TaNya - N I N E

75 10 0
                                    

|Happy Reading|

Naresh keluar dari mobil-nya masih mengenakan setelan kantor, dia tampak kelelahan dengan jas yang sudah di lepas dan kemeja yang awut-awutan. Kaki jenjang-nya ia bawa masuk ke gedung yang menjadi tempat pemotretan sang istri.

"Eh Naresh. Mau jemput Vanya pasti?" tebak wanita berjilbab yang berpapasan dengan Naresh.

Lelaki itu mengangganguk. "Udah beres belum kak?"

Wanita itu, Ilia ikut mengangguk. "Ke dalem aja. Lagi ganti baju, kakak mau ngambil makan dulu," papar-nya sambil berlalu pergi.

Naresh masuk, ia mengedarkan pandangan mencari keberadaan bumil cantik-nya.

"Sayang!"

Naresh menengok, ia tersenyum dan menghampiri gadis-nya. "Beres sayang?" Naresh mengecupi wajah istrinya yang tengah duduk di meja rias.

"Bersihin dulu makeup bentar ya," jawab Vanya sambil fokus kembali ke cermin dan mengobrol dengan orang yang membantu-nya.

Naresh duduk di kursi samping sang istri. Dengan serius ia memperhatikan gadis itu.

"Ganti skincare Van?" orang yang membantu Vanya membersihkan wajah dan rambut itu bertanya.

"Nggak cuman kemarin ada endorce. Kering ya kak?"

"Iya. Sering exfoliasi aja nanti. Nah udah beres."

Vanya tersenyum menatap cermin. "Siap thank you kak," ia bangkit dari duduknya setelah mengambil tas yang ia simpan di mena riasa. "Semua-nya saya duluan ya!"

"Iya!" begitulah sahutan orang-orang.

Pasutri itu masuk ke dalam mobil. Naresh langsung mendekati perut istrinya. "Hai baby. Cape gak ikut Mamiw kerja seharian?"

"Tida Papiw kan cuma diem di pelut."

Naresh mendongak saat ada yang menjawab, ia terkekeh. "Ari kamu aya-aya wae."

Vanya nyengir dan ikut mengusap perut-nya yang sudah lumayan terlihat. Satu minggu lagi anak dalam kandungan-nya berusia satu bulan.

"Kapan mau ngasih tau yang lain?" Naresh menegakan kembali badan-nya.

"Minggu aja. Temen-temen juga gak ada yang tau kecuali Jessica."

Naresh mengangganguk. Ia mengecup kening istrinya sebelum melajukan mobil.

° ° °

Nibiru melepas cepolan rambut hitam sepunggung-nya, ia membiarkan rambut halus-nya panjang kali ini. Rutinitas nya seperti biasa, mengunjungi kedai kopi setelah seharian penuh melakukan aktifitas. Meminum kopi sambil menikmati jalanan kota Bandung itu adalah heeling terbaik menurut-nya.

Ia membuka handpone dan bertukar kabar dengan orang tua yang berada di kota lain. Saking asiknya, tanpa Nibiru sadari di hadapan-nya kini sudah ada seonggok daging manusia yang memperhatikan-nya dengan senyum.

Nibiru mendongak perlahan dan terpaku. "Nice to meet you again. Nibiru," sapa orang itu.

Netra cantik Nibiru beralih. Dengan tenang ia mengatur nafas-nya.

"Yah kamu gak seneng ketemu aku lagi?"

Biru tetap terdiam saat di sodori pertanyaan.

"Tapi aku seneng. Seneng banget, masih bisa ngeliat ciptaan Tuhan yang cantik ini."

"To the poin. Tujuan lo duduk disini ngapain, William."

Liam terkekeh. "Tujuan gue balik lagi kesini itu lo. Nibiru."

° ° °



"Sayang.." suara mendayu Naresh terdengar, lelaki itu beringsut naik ke kasur.

Vanya yang tengah membaca novel itu berdeham sebagai tanggapan.

"Mau itu," cicit lelaki itu.

"Mau naon?"

"Jatahku."

Vanya menyimpan novel-nya. "Kan kata dokter gak boleh berhubungan badan dulu."

Naresh merebahkan tubuhnya dan mendesah lemas. Gadis itu terkekeh lalu membingkai wajah Naresh dengan lengan-nya. "Ih ada kumis-nya."

Naresh ikut memegangi lengan sang istri. "Cukurin dong yang."

"Boleh, besok ya."

Naresh menurut ia memejamkan mata menikmati elusan sang istri.

"Maskeran yuk Samu!" ajak Vanya kemudian.

"Nggak nggak," tolak Naresh mentah-mentah.

Gadis itu langsung cemberut. "Ayok Samu ih!"

Naresh akhirnya mengangganguk pasrah, ia duduk memperhatikan istri-nya yang mulai mengambil peralatan. "Ngapain pake bando aih?"

"Biar rambut-nya gak kemana-mana."

Naresh akhirnya menurut saja. Biarlah bumil di hadapannya ini senang. "Dingin," ungkap-nya saat Vanya mulai memakaikan masker ke wajah-nya.

Vanya mengangganguk. "Bisa bikin kulit tenang," ia dengan telaten memakai kan masker berwarna abu di wajah tampan sang suami.

"Inget gak kamu pernah prustesot gara-gara aku gak mau di ajak nikah?"

Naresh mengangganguk cepat, mana mungkin ia lupa hal yang itu. "Inget, aku ngajak nikah kamu malah ngajak putus. Benci banget."

Vanya tertawa kecil. "Lagian orang lagi skripsi-an di ajak nikah."

Naresh ikut tertawa. "Takut kamu di ambil orang lain aku tuh."





TO BE CONTINUED





g tau mau nulis apa jdi drpda g up'

6 JULI 2024

ZevgáriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang