22 - Empat Marga Besar
Empat marga besar. Adalah empat marga keluarga yang terpandang oleh mata dunia. Berskala nasional, juga internasional. Empat marga tersebut terkenal akan kejayaannya, kekejamannya, kekayaannya, keteguhannya, dan pendiriannya.
Empat marga besar tidak terikat oleh yang namanya pemerintah, justru mereka adalah pemerintahnya sendiri. Marga pertama adalah Dimitri.
Dimitri adalah marga yang berpengaruh besar terhadap kekuatan, terutama militer. Orang-orangnya profesional, mereka juga setia oleh Dimitri. Dimitri menduduki peringkat kedua di mata dunia, dunia bawah maupun tengah.
Kedua adalah Rodrigo. Rodrigo bisa dibilang adalah keluarga jauh Dimitri, dikarenakan dulu sekali pendahulu Rodrigo diketahui berhubungan erat dengan Dimitri. Rodrigo menduduki peringkat keempat dalam mata dunia. Rodrigo di kenal sebagai marga yang berkontribusi besar di industri pertambangan.
William adalah yang ketiga, marga tersebut berkontribusi dalam pemeliharaan ekosistem perairan di sisi Utara negara. William juga marga yang terkenal di bidang kedokteran, keturunannya adalah para dokter berprestasi.
Lalu yang terakhir. Ephraim, marga yang menduduki peringkat pertama di mata dunia. Marga yang selalu di sebut sempurna di berbagai bidang, terpandang, kekayaan tanpa batas, serta para keturunannya yang tak pernah gagal.
Semua nama marga besar berkumpul di London, di satu negara yang sama, mansion yang sama, juga ruangan yang sama. Saling membangun hubungan, entah sosial maupun bisnis.
"Oh... jadi gitu...."
Sylvester membeo panjang, ia menganggukkan kepalanya berlagak mengerti. Miguel menutup mulut, letih karena berbicara terlalu banyak dari biasanya. Padahal dirinya adalah sosok yang selalu singkat dalam berbicara, tapi akhir-akhir ini Miguel merasa seperti keluar dari karakter dirinya.
Sylvester, Miguel, Eleander serta Danielo sekarang sedang berada di ruang tengah. Hanya sekedar berdiskusi kecil tentang perkumpulan empat marga besar yang akan terlaksana tahun ini. Sylvester tentu merasa bingung atas perkumpulan tersebut, makanya dirinya bertanya kepada Miguel yang duduk di samping kiri dirinya.
Miguel bersedia untuk menjelaskan, ia menjelaskan secara rinci tentang perkumpulan empat marga besar itu.
"Terus perkumpulannya kapan?" tanya Sylvester, ia memangku bantal kotak, kakinya ia buat bersila. Eleander yang duduk di samping kanan menjawab ;
"Kira-kira satu hari lagi." Setelah menjawab Eleander merubah posisi duduknya. Punggungnya ia sandarkan ke sofa panjang. Kaki Eleander di luruskan, posisinya menjadi lebih santai.
"Dan selama itu juga perkumpulan berlangsung." Danielo bercelatuk setelah menyesap teh hijau di cangkir cantik yang telah di letakkan di atas meja kecil. Ia duduk di single sofa, punggungnya ia sandarkan.
"Berarti... Bakal rame banget dong" ujar Sylvester. Tiga pria lainnya mengangguk-angguk.
Dalam batin Sylvester menghela nafas berat. Dirinya pasti akan ikut, pasti. Sylvester bermasalah, jiwa introvert nya akan meraung-raung nanti. Bertemu dengan banyak orang adalah hal yang paling melelahkan bagi dirinya.
Apalagi jika bertemu dengan manusia penjilat, hal itu adalah yang paling menyebalkan dari yang namanya hubungan sosial.
"Oh iya! kak." Seakan mendapat pencerahan Sylvester sedikit berseru. Ia memanggil Danielo, tapi yang dirinya lupakan adalah dua pria lainnya, Sylvester memanggil mereka berdua juga kakak, jadi tiga pria itu yang langsung menoleh secara bersamaan.
"Kak El maksudnya." Sylvester merasa deja vu. Dua pria itu terlihat kecewa, terlihat jelas dari air mukanya walaupun sedikit tertutup oleh ekspresi datar.
"Kenapa?" Danielo mengangkat dagu, kedua alisnya terangkat. Cangkir teh masih ada di antara jari-jarinya tanpa ada niatan untuk di minum.
"Grandma ada di mana?" Bukan tanpa alasan Sylvester bertanya seperti itu, pasalnya Margareta tidak terlihat pagi ini, terutama pada saat sarapan.
"Grandma sekarang sedang ada di ruang kerjanya, ia baru pulang dari luar mansion delapan menit yang lalu," jelas rinci Danielo. Ini yang Sylvester suka dari Dimitri, Dimitri suka sekali menjelaskan sesuatu yang sepele secara rinci.
"Oke, makasih." Sylvester bangkit, ia meletakkan bantal kotaknya di tempat duduknya, tungkainya ia bawa menjauh dari ruang tengah.
Eleander juga bangkit, ia berjalan di belakang Sylvester tanpa suara. Miguel hanya memandang kedua punggung itu datar, dirinya di tinggalkan oleh si paling kaku Danielo di sini. Ia tatap rumit ke arah Danielo. Sang empu yang di tatap mengangkat alis, ia masih meminum teh hijaunya.
"Apa?"
✿✿✿Bersambung....
Mangat teros ᕙ(@°▽°@)ᕗ
KAMU SEDANG MEMBACA
Sylvester [Tamat]
FanfictionKisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu bata saat dirinya sedang mengendarai mobilnya menuju rumah kecil miliknya. Kala Ernest mengharap kema...