TaNya - S E V E N

78 10 0
                                    

|Happy Reading|

Cup

"Morning babe."

Vanya cemberut saat bibir-nya menjadi sasaran hangat morning kiss sang suami. "Tangan kamu awasin dulu ih, aku susah mau masak-nya," ia berusaha menyingkirkan lengan besar Naresh yang melingkar di pinggang-nya.

Pernikahan kedua-nya sudah berjalan tiga bulan. Belum terlihat ada-nya tanda-tanda keributan yang membuat mereka renggang. Komunikasi terus berjalan walau disibukan oleh pekerjaan.

Naresh menurut, ia duduk di meja dan menegak segelas air.

"Aku berangkat sendiri ya hari ini," imbuh Vanya.

"Gak. Tetep aku yang nganter kamu."

"Kan kamu ada meeting pagi ini sayang," Vanya menyajikan dua sandwich di meja. Tidak ada maid di rumah ini, Vanya menolak usulan itu karna ia rasa masih bisa mengurus rumah dan pekerjaan.

"Gak ada masalah. Aku tetep bisa nganterin kamu walau ada meeting."

Vanya mendengkus namun tak urung ia mengangguk. "Aku mandi dulu." 

Naresh memperhatikan istri-nya yang berlari kecil menuju undakan tangga. "Jangan lari lari sayang! Jatuh nanti!"

"IYA!"

Lelaki yang sudah memakai jas itu geleng-geleng kepala, setelah-nya ia menempelkan ponsel ke telinga karna telepon.

"Ada apa?"

"Maaf mengganggu Pak. Saya hanya mau mengingatkan bahwa hari ini Bapak ada meeting dengan klien dari Singapura."

"Saya ingat Liv, saya tidak pikun."

Terdengar tawaan kikuk dari sebrang sana. "Maaf Pak."

"Hm, ada perlu lagi?"

"Tidak Pak. Saya tutup panggilan-nya ya pak."

Tut

Naresh menyimpan kembali ponsel-nya setelah panggilan terputus. Olivia Naluri, gadis lebih muda satu tahun dibawah Naresh yang sudah dua bulan menjadi manager nya. Gadis itu memang selalu mengingatkan jika ada meeting pagi.

"Siapa yang?" Vanya turun dengan setelan formal. Gadis itu nampak lebih cantik dan dewasa.

Naresh terdiam sebentar memerhatikan istrinya dengan kagum. "Cantik banget."

"Iya tau. Aku nanya lohh!"

Naresh terkekeh pelan. "Oliv, biasalah ngingetin meeting."

Vanya ber-oh ria. "Yuk berangkat."

° ° °

Gadis itu tersenyum dan sesekali menanggapi omongan lelaki disamping-nya. Ia baru saja melakukan pemotretan, dan lelaki disamping-nya ini adalah partner kerja nya tadi. Panggil saja dia, Nick.

Mata kecil Vanya memicing memperhatikan dua orang yang tengah makan berhadap-hadapan dengan si lelaki yang menyodorkan tisu. Ia berjalan pelan menghampiri kedua orang itu.

Nick yang tengah asik bercerita itu seketika tersadar saat gadis disampingnya menghilang, ia lalu mengikuti langkahnya dari belakang.

"Sayang," panggil Vanya.

"Caca? Udah pulang? Sini duduk." Naresh menepuk-nepuk sofa disebelahnya. Model kursi restoran ini memang seperti sofa yang saling membelakangi.

ZevgáriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang