyum balik. "Tentu saja, ian. Kita adalah super hero untuk jovan yang hebat. Sekarang, mari kita kembali ke pekerjaan dengan semangat baru." Dengan itu, mereka berdua kembali ke tugas mereka dengan semangat yang diperbaharui, siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE SIDE
Teen Fictionmampu kah mereka bertahan di kondisi seperti ini yang mengharuskan mereka harus tetap mengengam tangan bersama??