"Kalo memang kamu masih ada rasa sama lelaki itu, kenapa tidak menolak perjodohan ini dengan tegas? Bukan hanya lelaki itu yang sakit, kamu pun akan sakit. Apalagi kamu sudah berjanji menunggunya" ucap orang yang sedari tadi mendengar perbincangan A...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Loh, nak Zahra? Kenapa duduk disini?" Aleya mendongak, ternyata kyai Hasan yang baru saja pulang dari masjid.
Semua yang ada didalam rumah keluar, terkejut akan kehadiran Aleya yang entah sejak kapan berada disini.
Aleya memandang sinis ketiga orang yang tadi membicarakan soal pernikahan, "Kalian mau nikah kan? Nikah aja! Tapi Aa' harus cerain aku dulu!"
Deg!
"Gak! Aa' gak bakal cerain kamu" tegas Fathar.
"Kenapa!? Mau bikin aku makin sakit!?" Ucap Aleya dengan intonasi suara yang tinggi.
"Biarin lah, Fat. Dia udah minta cerai, mending kamu cerain dia aja. Biar kita bisa cepat nikah" desak Shaira.
"Gak bisa, aku gak bisa lepas dia!" Ucap Fathar tak menyetujui.
"Ada apa ini sebenarnya?" Sela kyai Hasan.
"Abi juga sebenarnya tidak menginginkan Zahra sebagai menantu Abi kan? Lebih baik Abi tidak usah menerima permintaan Abi Zahra dari awal! Kalian semua itu jahat! Tau gak!?" Bentak Aleya menunjuk semua yang ada disana.
"Zahra!"
Plak!
Sebuah tamparan Aleya dapatkan dari ummi Fatimah tepat diwajah bagian kanannya. "Berani kamu bentak suami saya! Dia itu masih mertua kamu! Dosa apa yang saya perbuat dahulu, membuat saya mendapatkan menantu seperti kamu! Wanita trauma! Kamu tidak pantas buat anak saya! Shaira lebih pantas dan lebih sempurna daripada kamu!" Marah ummi Fatimah. Shaira memandang Aleya remeh dengan senyuman smiriknya.
"Oh gitu, kenapa gak dari awal aja?" Tanya Aleya lirih, "kenapa gak dari dulu aja kalian liatin wajah asli kalian! Kalian itu munafik! Tau gak!?"
"Punya ilmu berapa kamu bilang saya munafik!? Kamu itu masih minim ilmu agama, sok-sokan bilang munafik!"
"Daripada kalian! Punya ilmu agama banyak tadi gak punya hati!" Bentak Aleya.
"Sudah! Sudah! Jangan ribut diluar, kita bahas didalam! Malu diliatin para santri" Bentak kyai Hasan.
Semuanya masuk kedalam, Aleya juga terpaksa ikut masuk karena tangannya di tarik oleh ummi Fatimah dengan kuat, membuat Aleya merasa kesakitan.
Aleya menghempas tangan ummi Fatimah dan menatap tajam pada sosok wanita yang masih menjadi ibu mertuanya tersebut. Ia pandang satu-persatu wajah manusia tak berhati diruangan tersebut.
"Buat apa lagi kehadiran saya disini? Tidak ada yang perlu dibahas, saya hanya ingin meminta diceraikan. Niat ingin memperbaiki segalanya, eh.. malah dapat kejutan" ucap Aleya memandang Fathar dengan benci.
"Saya tidak bisa menceraikan mu" lima kata itu keluar dari mulut Fathar.
"Why? Mau nambah luka saya lagi?"
"Karna saya mencintai kamu!"
"Mencintai saya? Jika kamu mencintai saya, tidak mungkin kamu ingin menikahi gadis itu!" Tunjuk Aleya kearah Shaira.