Bab 3

17 6 2
                                    

Hari berlalu dengan sangat cepat, pemuda malang itu masih berada di sana. Gelapnya malam membuatnya takut. Dia sangat tidak menyukai kegelapan. Jika dia berada di situasi yang menyeramkan dia ingin sekali melarikan diri. Akan tetapi, tak bisa.

  Semua akses telah ditutup. Kalau saja ponselnya menyala, dia bisa menelepon orang rumah untuk menjemputnya dan sayangnya tidak sesuai dengan realita.

   Menyendiri bak gagak yang merindukan bulan, langit berubah dengan keheningan yang mematikan. Pemuda itu menghela napas. Kedua kakinya sudah lelah melangkah, dia hanya bisa berdiam diri dan menunggu seseorang menemukannya.

   Kala dia merenung di gubuk tua, terdengar seruan motor bergerombol memecah kesunyian. Pemuda itu menoleh dan tak mendapati siapa pun. Gelapnya jalan menghalangi pandangannya.

   “Anggap saja angin lalu,” bisiknya acuh tak acuh.

  Siulan malam tak lagi berarti, tetapi suara berisik itu terdengar lagi dan lagi, sangat dekat membuat telinganya berdengung. Lonceng bergema dengan iringan kematian. Suara itu semakin berisik, dan malam yang sunyi tampak menyeramkan.

   Prettttt—tet—tet—tet … ngueeeng!

  Sekelompok orang keluar dari kegelapan, knalpot berbunyi nyaring dan teriakan lebih dari satu orang menghebohkan suasana yang suram. Pemuda itu membelalakkan matanya kala melihat pemandangan yang mengerikan.

  Tak jauh darinya ada banyak macam orang dengan rupa-rupa warnanya. Mereka membawa bendera dan senjata berlaras panjang, diperkirakan itu samurai. Sinarnya yang mengkilap bisa membutakan siapa saja.

   Pemuda malang itu bergidik, sebisa mungkin menyembunyikan atensinya. Segerombolan itu pasti gangster yang berkuasa di wilayah ini.

  Para gangster itu berlomba-lomba mengacungkan senjata tajamnya serta botol kaca pun tak luput dari lemparan. Saking banyaknya pengendara motor di sana, kawan atau lawan, semuanya diserang.

   “Hajar sampai mampus!”

   “Jangan biarkan mereka kabur!"

   “Serang di depan!”

  “Belakang woy belakang!”

  “Kanan, kiri, sikat semua!”

  Berbagai teriakan bersatu, penyerangan itu terjadi di depan matanya. Pemuda tersesat itu mematung, aksi mereka luar biasa sadis. Ada banyak jeritan yang bergema di malam yang senyap ini. Entah berapa lama, waktu, berlalu begitu saja.

   Penyerangan itu sangat dekat dan pemuda itu bisa mendengar senjata tajam beradu, kebanyakan dari mereka menggunakan celurit, rantai, dan parang.

   Sekelompok itu menyerang membabi buta, semakin lama semakin gempar saja. Daerah itu benar-benar sepi, dan tempatnya sangat cocok saat mengeksekusi orang.

  Beberapa orang berpencar, ada yang bersembunyi di balik pohon, semak-belukar dan ada juga yang menyelinap ke dalam gubuk. Pemuda itu terkejut saat bertemu sosok yang mengerikan.

   Entah wajah asli atau bukan, yang jelas orang itu memiliki mata merah dengan bibir robeknya sampai ke pipi. Dia pikir hantu, pemuda itu hampir berteriak, tetapi tak jadi karena mulutnya terbungkam.

   “Diam atau Mati!” ancam orang itu.
Pemuda bersurai hitam mengangguk, dirinya hanya bisa mengikuti arahan orang asing itu.  tangannya sudah gemetaran, kedua mata ditutup. Dia sudah tak peduli dengan sekitarnya yang ramai.

   Telinganya masih mendengar jeritan serta sabetan yang dilayangkan orang gila itu. Sosok menyeramkan itu berada di sebelahnya. Bulu kuduknya berdiri.

   Suara-suara berisik itu berhenti dengan sendirinya, sedangkan sosok transparan itu sepertinya masih setia berada di dekatnya, dia tak bisa bergerak, serius. Posisinya saat ini masuk ke zona merah kehitaman.

   “Lo cowo, kan? Masa takut?” Suara serak itu menggelitik belakang lehernya.

   Pemuda berseragam hitam putih itu tak menjawab, tetapi kedua bulu matanya bergetar. Terdengar tawa mengejek serta sindiran yang membuatnya tak nyaman.

.
.
.
 
 

Pergerakan di luar seperti angin, yang lewat begitu saja. Pemuda itu memberanikan diri membuka mata, sosok menyeramkan itu sudah menghilang. Jantungnya hampir berhenti, dia juga hampir kehilangan jiwanya.

   Pemuda itu bersandar, keringat dingin membasahi pelipisnya. Saat hendak bergerak kakinya gemetaran duluan. Sungguh mengerikan jika diingat. Belum pernah dia mengalami hal ini, sepertinya ini akan menjadi mimpi buruknya.

Setelah dirasa aman, pemuda itu mengintip dan melihat situasi, keramaian tadi sudah tak ada lagi. Entah apa yang membuat mereka berhenti, yang jelas itu sangat bagus untuknya. Setidaknya dia bisa menarik semua oksigen yang ada.

   Angin malam membuatnya menggigil, dia tak lagi berani menampakkan diri ke tempat ini. Sungguh beruntung dirinya tidak ketahuan, padahal salah satu dari mereka berhadapan dengannya.

   Saat dia berdiri di dekat gubuk, berbagai bendera dengan lambang tengkorak tergelatak di jalanan. Bercak merah menghiasi kain hitam itu, jelas kedua kubu saling bentrok. Dia memang tak melihat dengan jelas, tetapi dari suaranya saja sudah membuatnya merinding.

   Kedua kakinya melangkah mengikuti jejak darah yang berserakan, antara takut dan penasaran. Saat dirinya melewati semak-semak, kaki kirinya ditangkap dan dia terjatuh, dia mencoba menendang tangan sialan itu, tetapi cengkeramannya sangat kuat. Dia mencoba berdiri, dan ekspresi panik pun timbul ke permukaan.

   “Lepas—lepas!”

“Tolong….” Suara cekat itu menyapu indera pendengarnya. Seketika dia membeku, ragu-ragu tuk mendekat. Akhirnya kalah dengan rasa iba.

   Di depannya, seorang pemuda berlumuran darah, hanya mulutnya yang berucap lirih. Pemuda itu merasa kasihan, tetapi ngeri juga.

“Maaf, saya gak bisa bantu apa-apa.”

   “Tolong saya … pergi dari sini!”

Rintihan itu berubah menjadi jeritan yang menakutkan. Pemuda itu terjatuh ke belakang, dan semuanya gelap.

   Sebelum dia benar-benar kehilangan kesadaran, kepalanya dipukul dengan balok yang super panjang. Entah apa maksudnya, pemuda itu sekian kalinya terkena sial. Nasibnya pun tak tahu, apakah tinggal kenangan atau berakhir di kuburan.

   Setelah mengeksekusi keduanya. Sosok menyeramkan keluar dari balik pohon, dan pemuda yang terluka itu berhadapan dengannya. Akan tetapi, dia sudah mengembuskan napas terakhirnya.

Pisau kecil nan tajam itu mencongkel kedua matanya, serta mulutnya hingga tak terbentuk. Kematian yang tragis, sedangkan pemuda yang dipukul tadi diangkat dan dipindahkan ke suatu tempat.

   Sekelompok gangster itu seperti hantu, yang bisa meneror siapa saja. Setelah penyerangan brutal itu mereka menghilang di balik bayangan. Angin dingin membekukan suasana di sekitar. Malam yang panjang sekali lagi membuat kisah kelam.

Dark Angel Kembali, mereka mulai menyebarkan virusnya. Mereka bisa menjadi siapa saja, bisa jadi teman terdekat atau keluarga kalian saat ini.

   Kedatangan mereka diiringi lagu kematian dan mawar hitam yang bertaburan di langit yang tak dihiasi rembulan. Selalu ada hal aneh jika menyangkut dengan mereka. Kepercayaan sangat sulit didapat, kecuali mereka mengenal diri sendiri.

   Identitas setiap orang diperlukan. Ingat saja ini: Jangan Percaya pada siapa pun, jangan percaya pada apa pun yang ditawarkan setiap orang. Bisa jadi itu menjadi boomerang untuk kalian sendiri.

  Dark Angel bukan hanya ditakuti, tetapi juga dihindari. Masing-masing anggotanya selalu memakai topeng, entah kebaikan atau keburukan tidak ada bedanya. Ciri lainnya: Mereka bisa menipu siapa saja.

.....

Dangerous Boy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang