Chapter 16

80 3 0
                                    

Keduanya sama-sama terbelalak dan Kensa segera menarik diri dari atas badan Lika. Gadis itu menganga tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi di antara mereka. Dengan sangat jelas dapat ia rasakan bibir Kensa menyentuh kulitnya.

"Stop! Jangan bicara apa pun!" cetus Kensa pada Lika yang masih terlihat shock. Setelah itu ia pergi, meninggalkan gadis remaja tersebut begitu saja.

Langkahnya tampak cepat, berlalu dari ruangan itu. Lika menelan ludah dengan susah payah. Jantungnya berdentum hebat bak gendang yang ditabuh. Di tengah raut wajahnya yang tegang, jemarinya lalu bergerak menyentuh kening.

"Apa-apaan tadi? Om Duda nyium gue? Dia sengaja ya! Hais!" setelah bertanya-tanya pada keadaan, Lika lanjut menggerutu sambil mengusap-usap keningnya.

"Malu banget! Malu banget! Malu banget!" Lika lalu menghentak-hentakkan kepalanya ke atas buku yang masih tergeletak di atas meja.

Sementara di ruangan lain, Kensa yang memilih masuk ke kamar segera menuju kamar mandi. Kini ia terlihat gugup berdiri di depan cermin. Menatap wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Sial! Gadis itu benar-benar udah buat pikiran gue kacau!" kesalnya lalu menghidupkan air di wastafel.

Hembusan napas cepat berulang kali mencelos dari mulut, di tengah jantung yang berguncang hebat. Kensa segera membasuh wajah berulang kali, sembari menghilangkan ingatan tentang Lika dari benaknya.

"Ayolah Kensa! Jangan sampai terbawa perasaan! Ayolah!" Pria itu merutuki diri. Kesal pada debaran yang tak kunjung mau berhenti dari memporak-porandakan dadanya.

"Sial!" maki Kensa ketika bayang-bayang wajah Lika malah semakin jelas tergambar di kepalanya.

Kembali ke ruang tengah.

Lika menoleh ke belakang, memastikan keberadaan Kensa. Tak melihat tanda-tanda pria itu akan datang, ia pun segera membereskan alat-alat sekolahnya. Memasukkannya dengan tergesa ke dalam tas.

"Gue harus pergi dari sini! Gue nggak mau lagi ketemu sama Om gila itu!" sungutnya disela tangan yang sibuk memasukkan ini dan itu.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah lebih dari setengah jam yang dijanjikan sang Mommy. Tapi, hilal akan kedatangan orang tuanya belum juga terlihat. Hal yang membuat Lika semakin emosi bercampur resah. Belum lagi dengan perut yang tiba-tiba keram dan haid yang tiba-tiba mengalir deras.

Namun ketika akan bangkit, Lika mendengar suara derap langkah mendekati. Karenanya, ia jadi mengurungkan niat dan kembali duduk. Wajahnya seketika kembali tegang. Seseorang yang sedang berjalan menghampirinya itu pasti Kensa.

'Gue harus gimana? Malu banget!'

Hembusan napas panjang ikut mencelos dari mulut mungilnya, di tengah rasa gugup, gelisah, malu, canggung yang bersamaan menghimpit dadanya.

"Biasa aja, Lika. Biasa aja!" sungutnya dengan mata yang bergerak tidak tenang seperti sedang mencari sesuatu.

Suara langkah kian mendekat, dan hal tersebut semakin membuat detak jantung Lika berpacu kuat. la kemudian mengambil bantal sofa, dan menggunakannya untuk menutupi wajah.

'Oke! Sekarang gue aman.' seru batinnya.

Kensa mengernyit begitu langkahnya berhenti di depan sofa yang sedang diduduki oleh Lika. Pria itu lantas mengulum senyum seperti ingin tertawa. Tingkah gadis remaja di depannya ini benar-benar aneh dan unik.

Kensa membuang napas cepat lewat hidung dan mulut secara bersamaan, guna menetralisir rasa geli di hatinya. Ia berdeham pelan seraya menguatkan diri untuk tidak salah tingkah dan kembali bersikap ketus seperti biasa.

Gadis Kecil Milik Kensa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang