17

2.3K 198 12
                                    

Disclaimer, cerita ini hanyalah karangan, dan adegan cerita ini baik sakit dan tindakan medis tidak sepenuhnya benar dalam dunia nyata.

Harap bijak membaca, dan bagi merasa tidak nyaman ataupun risih, silahkan hapus saja!

happy reading

Malam menegangkan dapat dilalui Juan dengan kondisinya perlahan membaik. Demamnya turun dan tak harus kembali ke ruang ICU.

Walaupun begitu, masker oksigen tetap terpasang apik di wajahnya karena saturasi oksigennya masih belum naik.

Anak itu masih mengeluh sesak dan merintih ketika dada dan perutnya kembali berulah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak itu masih mengeluh sesak dan merintih ketika dada dan perutnya kembali berulah. Untuk sekedar berbicara pun Juan terangah-engah.

Semua anggota keluarga tak sekalipun melangkahkan kaki keluar demi menjaga kesayangan mereka.

Citra dan Fahri senantiasa mengelus perut dan dada Juan yang menyentak setiap sengatan datang. Merasakan tubuh yang sebelumnya hangat menjadi dingin dengan butiran keringat sebiji jagung.

Cantika sesekali mengusap keringat yang membasahi kening pucat adeknya, dan membelai surai lepek itu.

Tama sebagai yang tertua duduk di kursi di tepi brankar sembari mengecup dan mengusap tangan yang terkulai lemah.

Sementara Bagas hanya bisa memperhatikannya di sofa dengan tatapan sendunya.

Lingkaran mata mereka begitu kentara menandakan mereka tidak bisa tidur semalaman. Lelah mereka tak sebanding dengan kekhawatiran mereka melewati malam dengan ketakutan.

Yang ada dipikiran mereka hanya Juan, bahkan Fahri dan Tama tidak bisa masuk kantor dan menyerahkan pekerjaannya ke sekretaris mereka.

Bagas memilih tidak masuk kuliah, begitu juga Cantika ijin tidak masuk sekolah.

Mereka menunggu mata yang terpejam itu terbuka dengan senyuman manisnya, menyapa mereka dengan lirih manjanya. Tetapi hari mulai mendekati siang, Juan masih betah dalam lelapnya, membiarkan mereka terhanyut dalam ketakutan.

Bahkan ketika mereka mengganti popoknya, anak itu tetap tidak terganggu, walaupun mereka menggerakkan tubuh kurus itu.

Reza beberapa kali memeriksa Juan hari ini, dan berusaha memenangkan mereka, Juan hanya sedang kelelahan dan membutuhkan istirahat yang lama.

Waktu berlanjut sampai siang hari, mereka dengan penuh kehatian-hatian membersihkan tubuh yang membuncit itu.

Fahri membuka selimut yang menutupi tubuh Juan, menampilkan anak itu hanya menggunakan popok saja.

Popok yang baru setengah jam mereka pakaikan tampak penuh, dan semburat kemarahan terlihat menyedihkan disana, bersama selang katater mengaliri urine keruh menambah keprihatinan mereka.

Batasan Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang