19

2.5K 211 14
                                    

Harap bijak membaca, dan bagi merasa tidak nyaman ataupun risih, silahkan hapus saja! Disclaimer, cerita ini hanyalah karangan, dan adegan cerita ini baik sakit dan tindakan medis tidak sepenuhnya benar dalam dunia nyata.

Harap bijak membaca, dan bagi merasa tidak nyaman ataupun risih, silahkan hapus saja!

Happy reading

Reza dan suster dengan cepat memberikan penanganan, suasana dalam ruangan tampak tegang dengan kondisi Juan kembali kesakitan.
Remaja 15 tahun itu tersentak kuat setiap kali perutnya serasa ditusuk-tusuk. Ditambah dadanya begitu sesak untuk sekedar menarik napas.

Selimut tipis yang menutupi tubuh ringkih terjatuh begitu saja saat Reza melakukan penanganan.

Reza menginjeksinya beberapa kali hingga meninggalkan bekas jarum dalam.

Reza mengusap dada Juan yang tersentak, menunggu reaksi obat berjalan menenangkan Juan.

Reza mengecek tanda vital Juan perlahan normal, menambah liter oksigen masuk ke paru-paru Juan yang seakan kehilangan fungsinya.

Mata Juan kembali menatap lurus, mata sayunya menampilkan bulan sabit menenggelamkan pupil matanya.

Mereka baru dapat bernapas lega, Juan kembali tenang walaupun anak itu tertidur efek samping obat yang diberikan.

Reza menatap serius layar monitor yang menunjukkan tanda-tanda vital Juan, walaupun sempat menurun, dapat mereka atasi.

Suster mengambil selimut yang jatuh, dan mengambil selimut tipis baru menutupi tubuh Juan. Reza dan suster lain dengan hati-hati mengangkat tubuh Juan ketengah brankar, karena posisi Juan sekarang berantakan. Namun pergerakan mereka terhenti, saat punggung Juan menunjukkan ruam.

Mereka tidak jadi memposisikan Juan kembali terlentang, mengubah posisi Juan menghadap samping dengan lembut mengingat perut Juan ikut bergerak dan akan semakin menyakitinya.

Reza menghala napas melihat ruam di punggung itu hampir memenuhi area belakangnya. Mereka memang belum mengubah posisi Juan semenjak anak itu jatuh koma, mengingat perut Juan yang membesar.

Dengan hati yang sesak Reza mengganjal bantal di antara pinggang dan paha Juan, agar perut Juan tidak menumpu ke ranjang dan tidak membuatnya semakin sakit. Setelah itu selimut tipis itu menutupi area privasi Juan.

Hati Reza sakit harus prosedur ini, apalagi tubuh ponakan lebih rentan dari pada bayi, kapan saja menjadi ancaman nyawa baginya.

Terkadang ia berpikir, mengapa anak yang hanya ingin bahagia ini selalu menderita, sekalipun keinginan terwujud mendapatkan kasih sayang keluarga, penyakit sialan itu datang mengacaukan kebahagiaannya.

Sudah berbulan-bulan Juan mendekam di rumah sakit, bisa dihitung jari kapan anak itu sadar.

Reza memutuskan keluar setelah mencium kening Juan, mendekati keluarganya yang tak kalah berantakan. Terutama Citra sebagai mamanya Juan, matanya membengkak dengan air mata tak pernah habis.

Citra berlari memegang kedua tangan Reza, tubuhnya bergetar untuk sekedar berdiri tegak memandang adiknya itu.

"Katakan, Adek nggak pa-pa kan?"

Reza tersenyum membawa sang Kakak masuk dalam pelukannya, membiarkan tangisan Citra mengeluarkan sesak.

"Adek nggak pa-pa, Kak. Hanya serangan kecil, dan aku sudah menstabilkan kondisinya."

Citra melepaskan pelukan Reza, matanya memandang Reza dengan menunjukkan binarnya. Tapi masih terekam jelas bagaimana Juan kesakitan di dalam, dan adeknya ini bilang 'hanya serangan kecil?'

Batasan Luka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang