Chapter 17

61 2 0
                                    

Melangkah ke ruang tengah, tatapan Kensa berhenti pada tas ransel warna biru muda mix Dongker yang tergeletak di atas sofa. Ia menghela napas seraya tersenyum kecil. Lantaran panik karena tindakan yang Kensa lakukan tadi, Lika pun jadi melupakan barangnya.

Kensa yang sebelumnya hendak membereskan sisa makanan di dapur, jadi mengurungkan niat lalu berbelok menuju sofa. la duduk di sana. Berencana ingin memeriksa buku soal milik Lika.

Tas dibuka perlahan, setelah itu Kensa mengambil buku cetak matematika kelas empat SD beserta buku soal. Di samping itu, ia juga memeriksa seluruh isi di dalam tas tersebut.

"Dasar bocah," gumamnya ketika menemukan permen gagang rasa coklat dan strawberry milk.

Tak menemukan hal-hal aneh selain permen tadi, Kensa memilih menyudahi dan beralih membuka buku soal Lika sambil menghisap permen si Pemilik buku. Lembar demi lembar kertas ia buka perlahan. Sesekali sudut bibirnya tersungging, sedikit takjub melihat tulisan tangan Lika yang lumayan rapi.

Tiba di bagian soal, kensa mulai memeriksanya satu persatu. Tak lama, ia tersenyum miring seraya geleng-geleng kepala. "Ternyata masih yang tadi. Sisanya masih belum dikerjakan," gumamnya kemudian.

Tiba-tiba ia penasaran pada bagian belakang buku tersebut. Ketika membukanya, Kensa tampak terkejut.

OM DUDA KAMPRET!

NGGAK BERPRIKEMANUSIAAN!

OM DUDA MENYEBALKAN!

PANTESAN JADI DUDA!

AAAAAA KESEL BANGET GUE SAMA DIA!

Bukannya marah atau kesal setelah membaca tulisan yang dibuat Lika. Pria itu malah tersenyum. Senyum yang memperlihatkan jika ia salah tingkah. Aneh bukan? Seharusnya Kensa jengkel, karena tulisan itu bukan ungkapan pujian!

Selanjutnya, ia menutup buku tersebut dan kembali memasukkannya ke dalam tas. Kensa lalu menyandarkan punggungnya ke sofa dengan posisi kepala mendongak. Wajah tampannya mengarah ke langit-langit ruangan itu.

la menarik permen coklat dari bibirnya lalu menatap permen tersebut dengan pandangan yang aneh. Melihatnya, entah mengapa ia jadi membayangkan Lika berada di depannya. Rasa manis pada permen juga kemasannya yang unik, langsung mengingatkannya akan sikap gadis itu.

●  ●  ●

Azan subuh berkumandang. Suara Muazin yang merdu, memecah keheningan di pagi buta. Lika menggigil di balik selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Giginya gemerutuk dengan bibir yang ikut gemetar. Seolah gadis itu baru saja keluar dari dalam air yang begitu dingin.

"Ya Allah dingin banget! Apa di Indonesia udah mulai turun salju, ya?" Lika bermonolog, lalu meringkuk sambil mengeratkan selimut.

Terdengar suara ketukan pintu. Bersamaan dengan itu, suara seorang wanita ikut menyusul memanggil-manggil namanya. Lika menarik selimut dari wajah. Tatapan yang sayu lantas melirik ke pintu.

"Ma ... suk aja, Mom!" teriaknya dengan suara serak dan putus-putus.

Pintu perlahan terbuka. Lika melangkah masuk setelahnya. Melihat sang Anak yang tidak seperti biasanya menyelimuti diri seperti itu, membuat kening wanita berusia 38 tahun tersebut mengkerut.

"Lik, kamu kenapa? Tumben selimutan? Biasanya juga tidur kayak zombie,"

"Di luar lagi turun salju ya, Mom?" Jawaban Lika malah tak sinkron dengan pertanyaan Mommy-nya.

Merasa ucapan anaknya sudah ngelantur, zelena pun duduk di tepi ranjang, setelah itu menempelkan punggung tangannya ke kening Lika.

"Hem, pantesan. Kamu demam, Lik."

Gadis Kecil Milik Kensa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang