Bab 7

640 52 3
                                    

Kini Sagara mengendarai motornya untuk pulang ke rumah, namun di pertengahan jalan ia merasa sedikit mengantuk.

Sagara tak memperdulikan itu, ia tetap melajukan motornya agar cepat sampai di rumahnya dan bisa beristirahat.

Namun pikiran Sagara pun tidak sesuai dengan kenyataan. Nyatanya, akibat tak bisa menahan kantuknya ia pun oleng dan menabrak pohon yang berada di pinggir jalan.

Sagara pun terguling namun tak begitu jauh dari motornya, beruntung ia membawa motornya dengan sedikit lambat jadi ia tidak terluka begitu parah, hanya lengannya yang sedikit luka akibat tergores aspal.

Sagara pun segera duduk di aspal dan mengecek lengannya.

"Sial." Umpat Sagara.

Saat Sagara sedang fokus melihat lukanya, ia pun di kagetkan dengan suara seseorang.

"Kamu gapapa? sini biar aku bantu."
.
.
.
.
.
Sementara itu di suatu sisi.

Ziel kini telah menghabiskan minumannya, ia masih berada di Neo Cafe bersama Tara.

Setelah menghabiskan minumannya, Ziel pun mengecek hp nya yang sengaja ia senyapkan.

Namun betapa terkejutnya Ziel saat melihat ada puluhan telfon dan pesan dari Nicholas dan Kefazi.

Ziel kembali terkejut saat melihat jam pada handphone nya yang kini menunjukkan pukul 00.30 yang artinya ini sudah sangat larut malam untuk ia pulang, pantas saja Nicholas dan Kefazi sampai menelefonnya berkali-kali.

Dengan segera Ziel pun berpamitan kepada Tara.

"Tara aku pulang duluan gapapa kan?? Mama sama Papa aku udah nelfonin berkali-kali."

"Eh iya gapapa, aku bisa nunggu supir aku di sini."

"Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu. Sampai jumpa Tara."

"Hati-hati."

"Terima kasih."

Setelah berpamitan Ziel pun segera memesan ojek online untuk pulang, Tak sampai 5 menit ojek online nya pun telah tiba.

Dengan segera Ziel naik dan sang pengemudi ojek online nya pun menjalankan motornya.

Ziel sengaja memesan motor agar lebih cepat sampai, berbeda saat ia berangkat tadi. Ia memesan ojek online mobil.

Di pertengahan perjalanan ojek online Ziel mengalami mogok.

"Kak ini motor saya mogok, kakak nya mau nunggu apa gimana?"

"Ah mogok ya mas."

Ziel pun menjeda ucapannya beberapa menit untuk berfikir, lalu berkata.

"Yaudah deh mas saya jalan aja, rumah saya udah deket juga kok. Ini ongkosnya ya."

"Ga usah kak, kita belum sampai tujuannya jadi gratis."

"Gapapa mas, itung-itung buat nambah ongkos ke bengkel."

"Terima kasih ya kak saya jadi ga enak, hati-hati di jalan."

"Iya sama-sama mas, permisi."

Setelah itu Ziel pun berjalan menuju ke rumahnya.

Ziel memilih untuk berjalan karena memang rumahnya sudah lumayan dekat.

Hanya melewati taman yang berada di kompleks perumahan itu, dan rumahnya berada hanya 8 rumah dari taman kompleks.

Namun sebelum memasukin kompleks perumahannya, Ziel mendengar suara tabrakan motor.

BRUK.

"Eh, itu suara apa ya?" Ucap pemuda itu.

Setelah mendengarkan suara tabrakan yang begitu besar Ziel pun segera mencari sumber suara tersebut.

Tepat di ujung gang ia melihat seorang pemuda yang terbaring lemah di aspal dengan motornya dan berusaha untuk duduk, melihat itu Ziel segera berlari untuk menolong.

"Kamu gapapa? sini biar aku bantu."

Akhirnya Ziel membantu pemuda itu untuk berdiri dan memapah nya ke tempat duduk yang berada di sana.

"Duduk di sini dulu ya, aku ke minimarket sebentar untuk membeli obat merah." Tanpa mendengar jawaban pemuda itu, Ziel pun segera berlari ke minimarket.
.
.
.
.
.
"Sini aku obatin dulu."

"Aduh, pelan-pelan dong." Ringis pemuda itu.

"Hehe maaf ya." Ucap Ziel canggung, lalu ia melanjutkannya dengan hati-hati.

Pemuda yang ia obati pun menatapnya kagum, bagaimana tidak? kulit seputih susu, mata yang bulat berwarna coklat, bulu mata yang lentik, bibir mungil, hidung mancung, pipi yang sedikit chubby, dan tingginya hanya 160 cm, sangat lucu. Aroma tubuhnya pun sangat wangi, yaitu aroma vanilla yang begitu manis.

Ziel pun sadar jika sedang ditatap oleh pemuda itu.

"Kenapa?" Tanya Ziel bingung, pemuda itu pun langsung tersadar.

"Ah tidak, Mari berkenalan? Gua Sagara." Ya, pemuda itu adalah Sagara Heveniz. Ketua geng motor tigri dan Anak tunggal dari keluarga Heveniz yang kekayaannya sangat besar karena bergerak di bidang bisnis seperti brand fashion terkenal, hotel bintang lima diberbagai kota, dan yang terakhir mall yang begitu besar di pusat kota.

"Ak-" Ucapan Ziel terpotong akibat handphone nya berdering, dengan cepat ia mengambilnya dari kantong celana. Dan tertera nama sang mama di situ.

"Sebentar ya aku angkat telfon dulu." Sagara pun mengangguk.

📞📞
"Halo Ma.."

"Halo sayang, Ziel di mana? ini udah larut malam loh, Mama takut Ziel kenapa-napa."

"Maaf Ma, ini Ziel udah jalan pulang kok sebentar lagi sampai rumah."

"Yasudah Ziel hati-hati ya, Mama matiin dulu."

"Iyaa Mama."

Setelah telfon tersebut mati, Ziel segera menatap Sagara.

"Maaf aku harus segera pulang, sampai jumpa lagi." Ucap Ziel yang langsung berlari meninggalkan Sagara.

Sagara pun tersenyum sambil menatap Ziel yang berlari semakin menjauh darinya.

"Ziel ya, wait for me honey." Setelah itu Sagara pun langsung mengambil handphone nya dan menghubungi bawahannya untuk mencari informasi mengenai Ziel dan menyuruh seseorang menjemput dirinya di karenakan motornya dalam keadaan rusak.







asik, Ziel udah ketemu sama Sagara nih guyss.

tolong tandain yang typo.
jangan lupa beri bintang dan komen yaa, see you in the next chapter.

SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang