03

1K 180 39
                                        


03
Dipersembahkan oleh :
IrmaNur9










....

Terhitung sudah hampir seminggu Sasuke bekerja di perusahaannya sendiri sebagai seorang anak magang, dan hingga kini juga belum ada yang mengetahui perihal identitas asli nya.

Disaat jam istirahat tiba.
Sasuke pun hanya tersenyum dengan wajah malas, pandangannya terfokus pada sosok Hinata yang sedang mengantri makanan di kantin perusahaan, di dekatnya dua orang teman yang identik dengan tato segitiga di pipi dan rambut yang bergaya cepol dua.

Sasuke berjalan, menghampiri Hinata untuk ikut mengantri dibarisan belakang.

Saat Kiba melihat Sasuke yang datang
menghampiri mereka, seketika Kiba mendekat pada Hinata dan berbisik.
"Hin, kau lihat.... ada angin apa anak asuhan mu itu kemari? Tumben, biasanya dia makan di luar." ucap Kiba.

Hinata yang mendengar itu pun mendesis pelan.
"sstt...abaikan saja dia." Meskipun bicara demikian, nyatanya Hinata tetap melirik kearah Sasuke. Kemudian tersenyum remeh.
"Mungkn, dia sedang bangkrut." jawabnya diiringi dengan tawa nista tat kala mengingat bagaimana eksistensi Sasuke tentang gaya hidupnya yang hedon.

Setelah selesai mengambil makanan, Hinata, Kiba, dan Tenten mencari tempat duduk yang kosong.
Namun sialnya, karna hampir semua karyawan istirahat di jam yang sama, jadi tidak heran kalau kantin sangat penuh hingga susah untuk mencari tempat yang kosong.

Tapi tunggu...
Hinata menyadari akan suatu hal yang aneh.
Jika diperhatikan sejak tadi, mengapa hampir semua karyawan perempuan yang sedang makan di kantin menoleh ke arahnya? Eh, bukan.. Tapi belakangnya.
Dan yah- benar. Dibelakangnya ada Sasuke.

Terdengar juga suara bisik-bisik yang tentu saja terdengar oleh Hinata.

Hinata mengangguk memakhlumi.
Bagaimana tidak ? Wajah yang begitu rupawan, ditambah tubuh atletis yang dibalut setelan kemeja brended, apalagi jam tangan seharga apartemen yang di pakai Sasuke sangat menyilaukan bagi mereka yang hanya karyawan biasa.
Tidak heran, kehadiran Sasuke sangat mencolok mata.

Apalagi di perusahaan ini, Sasuke hanya berstatus karyawan magang.
Mereka pasti berfikir kalau Sasuke mungkin anak konglomerat yang sedang gabut lalu melamar pekerjaan disini.
Atau mungkin Sasuke hanya anak selir yang tidak diakui di keluarga kayanya, jadi dia harus bekerja banting tulang untuk memenuhi eksistensi hidupnya.

Hah- sungguh menyedihkan.

"Hin, aku ingin bertanya? kenapa muka si pink terlihat kesal setelah keluar dari ruanganmu kemarin?" tanya Kiba dengan rasa penasarannya.

Hinata duduk di hadapan Kiba. Mereka mendapat tempat duduk yang agak memojok di sudut kantin.
"Dia meminta tanda tanganku."

"Kau kasih?" Tanya Tenten yang menyusul duduk disamping Kiba.

Hinata menggeleng.
"Itu tidak mungkin!! kalian tahu? Proposal yang aku buat dengan susah payah seenaknya ingin direvisi oleh Sakura dan diklaim untuk diajukan kepada pak Itachi." Hinata bicara dengan wajah memerah menahan kesal.
"I'm sorry, aku tidak akan membiarkannya."

"Gila saja si pinky... Dia paling suka mencari muka sana sini dengan pak Itachi dan karyawan lainnya." gerutu Tenten.

Kiba mengangguk setuju.
"Mungkin dia kurang dana, tahu sendiri kan... lihat pakaian dan barang barang yang dia gunakan, semuanya serba Chenel dan Diyor.. Tidak ada yang tidak brended dan semuanya berwana pink.. Aucch dia mungkin mengira dirinya ada Barbie."

Office Romance🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang