"Assalamualaikum!" seru ketiga teman Lika yang kini sudah berada di depan pintu rumah gadis itu. Bersamaan dengan ucapan salam tersebut, suara bel juga turut mengiringi.
Tak lama, terdengar sahutan salam dari dalam rumah dan pintu pun terbuka setelah itu.
"Tante," sapa Sena.
"Eh, Sena." Balasnya sambil melirik ke arah Zaid dan Wawan. Pasalnya, ia tak pernah melihat teman Lika yang dua itu dan hanya mengenal Sena sebagai teman karib anaknya.
"Saya Zaid, Tante. Dan ini, Wawan. Kita berdua teman sekelas Lika," jelas Zaid menjawab pertanyaan di dalam sorot mata Zelena.
"Oh gitu. Ya udah masuk, yuk!" Zelena membuka lebar pintu depan, sembari mempersilahkan teman-teman anaknya untuk masuk.
"Tunggu di sini, ya. Tante panggil Lika dulu,"
"Iya, Tante." sahut ketiganya kompak seraya duduk di sofa ruang tamu.
"Tante!" panggil Zaid, sontak membuat langkah Zelena terhenti. Wanita yang tadinya mau beranjak, seketika menoleh pada Zaid yang sudah bangkit dari sofa.
"Iya?"
"Ini dari kita bertiga buat Lika." Zaid lalu menyodorkan keranjang buah pada Zelena.
"Oh ya ampun! Kenapa repot-repot. Terima kasih, ya."
"Nggak repot sama sekali kok, Tan. Iya, sama-sama."
"Ya udah, Tante panggil Lika dulu, ya."
Zaid mengangguk. "Iya."
Setelah itu, Zelena pun pergi meninggalkan ruang tamu. Sepeninggal wanita tersebut, Zaid lekas kembali duduk di samping Wawan.
"Emaknya Lika cakep woi!" seru Wawan.
"Emang cakep! Lihat aja anaknya," sahut Zaid.
"Iya juga, sih. Kayaknya keluarga mereka good looking semua, deh."
"Emang! Ayahnya Lika juga cakep banget, woi !" sahut Sena.
"Pantesan bisa dapatin emaknya Lika!"
"Ntar lagi, gue bakalan jadi bagian dari keluarga ini," ucap Zaid percaya diri.
"Hahaha ngimpi lo! Yakin Lika bakalan mau sama lo?" Wawan geleng-geleng kepala. Tak habis pikir melihat tingkat kepedean Zaid.
Sena tertawa geli di tempatnya. "Tahu ih! Sok iyes banget bakal diterima!" lalu menimpali ucapan Wawan setelahnya.
"Kenapa nggak? Gue pinter, tampang juga nggak jelek-jelek amat, dan yang paling penting, gue romantis!"
"Sekolah dulu lo yang bener, Zal" seloroh Sena.
Disela obrolan ketiga remaja itu, tak lama Lika pun datang dituntun oleh Mommy-nya. Wajah pucat nan sayu itu lalu tersenyum. Kemudian, ia didudukan di sofa single di samping Sena. Selanjutnya, Zelena pun pamit ke belakang. Ingin membuatkan minum dan camilan ringan.
"Gimana keadaan lo, ka?" tanya Zaid.
Sementara Sena, gadis itu langsung menggenggam jemari Lika yang terasa panas.
"Udah mendingan, kok. Makasih ya kalian udah datang ke sini buat jengukin gue,"
"Sama-sama, Ka. Lo tahu nggak, Sena kelihatan kayak ayam sakit pas lo nggak datang," ucap Wawan.
Sena nyengir sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Itu kan biasa. Lika juga kalau gue nggak datang, pasti lebih parah dari ayam sakit!"
Lika tergelak. "Enak aja lo! Tapi, emang iya, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kecil Milik Kensa
Teen Fiction"Hei!" "Astagfirullah! Ma-maaf saya gak sengaja!" o o o Berawal dari ketidak sengajaan seorang gadis bernama Lika Haura Dahayu (17) yang membuka pintu rumah seorang duda anak satu bernama Kensa Putra Samuel (27) ketika menjemput kedua adiknyadi sana...