Chapter 13

71 6 0
                                    

Lika membuka kresek, melihat ke dalamnya. Satu bungkus pembalut berada di sana. Tiba-tiba saja pipinya terasa panas dan perlahan memerah. la menggigiti bibir bawahnya dengan perasaan canggung. Namun, ada satu yang kurang. Celana dalamnya tidak ada. Mana mungkin ia hanya mengenakan pembalut tanpa underwear.

Melihat paras Lika yang terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu, membuat salah satu alis tebal Kensa terangkat bingung.

"Apa lagi?" tanyanya setelah itu.

Lika menghela napas pelan, lalu mendongak menatap Kensa. Tatapan Kensa yang seakan ngajak ribut, membuat Lika jadi sungkan untuk mengatakan keluhannya yang lain. Selain takut pria itu marah, ia juga sebenarnya malu meminta underwear pada Kensa.

Rasanya aneh ketika meminta orang asing, terlebih orang itu adalah gurunya untuk mencarikannya celana dalam. Ah, yang benar saja. Wajah Lika pun kian terlihat resah.

"Kenapa?" tanya Kensa lagi. Keduanya alisnya bertaut cemas.

"Eum ... gini, Om. Gimana ya bilangnya,"

"Bicara yang jelas!" sentak Kensa.

"Saya butuh celana dalam!" jawab Lika spontan seraya menundukkan kepalanya. Di balik itu, jantungnya ikut bertalu-talu.

Kensa terdiam. la mendadak salah tingkah. Pria itu lalu berbalik, membelakangi Lika. Kensa mendengus, dan jadi bertambah kesal. Kenapa kesialan ini terus bertambah. la jadi seperti mengurus dua anak sekarang.

"Om..." Lika merengek.

"Nyusahin aja!" Kenda berdecak, lalu pergi setelah itu. Bergegas keluar dari rumah.

Tak lama, dari arah garasi terdengar suara deru mesin mobil yang bersiap akan pergi. Lika sontak mengangkat wajahnya, menatap ke arah pintu yang sudah kembali tertutup rapat. Gadis itu meringis dengan wajah memelas. la menoleh ke kiri dan ke kanan.

"Serius dia ninggalin gue sendiri di sini? Terus, gue harus gimana? Apa gue bobol aja ya jendela rumah gue? Eh, mana bisa! Kan ada teralisnya! Ya Allah... Lika harus apa? Mana udah risih banget!" keluhnya sambil melangkah pergi dari tempat itu.

Dari arah ruang tengah, ia mendengar suara televisi menyala. Langkahnya kembali terjeda dan menoleh ke sana.

"Alif nggak dibawa, ya?" tanyanya lalu memastikan. la berjalan pelan menuju ruang tengah.

Benar saja, ada Alif di sana yang sedang menonton televisi sambil menikmati susu di dalam dot. Seketika itu, Lika langsung mengurai napas lega. Ternyata dia tidak ditinggal sendiri di rumah ini. Itu artinya Kensa tidak akan lama berada di luar.

Karena tidak mungkin pria itu berani meninggalkan anak beserta rumahnya berlama-lama bersama orang asing. Walaupun Lika tidak akan berbuat jahat, tetap saja pasti akan ada kekhwatiran di hati Kensa.

"Alif,"

Alif yang tiduran di sofa sedang ngedot, segera menoleh ke sumber suara begitu namanya dipanggil.

"Kak Lika!"

Sama seperti sebelumnya, Alif selalu antusias setiap kali memanggil Lika. Masih dengan botol dot yang menempel di mulutnya, Alif bergegas turun dari sofa, dan menghampiri Lika.

"Sini yuk nonton sama aku!" Alif menarik tangan Lika, membawanya menuju ruang tengah.

"Eh, eh, tunggu, Lif!"

Alif tidak menggubris perkataan Lika, dan terus saja menariknya menuju sofa.

"Ayo duduk sini!" Alif naik lebih dulu. Setelah ia duduk, tangan mungilnya menepuk-nepuk permukaan sofa tepat di sampingnya.

Gadis Kecil Milik Kensa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang