Setelah pameran usai dan para tamu perlahan meninggalkan galeri, suasana berubah hening. Lampu-lampu mulai diredupkan, hanya tersisa beberapa orang yang masih berbincang dengan senyum puas. Sky dan Raindra berdiri di depan instalasi utama mereka yang kini tak lagi dikelilingi pengunjung, tapi tetap memancarkan keindahan yang sama. Di antara karya-karya yang terpajang, narasi lebih besar dari sekadar foto-foto atau data ilmiah terbentuk sebuah perjalanan yang menyatukan dua dunia, seni dan sains.
"Lucu ya," ujar Sky perlahan, menatap instalasi di depan mereka. "Pameran ini sudah selesai, tapi rasanya seperti baru dimulai."
Raindra mengangguk sambil mengamati ruangan yang mulai sepi. "Seperti sebuah langkah pertama dalam perjalanan yang panjang," gumamnya. "Sebuah babak baru yang belum kita ketahui ke mana akan membawa kita."
Di belakang mereka, Arga mendekat, masih membawa secangkir kopi yang kini tinggal setengah. Ia menepuk pundak Raindra dengan senyum ringan. "Kau tahu, aku sudah lama mengikuti penelitianmu, tapi baru kali ini aku melihatnya menjadi sesuatu yang lebih hidup," kata Arga sambil memandangi instalasi. "Ini bukan hanya pameran. Ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar."
Raindra tersenyum tipis, merasakan kebanggaan yang sama. "Ini berkat kolaborasi," balasnya. "Aku tidak mungkin mencapainya sendiri."
Bulan datang menyusul, menyelinap di antara mereka dengan senyum lebar. "Kalian semua terlihat seperti sudah merencanakan sesuatu yang berikutnya," ujarnya dengan nada ceria. Di tangannya, ia membawa beberapa brosur pameran yang tersisa, yang sejak tadi ia bantu bagikan ke pengunjung.
Sky menoleh padanya. "Mungkin kita memang harus mulai merencanakan itu sekarang."
Bulan tertawa ringan. "Kalian baru saja menyelesaikan satu pameran besar, dan sekarang sudah berpikir tentang yang berikutnya? Aku suka semangat kalian," katanya sambil memandang Sky, Raindra, dan Arga dengan tatapan penuh bangga
Sky tersenyum lelah namun puas. "Ini hanya awal, Bulan. Aku bisa merasakannya. Ada banyak hal yang belum kami jelajahi."
Arga mengangguk setuju. "Dan kami akanmembutuhkan lebih banyak kopi untuk itu," candanya sambil menyesap sisakopinya, membuat Raindra dan Sky tertawa kecil
***
Malam itu, ketika lampu galeri mulai dimatikan satu per satu dan para kru mulai membereskan peralatan, keempat sahabat itu melangkah keluar bersama. Jalanan malam terasa sejuk, dan mereka berhenti sejenak, menikmati ketenangan yang menggantung di udara. Di atas, langit malam membentang luas dengan bintang-bintang yang berkerlip, menandakan awal dari sebuah perjalanan panjang yang baru saja dimulai.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Sky pada Raindra sambil memandangi langit di atas mereka
Raindra memandangi bintang-bintang, mata yang biasanya serius kini berkilauan dengan kepuasan dan harapan. "Bahwa kita baru saja memulai sesuatu yang besar. Dan aku tidak sabar melihat ke mana ini akan membawa kita."
Sky tersenyum. "Aku juga."
Bulan dan Arga saling bertukar pandang sebelum Bulan berkata, "Kalian tidak akan sendirian. Kami di sini untuk mendukung kalian, apa pun yang kalian butuhkan."
Arga menambahkan, "Sains dan seni mungkin berbeda, tapi malam ini kalian telah membuktikan bahwa keduanya bisa saling melengkapi. Dan mungkin, kita baru saja melihat bagian pertama dari sesuatu yang lebih besar."
Keempatnya berjalan menyusuri trotoar, meninggalkan galeri di belakang mereka, membawa serta impian, semangat, dan keyakinan bahwa apa yang telah mereka mulai malam itu akan membuka jalan bagi karya-karya yang lebih besar di masa depan. Mereka tahu bahwa tantangan pasti akan datang, tapi dengan persahabatan, kerja sama, dan semangat yang menyala, mereka siap menghadapi apa pun yang menunggu di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raindra
General FictionDi bawah langit yang tebal dengan awan mendung, terdapat kisah tentang seorang pemuda yang menemukan kedamaian dalam hujan. Setiap kali hujan turun, dia merasa seperti mendapatkan kesempatan untuk menyelami ingatannya yang tersembunyi di balik tetes...