Prolog

95 53 51
                                    

Raindra Elvan, seorang pemuda yang selalu merasa ada keterikatan khusus dengan hujan. Setiap tetes air yang jatuh dari langit membangkitkan kenangan masa kecilnya yang penuh warna, namun juga menyimpan luka yang belum sembuh. Baginya, setiap tetes hujan adalah sebuah simfoni alam yang mengajaknya menari.

Sejak kecil, Raindra selalu menari di bawah hujan, merasakan kebebasan dan kebahagiaan yang tak tertandingi. Hujan menjadi sahabat setianya, yang selalu ada saat ia merasa senang ataupun sedih.

Namun, kecintaan Raindra terhadap hujan tidak dimengerti oleh banyak orang. Teman-temannya menganggapnya aneh, dan keluarganya khawatir ia akan jatuh sakit karena sering terkena hujan. Meski demikian, Raindra tetap setia pada panggilan hatinya. Baginya, hujan adalah tempat pelarian dari kenyataan yang kadang terasa berat.

Suatu hari, ketika hujan deras mengguyur kotanya, Raindra bertemu dengan seorang gadis unik bernama Sky yang memiliki obsesi terhadap langit. Sky selalu membawa kamera untuk menangkap keindahan langit dalam segala bentuknya senja yang memukau, awan yang mempesona, dan pelangi yang mempesona.

Sky membawa Raindra ke dunianya yang penuh warna dan imajinasi, di mana langit bukan hanya benda langit biru di atas kepala mereka, tetapi juga cerminan dari kehidupan, impian, dan harapan. Bersama-sama, mereka menjelajahi kota di bawah hujan, melihat keindahan yang tersembunyi di balik setiap tetes air yang jatuh.

Namun, di tengah perjalanan mereka yang penuh petualangan ini, Raindra dan Sky tidak hanya menemukan keindahan langit, tetapi juga menghadapi tantangan pribadi mereka masing-masing. Raindra harus menghadapi rasa takut akan kehilangan orang yang dicintainya lagi, sementara Sky berjuang dengan keputusasaan atas masa lalunya yang kelam.

Dengan bantuan satu sama lain, Raindra dan Sky menemukan bahwa di bawah langit yang terhampar luas ini, ada kekuatan untuk menyembuhkan luka, menerima diri sendiri, dan menemukan kebahagiaan yang sejati. Mereka belajar bahwa hujan dan langit bukan hanya fenomena alam, tetapi juga metafora dari perjalanan hidup mereka yang penuh dengan cinta dan harapan.


***

"Yahh hujannya deras sekali," gumamku sambil menatap hujan turun

"Tunggu sampai berhenti baru kita lanjut pulang," ujar Bulan

"Iya Lan."

"Kira-kira bakalan lama tidak ya hujannya."

"Aku tidak tahu."

"Atau kita terobos saja?"

"Hujannya deras sekali Lan, wajahku sakit semua kena air."

"Iya juga."

Kini kami terdiam menikmati dinginnya cuaca, melamun berperang dengan isi kepala masing-masing hingga penglihatanku mengarah ke satu titik di mana ada seseorang laki-laki yang kini sedang bermain di bawah air hujan.

"Dia tidak kedinginan main hujan-hujanan jam segini ya," pikirku

Kini hujan sudah berhenti, semua manusia yang semula menunggu hujan berhenti sudah melanjutkan tujuannya masing-masing. Halte yang semula ramai kini kembali sunyi, lamunanku buyar karena Bulan menggenggam tanganku untuk segera pulang ke rumah.

"Laki-laki itu sudah hilang."

"Sky, ayo pulang sudah sore ini."

"Iya Lan, sabar dong."

Kami melanjutkan perjalanan yang tertunda, kendaraan yang kami bawa melesat membelah jalanan yang ramai seperti biasanya. Ibukota memang selalu macet begitulah masyarakat menjulukinya.

Pikiranku kini kembali pada laki-laki yang menari-nari dengan senang di bawah air hujan yang deras, hingga akhirnya kami telah sampai di rumah. Kami berdua memang tinggal berdekatan jadi tidak perlu heran jika kita selalu pergi berdua. Bahkan saat masa-masa sekolah di manapun ada Bulan itu artinya ada aku begitupun sebaliknya.

Matahari kini mulai terbenam, menampilkan warna orange di langit hingga akhirnya berganti dengan gelapnya malam yang sunyi dan menenangkan.


"Kepada senja yang membawa harapan, semoga esok kau kembali untuk membawa harapan yang baru."

Sky


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RaindraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang