TaNya - O N E 🔞

259 13 0
                                    

Warning 🔞🔞❗

yg dibawah umur harap bijak memilih bacaan, terimakasih.

|Happy Reading|

"Mau kemana sayang?" Naresh mencekal lengan sang istri yang akan keluar kamar padahal gadis itu baru keluar dari kamar mandi.

"H-huh? A-aku mau..." damn. Vanya tergagap karna saking gugupnya. "Mau... Masak! Ah ya masak!"

"Kita baru makan malam satu jam yang lalu," ungkap Naresh. "So? Kamu bohong sayang."

"Kenapa hm? Dari awal kita nikah kamu ngehindarin aku? Kalo aku ada salah bilang ya sayang.. Supaya aku sadar salahku dimana," Naresh berucap lembut sambil mendudukan istri cantik-nya di pangkuan.

Vanya menggeleng cepat. "Kamu gak salah."

"Jadi, apa yang buat kamu menghindar? Kita udah satu minggu menikah lho." dari malam pertama mereka menikah Vanya memang sudah bersikap berbeda, apalagi saat menginap di rumah Nayna. Mereka bahkan hampir pisah kamar jika Nayna tak memberi pengertian pada anak gadisnya.

"Aku..." Vanya menggantungkan ucapannya dengan sengaja. "Aku malu," gumamnya.

Naresh terkekeh kecil. "Malu kenapa? Aku suami kamu."

Vanya tak menanggapi, ia memilih untuk bangkit dari pangkuan sang suami, namun lengan Naresh yang melingkar dipinggang-nya membuat-nya tak bisa apa-apa.

"Caca nyesel yang nikah sama aku?" tebak Naresh sambil memperhatikan setiap pahatan wajah istrinya.

"Nggak," Vanya dengan cepat menjawab. "Aku gak nyesel. Siapa yang bilang begitu?"

"Gak ada. Tapi sifat kamu dengan jelas nunjukin kamu nyesel."

"Nggak gitu Samu. Aku mau ngomong yang sebenernya sebenernya, tapi aku malu banget," kata Vanya sambil memainkan kalung yang dipakai Naresh yang rupanya masih berbandul cincin tunangan mereka lima tahun lalu.

"Ngomong aja babe, its okey."

"

Aku takut buat..."

"Buat?" ujar Naresh tak sabaran.

"Ngelakuin hubungan suami istri."

Diam, hening. Naresh menatap cengo pada wajah cantik istrinya yang masih gugup. "Hah?"

"Ih Samu malah bengong!" kesal Vanya.

Setelah beres acara bengong-nya Naresh langsung tertawa terbahak-bahak membuat sang istri harus membekap mulutnya agar berhenti.

Naresh menghentikan tawanya lalu berdeham. "Apasih random banget kamu," ia mencium pipi istrinya bertubi-tubi dengan gemas.

"Kenapa takut hm?"

"Sakit tau."

"Siapa bilang? Emang kamu pernah ngerasain?"

Vanya menggeleng. "Kata orang-orang itu sakit."

"Kan kata orang-orang, bisa aja mereka bohong."

"Iya sih, tapi..." Vanya tak melanjutkan ucapannya karna merasa tak tau apa yang akan ia ucapkan.

"Tapi apa?" Naresh mengecup kecil bibir ranum istrinya. "Hubungan seks kan salah satu nafkah batin sayang, jadi kalo kita gak ngelakuin itu nafkah batinnya gak lengkap dong? Selain itu, hubungan suami istri adalah sunat Rasul," ia mencoba memberi pengertian.

ZevgáriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang