05

789 133 15
                                    


05

Dipersembahkan oleh ;
silent_in_white




~

Sasuke menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Rutinitas mandi sejenak membuat tubuhnya terasa lebih segar dan ringan secara bersamaan. Kamarnya yang bernuansa gothic dan beraroma musk ini selalu menjadi tempatnya mengisi ulang energi dari rasa lelah dan penat dari segala macam masalah kehidupan.

Ia berbaring, kedua matanya menyorot pada langit-langit kamar dengan lampu yang terang benderang. Kemudian Lengannya ia gunakan untuk menutupi netra dari pancaran cahaya.
Lalu otaknya melalang buana guna mengingat lagi pertemuannya dengan keluarganya di restoran beberapa waktu yang lalu.

Makanan yang terhidang di depannya terlihat lezat dan mewah. Namun sedikitpun tidak menarik minatnya untuk mencicipi barang sedikitpun, tidak ketika ayahnya terus memaksakan kehendak pada dirinya.

Sasuke bosan dan muak harus mengikuti segala titah dari ayahnya. Ia harus merelakan hobi dan cita-citanya sebagai fotografer karena ingin menyenangkan hati sang ayah. Dan melangkah keluar negeri demi menimba ilmu tentang bisnis dan ekonomi. Semua ia lakukan agar setidaknya tidak mengecewakan ibu dan kakaknya yang sudah mendukungnya.

Tetapi sekembalinya ia dari negeri orang, apa yang ia dapatkan? Sasuke hanya mendapat segelontor kecewa karna selalu dibanding-bandingkan dengan sang kakak.

Ia paham ayahnya bukanlah tipe pengusaha yang rakus dan serakah, yang hanya mengejar uang dan keuntungan. Didikan keras sang ayahnya kepada dirinya dan kakaknya semata-mata demi masa depan mereka sendiri.

Dunia ini keras bagi yang miskin dan lembut pada yang kaya.
Karena itulah hampir sebulan ini ia masuk ke perusahaan sang kakak sebagai karyawan magang. Sasuke terlalu hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang sesuka hatinya. Meskipun awalnya berat, Sasuke setelah tahu bagaimana susahnya mencari uang, apalagi membangun perusahaan sebesar itu.

Di tengah-tengah pemikirannya yang terus berkenala,
Sasuke tiba-tiba tersenyum. Ia mengira semuanya akan berjalan monoton dan membosankan seperti yang ia bayangkan. Tetapi kehadiran pembimbingnya, Hinata Hyuga. Agaknya mengubah persepsi dan semua hal yang membosankan di dalam hidupnya.

Sasuke kini terbayang-bayang akan sosok Hinata.
Perempuan itu memang berbeda dari yang lain. Hinata memiliki wajah lembut tetapi mempunyai sikap yang sama sekali tidak sejalan. Ia yang selalu mendapat perlakuan istimewa dari kaum hawa karena rupanya yang menawan dan bertampang jutawan, namun sebaliknya, ketika dengan Hinata, tidak jarang ia kadang merasa tertindas dan terintimidasi disuatu waktu yang bersamaan. Hinata tidak akan segan memukul punggungnya jika ia kelewat jahil. Dan ketika ia bersikap acuh pada tugas yang diberikan, Hinata akan mendiaminya sepanjang hari dan berujung menjadikannya layaknya seorang babu yang suka menyuruhnya sesuka hati.

Jika mengingat itu, Sasuke merinding.
Telinganya hampir jebol karna setiap hari mendengar semua teriakkan wanita itu.
Namun disisi lain, bibir Sasuke tidak bisa untuk tidak tersenyum ketika mengingat kalau Hinata juga layaknya wanita pada umumnya.
Moodnya gampang naik turun, suka sekali jika diajak beli jajan, lalu ketika mendapat sedikit pujian saja kedua pipinya langsung merona.

Sasuke menghela napas panjang.
Hinata oh Hinata. Entah mantra apa yang sudah kau gunakan hingga membuat Sasuke tersenyum-senyum tidak jelas diatas ranjangnya.

Kejadian beberapa jam yang lalu bersama Hinata, memperlihatkannya sisi baru yang terpancarkan diwajah perempuan itu.
Senyum bahagia dan binar dimata Hinata tampak begitu indah. Membuatnya tanpa sadar tejerat masuk dalam pesona perempuan itu, dan memicu debaran di jantungnya. Apalagi saat Hinata menghembuskan asap rokok dari kedua lubang hidungnya. Aah, rasanya tidak ada wanita yang memiliki pesona luar biasa dari pada Hinata.

Office Romance🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang