Bab 11

11 3 0
                                    

Reno bersungut kesal karena kesehatannya pulih lebih awal, sang pelaku kejahatan yang merecokinya malah terlihat santai. Reno menjambak rambutnya sampai puas. Alvin yang baik hati membiarkan Reno bertindak sesuka hati.

    Alvin yang mengendarai mobil pun mendapat sorotan. “Tumben gak bawa si butut,” cela Reno. Butut is motor Alvin yang tinggal kerangkanya saja.

   “Lagi dicuci biar bersih,” jawab Alvin santai.

  “Pasti lo pake yang enggak-enggak. Ayo ngaku!” tuduh Reno, matanya menyelidik.

“Dua rius, kalau gak percaya cek ke tempat biasa gue benerin motor.”

  “Males. Gara-gara lo napsu makan gue ilang,” ujar Reno dengan ekspresi lesu.

   “Yaudah kita makan mie ayam bakso di pinggir jalan aja,” usul Alvin.

  “Lo yang bayar!”

“Oke, sip!” Alvin mengangguk. Jika diprotes, Reno semakin gila. Bisa gawat kalau mereka kecelakaan di jalan.

  “Tumben nurut, biasanya adu bacot dulu.” Reno menatap Alvin dengan heran.

  “Gak usah mulai, kalau akhirnya lo pasti kalah!” tegur Alvin, sebelum Reno menyela, pemandangan di depannya buram.

    Brak!

  Mobil yang dibawa Alvin ditabrak oleh truk yang melintas dengan kecepatan tinggi, padahal arus lalu lintas tak padat, Kedua mobil terlempar dan kepala Reno terbentur dan mengakibatkannya pusing tujuh keliling.

  Saat dia membuka matanya, Alvin memblokir pecahaan kaca yang terlempar ke arahnya. Reno terkejut dan dia mendorong Alvin, tetapi pemuda tengil itu tak bergerak. Tentu saja Reno panik.  

   “Vin, bangun!” teriak Reno.

  “Jangan mati dulu please, lo kan masih jomblo, kasian para fans lo!”

   “Vin… Alvin, gak lucu sumpah!”

   “WOY ALVIN BUDIMAN!”

  Reno memaksakan suara terakhirnya, energinya terkuras habis, dia juga kelelahan, belum lagi tangannya yang seperti jelly. Mata Reno sayu, dia mencoba menahan rasa perihnya.

  Pelipis Alvin ternoda bercak darah. Reno menggigit lidahnya supaya sadar. Akan tetapi, rasanya berat sekali karena Alvin menimpanya.

Akankah dia pindah alam?

   Entah berapa lama, mereka berada di posisi ini. Mirisnya tidak ada yang memberikan bantuan. Trus yang terbakar beserta orangnya pun tak dipedulikan. Jalanan yang mereka lalui sangat sepi.

  “Vin, kalau lo gak bangun, kita putus,” bisik Reno lirih.

  “Putus? Emangnya kita pacaran?” tanya Alvin yang setengah sadar.

  “Putus pertemanan bego. Ah. otak lo gak pernah dibersihkan. Heran gue, Eeehhhh….”

   Mata Reno terbuka saat mendengar suara Alvin yang lirih. Keduanya bertatap muka, Reno bersyukur karena teman kampret-nya tidak pindah alam duluan.

Alvin sadar saat Reno berceloteh tentang nasib percintaannya yang tragis. Alvin mencemooh lewat matanya yang tajam, Reno yang mendapat sinyal ketidakpuasan darinya pun tak bisa berkutik.

Alvin bangit dengan susah payah, dia menggerutu, “Ah, sial banget!”

Reno pun duduk dengan benar. Luka-lukanya sangat ringan, tetapi dia merasa kesakitan di sekujur tubuh.

   “Lo sih nyetirnya gak becus.”  Di saat seperti ini, Reno masih mencercanya.

   Alvin meliriknya dengan lesu. “Banyak bacot sih lo, coba kalau lo anteng, si Redmil tak akan ngamuk.”

Dangerous Boy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang