Bab 1 - Tidak Bisa Menolak

112 34 91
                                    

Kala berdecih pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala berdecih pelan. Masih tidak percaya dengan jawaban Naya.

"Gue mau bicara berdua sama lo!" Kala menarik tangan Naya dan membawanya pergi dari sana.

*****

"Sekarang udah ga ada siapa-siapa. Jujur ke gue, lo mau menerima perjodohan ini?"

"Kak Kala, Naya ga bohong!"

Kalandra tersenyum miring, "Ga bohong?"

Ia mulai menarik lengan sweater panjang Naya, menampilkan sebuah luka memar bekas pukulan disana. Kalandra sedikit terkejut, jadi ... dugaannya benar?

"Ini apa?" tanya Kalandra. Tidak sampai disitu, Kalandra mulai menarik paksa masker yang Naya pakai dan membuka tudung dikepala Naya. Hah ..., apa ini? Banyak sekali luka di tubuh gadis ini. Robekan di bibirnya, bekas kemerahan di pipi, dan luka di pelipisnya yang sudah di plester.

"Lo ...?" Kalandra menatap Naya, sedikit terkejut dan tidak percaya.

"Kak Kala--"

"Lo mendapatkan kekerasan?"

"Naya ga--"

"MASIH MAU NGELAK?!"

Mata gadis itu mulai memanas, bulir air mata siap jatuh mebasahi pipi gadis itu.

"Maaf. Kak Kala jangan bentak Naya."

Kala mengacak rambutnya fruatasi, sadar akan kesalahannya. Dia seolah tengah berhadapan dengan anak berusia 5 tahun, dia harus bersikap sedikit lembut.

"Sorry,"

"Gue bisa bantu lo, tapi tolong jangan terima perhodohan ini!"

Naya menggeleng. Jelas dari raut wajahnya, gadis itu tengah khawatir, bahkan sadar atau tidak air mata telah membasahi wajahnya.

"Naya ga bisa menolak perjodohan ini. Nyawa Naya ada di perhodohan ini, Naya ga bisa nolak, ga akan bisa ...."

Kala memegang kedua pundak Naya, berusaha menenangkan gadis itu. "Hey!! Gue bilang ada gue, lo ga perlu takut!!"

Sedang Naya yang mendengar itu, pikirannya sudah berkelana sendiri, mengabaikan Kalandra yang ada di depannya.

*****

PLAKKK!!

"Siniin tangan kamu!"

Naya meggelengkan kepala sambil terisak, "Jangan pa, jangan."

Agam menarik paksa tangan Naya, menjulurkan tangan gadis itu kedepan, dan mulai memberikan cambukan di tangan gadis itu tanpa rasa kasihan.

CTASS!!

CTASS!!

"Papa udah, sakit, hiks." Agam tak mengindahkan ucapan Naya, ia melempar cambuknya ke sembarang arah.

PLAKK!!

Tamparan yang sangat keras Naya dapatkan.  Kali ini bukan di pipi, tapi di bibirnya,  bahkan bibirnya sampai robek dan berdarah saking kerasnya tamparan itu.

"DIAM!!"

"Siapa yang menyuruh kamu menangis? Saya tidak suka anak cengeng!"

"Hiks... Ma-af, Papa."

"SAYA BILANG SAYA TIDAK SUKA ANAK CENGENG!!" Bentak Agam lalu melemparkan gelas yang ada di sampingnya hingga mengenai pelipis Naya. Darah mengalir dari kepala Naya, tapi Naya sudah tidak menangis sama sekali.

"Saya risih mendengarnya!"

"Saya tidak mau tau, kamu harus menerima perjodohan ini!" Ucap Agam lalu pergi dari sana diikuti oleh Hana. Menyisakan Naya sendirian, menangis tanpa bersuara. Tidak... Naya tidak boleh menangis, jika Agam mendengarnya ia akan dipukuli lagi nanti.

BRAKKK!!

"Dek??" Freya datang dan langsung memeluk adiknya. Dia terlambat, dia gagal menjaga adiknya.

"Maafin kakak Dek, harusnya kakak datang lebih awal."

"Ngga. Kak Freya ga salah."

Freya bergerak cepat mengambil kotak p3k di laci kamar Naya. Mengambil kapas untuk membersihkan darah di pelipis Naya. Tapi semua terhenti saat tangan Naya menghalanginya. Naya menggeleng, memberi isyarat tidak usah diobati.

Freya membanting kotak P3K di tangannya. Menangis dan memeluk sang adik erat-erat.

"Ayo nangis Naya. Cerita ke kakak sesakit apa, ayo ngadu ke kakak." Naya menggeleng,  dia benar-benar tidak menangis lagi, Papanya akan marah, Papanya tidak suka anak cengeng.

"Naya ga akan nangis lagi kak Freya. Papa ga suka anak cengeng, Naya akan jadi anak kuat karena Naya mau disayang sama Papa dan Mama. Seperti kak Freya." Tangis Freya semakin histeris mendengarnya. Tuhan... kenapa anak sebaik Naya harus diberi cobaan seberat ini?

"Naya terima perhodohan ini ya? Bukan karena kakak mendukung papa dan mama tapi kakak ga mau kamu di siksa terus-menerus. Ini baru satu hari kamu di Jakarta, kamu udah di siksa sama orang gila itu!"

Freya mengeluarkan sebuah benda dari sakunya, kalung dengan liontin berbentuk love. "Naya, ini punya Naya. Naya bisa tau semua masa lalu Naya dari kalung ini, Naya mau inget semua masa lalu Naya kan? Kalung ini bisa membantu. Perjodohan ini juga bisa membantu Naya mengingat semuanya."

*****

Tidak. Perjodohan ini tidak boleh berakhir begitu saja. Bukan hanya perihal kekerasan dari Papanya, tapi Naya mau tau masa lalunya, Naya mau ingat semuanya.

Naya mendorong pelan Kalandra, melepaskan dua tangan Kalandra dari pundaknya.

"Kak Kala salah faham. Naya menerima perjodohan ini, Naya memang mencintai kak Kala."

Kala tertawa mengejek, "Lo pikir? Gue percaya? Hal apa yang lo sukai dari gue? Lo udah pernah ketemu sama gue sampai lo bisa bilang suka sama gue?"

"Lo diem kan?"

"Naya ... suka semua tentang kak Kala."

Wajah Kala memerah karena kesal. Dia sudah cukup sabar menghadapi Naya, tidak lagi sekarang.

"Gue udah nawarin bantuan, jangan salahin gue kalau lo makin tersiksa setelah ini!"


Haii!!
Jangan lupa vote dan komen yaa!!
Salam hangat dari Zaza!!



NAYANIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang