TaNya - E L E V E N

91 9 0
                                    

|Happy Reading|

Cklek

"Aku ganggu gak?" tanya Vanya pelan sambil membuka pintu kerja suami-nya.

"Nggak. Sini sayang."

Vanya menurut dan mendekati sang suami.

"Kenapa belum bobo? Susu-nya udah di minum?" tanya Naresh.

"Aku gak bisa tidur. Susu-nya udahku minum."

Naresh mengangganguk dengan senyum. "Good girl. Sini duduk," ia menepuk-nepuk pahanya.

Vanya menurut dan langsung duduk di pangkuan suami-nya. "Baby pengen di elus."

Naresh terkekeh dan menurut, ia menulusupkan satu tangan besar-nya ke piama yang di pakai si cantik. "Hai bayi kamu baik kan di dalem?"

"Baik Papiw." Vanya menjawab dengan suara anak kecil.

Lelaki itu terkekeh dan lanjut mengusap perut sang istri yang mulai tidak rata dan satu tangan-nya lagi fokus berkutat pada laptop.

"Aku besok ada pemotretan sama cowok. Ngenalin brand baru, gak papa kan?"

"Asal jangan ada adegan intim aku fine fine aja." Naresh mengecup pipi istrinya.

Vanya mengangganguk. "Oh iya, minggu depan aku mau ke Solo, ada kerjaan. Kamu kalau gak mau sendiri di rumah ke rumah Bunda aja."

Naresh menggeleng, "Disini aja. Kamu berapa hari di Solo?"

"Empat. Nanti ikut anterin ke stasiun ya?"

Kali ini Naresh mengangganguk dengan senyum yang tak pernah pudar. "Pasti sayangku. Udah sekarang bobo."

° ° °

Next week

"Bye-bye.." ujar Vanya cemberut.

Naresh menunduk dan mengecupi wajah cantik istri-nya. "Bye-bye cantiku.. jaga diri ya di sana."

Vanya mengangganguk kali ini dengan seulas senyum. "Kamu juga. Jaga hati jangan sampai pas aku pulang kamu punya istri baru, aku cuma empat hari di Solo."

Lelaki itu tertawa kecil. "Mana mungkin aku punya istri baru." Naresh lalu berjongkok, mengecup perut sang istri dan berdiri kembali. "Kalau baby nakal bilang aku."

Vanya ikut tertawa. Ia kembali memeluk suami-nya.

Naresh tentu saja membalas pelukan-nya. "Udah, sana masuk bentar lagi kereta nya berangkat."

Vanya mengangganguk. "Dadah.." ucap-nya dengan wajah kembali cemberut.

Naresh membalas dengan lambaian. "Nitip ya kak," ujar-nya pada Illia.

"Siap."

Naresh tersenyum ia kembali melambai pada sang istri. Setelah kereta jalan baru ia pergi.

Lelaki itu membawa langkah kaki jenjangnya ke parkiran sambil sesekali membalas sapaan orang-orang yang menyapa-nya. Membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

Naresh menempelkan ponsel ke telinga saat ada panggilan telpon. "Hm?"

"Maaf mengganggu Pak. Apa urusan bapa sudah selesai? Jika sudah mohon cepat-cepat ke kantor Pak. Klien dari Spanyol sudah datang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZevgáriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang