20

2.6K 223 14
                                    

Sang surya perlahan tenggelam di kegelapan malam, menerbitkan cahaya remang di sinari bulan.

Mansion yang beberapa bulan terlihat lengang, kembali terisi penuh tuan rumah, terutama disalah satu ruangan tempat anggota berkumpul memberikan kekuatan.

Ria-- salah satu perawat yang dipercayakan merawat pasien khusus Dokter Reza ini, saling bekerja dengan Tasya yang merupakan sesama rekan kerjanya untuk memantau pasien mereka selama 24 jam setiap harinya.

Mereka mulai membiasakan diri untuk merawat pasien kecil mereka yang begitu rapuh.

Belum sehari mereka memantau kondisi Juan, mereka sudah paham bagaimana rusaknya perut membuncit itu. Mereka sesekali menengadahkan kepala untuk menahan air mata melihat bagaimana kondisi anak itu yang sempat menurun beberapa jam yang lalu.

Ditambah dengan tangisan keluarga pasien, yang membuat mereka berusaha untuk tidak membuat pasien kecil mereka semakin sakit.

Awalnya mereka berpikir, mereka akan merawat pasien pada umumnya, apalagi pasien itu hanyalah anak remaja. Tapi mereka mulai paham, kenapa mereka digaji berkali-kali lipat dari biasanya hanya untuk menjaga pasien kecil mereka.

Mereka bisa lihat dengan jelas, betapa parahnya kondisi Juan sekarang. Dari rekaman medis yang telah mereka baca, penyakit yang diderita Juan bukanlah penyakit biasa, dan bahkan belum ditemukan obat menyembuhkannya. Komplikasi sudah merambat ke paru-paru dan jantung, mereka harus ekstra memantau kondisi Juan untuk tidak semakin menurun.

Hanya mereka berdua di kamar, mereka sedang memberikan obat sesuai anjuran Dokter Reza. Semua anggota keluarga disuruh keluar, agar tidak mengganggu penanganan karena hanya akan menyayat hati mereka.

Sejak Juan dipindahkan ke mansion, anak itu belum menunjukkan tanda-tanda kesadarannya. Anak itu jatuh tidak sadarkan diri sore tadi akibat mendapatkan serangan kecil.

suara mengik menyesakkan teredam oleh masker oksigen yang dipakai Juan. Tubuh itu bergetar bersama kulit pucat yang semakin mendingin walaupun sudah dinaikkan suhu ruangan.

Tubuh Juan dibiarkan hanya dipakai kan popok saja supaya tidak mengganggu alat-alat medis.

Tasya memeriksa tanda vital Juan yang perlahan naik, meskipun begitu saturasi oksigennya masih belum normal, mereka sampai menaikkan liter oksigen hingga mengembunkan sungkup maks.

Tasya memandang tak tega melihat perut membuncit itu sesekali tersentak. Ia bahkan sangat tidak tega memandangnya lebih lama, tapi ia harus profesional dalam pekerjaan ini.

Tangan rampingnya meraba popok kebesaran Juan, terasa penuh. Ria yaang melihatnya tanpa diucapkan membantu Tasya menggantikannya dengan yang baru. Mereka sangat berhati-hati melakukannya.

"Malang sekali kamu, Dek," lirih Tasya memperhatikan Ria mengusap dubur Juan yang terus mengeluarkan sari makanan yang belum tergiling sempurna.

Setelah selesai mereka juga mengelap tubuh Juan. Baik Tasya maupun Ria mereka berusaha untuk tidak menangis menyapu dada dan perut Juan yang menyembulkan urat-uratnya.

Mereka rasanya tidak terbayang, bagaimana sakitnya yang dialami Juan.

"Ternyata ada, ya, Kak, anak sekuat ini," ucap Tasya sedih.

Ria hanya mengangguk, ia tidak bisa berkata melihat kondisi Juan separah ini.

Setelah pemeriksaaan dan pembersihan selesai, Tasya mengijinkan anggota keluarga masuk ke dalam.

Fahri dan Citra langsung duduk di tepi ranjang kiri dan kanan. Mereka masih dalam ketakutan mengingat beberapa jam yang lalu Juan bangun dengan mengejang dan mulut mengeluarkan muntah kuning keruh. Beruntung dua perawat yang dibawa Reza menanganinya dengan cepat.

Batasan Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang