"Aku mau cerai."
Hugo yang sedang mentransfer roti bakarnya ke perut mematung seketika.
"Apa?"
Sepertinya ada yang salah dengan gendang telinganya. Atau dia terlalu mengantuk pagi itu hingga mendengar yang bukan-bukan.
"Hugo, aku mau cerai. "
Setelah mendengar kata itu untuk ke dua kalinya Hugo sepenuhnya memberikan perhatian pada istrinya. Oke, tidak ada yang salah dengan pendengarannya. Dan ia sedang tidak berhalusinasi. "Ini hari apa ya?"
"Senin."
Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja makan. "Hari ini bukan ulang tahunku. Juga bukan ulang tahun kamu. Anniversary kita juga tiga bulan lagi. Sekarang bukan bulan April-"
"Aku mau cerai Hugo. "
Tiga kali. Dan Hugo masih belum mempercayai pendengarannya.
"Jangan becanda Evelyn. Gak lucu. "
"Aku ga becanda. " Evelyn menatapnya dengan pandangan penuh keyakinan. Membuat Hugo tanpa sadar menelan salivanya.
"Oke, aku ngerti. Jadi aku buat salah apa? Ayo cepat bilang."
"Hugo-" Evelyn mulai frustasi.
Istrinya yang cantik itu menggosok wajahnya. Hugo memperhatikan dengan saksama. Bercak air mata tampak jelas di pipi tirusnya. Lagi, Hugo menelan salivanya.
"Apa kamu ga bisa serius sedikit? "
"Aku serius. Kamu mau cerai? Emangnya itu masuk akal? Kita baik-baik aja."
"Aku mau cerai Hugo, " ucap Evelyn serak dengan sisa-sisa tenaganya.
Hugo seperti baru saja ditampar diwajahnya. Dia masih belum bisa mempercayai. Ia berusaha berpikir tapi otaknya mendadak kosong.
"Kalau kamu udah selesai makan, aku mau beres-beres dulu. " Evelyn bangkit dari kursinya. Ia memasang sarung tangan karet di kedua tangannya . Tak lama terdengar suara air mengalir dari keran.
Hugo masih diam mematung di tempatnya. Ia memandangi punggung istrinya dengan perasaan campur aduk.
"Kamu benar mau cerai? " tanya Hugo dengan suara lirih.
Tak ada jawaban dari Evelyn. Wanita itu masih sibuk mencuci peralatan makan mereka.
"Kenapa? " Akhirnya Hugo mulai percaya bahwa ini bukanlah lelucon. Istri yang sangat dicintainya hendak meninggalkannya. Tapi kenapa? Apa dia membuat kesalahan? Apa yang sudah ia lakukan hingga layak mendapatkannya?
"Gak. Jangan di jawab, " sela Hugo cepat. Jika Evelyn menjawab pertanyaannya maka selesailah sudah. Wanita itu akan benar-benar meninggalkannya. Hugo masih belum siap mendengar jawabannya.
"Hugo-"
Pria tampan dan mapan itu bangkit dari kursinya. Ekspresinya seakan baru melihat hantu. "Aku berangkat kerja dulu. "
Hugo meraih tas berisi laptop dan berkas yang perlu ditanda tanganinya. Dengan gerakan dan langkah cepat ia meninggalkan istrinya. Obrolan pagi itu mendadak membuat perutnya tegang dan ia hendak memuntahkan kembali apa yang ditelannya. Sungguh pagi yang mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ways To Let Go
RomanceDari awal Evelyn tidak percaya pada yang disebut cinta. Alasan ia menikahi Hugo itu sederhana. Ia hanya ingin hartanya. Ia ingin hidup kaya raya dan kebetulan Hugo memiliki itu semua. Tapi ternyata kekayaan yang ia dambakan itu hanya kebahagiaan sem...