01|Pak Bos Titisan Setan

1K 146 82
                                    

"Jisoo! Cepat ke ruangan saya sekarang!"

"Kena——"

"Berani nanya, saya potong gaji kamu! Dua menit harus sampai di sini. Kalau tidak, kamu tahu kan konsekuensinya apa?"

"Ta——"

Bip

Setan!

Begitulah setiap harinya. Tak kan pernah alfa sejenis umpatan ataupun absensi jenis-jenis penghuni binatang keluar dari bibir itu. Jika sudah berhadapan dengan bos menyebalkan alias Setan (panggilan akrab Jisoo ke pak bos) pasti segala sesuatu yang buruk akan lumrah terucap.

"Kenapa lagi, Ji?"

Dengusan kesal diusung, "Tahu tuh si kampret kumat."

Rekan kerja sekaligus teman akrab Jisoo terkekeh melihat raut sebal dari wajah gadis itu. Kasihan sih Bona sebenarnya sama sang sohib, tapi menertawakan lebih menarik dari pada merasa simpati.

"Gila. Pak Bos ada dendam apa sih sama lo? Kayaknya betah banget gitu ngerepotin lo. Lo kayak istimewa banget buat dia."

Bola mata dirotasi malas, "Lo sehat ngomong begitu? Istimewa apanya? Yang ada gue tersiksa jadi kacungnya dia. Udah ah, dari pada gaji gue dipotong sama tuh Setan,  mending gue cabut dulu."

Kekehan Bona lantang lagi-lagi terdengar, "Semangat!!" ujarnya seraya mengepalkan sebelah tangan ke atas. Bukan niat memberi semangat, tapi lebih ke arah memberi ejekan lagi sih.

Istimewa katanya? Yang ada Jisoo mah jadi anak bawang di sini. Apa-apa selalu dia, punya bagian repot sedikit pasti dia, ada jatah omelan pasti dia. Pak Bos nya itu beneran manusia titisan Setan.

Tapi parahnya, meskipun Jisoo kerap dikasih pekerjaan di luar tugasnya, tetap saja gadis itu tidak berani membantah.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk aja!"

Sekian kalinya helaan napas dihembuskan. Dengan keberanian besar yang coba diambil, kenop pintu ditarik ke bawah. Highheels bewarna merah maroon itu dibawa mendekat ke arah meja si empunya.

"Eun, maaf. Ada apa ya, Pak?"

Sorot mata yang tadinya menatap layar komputer dibawa beralih melihat sang bawahan. "Ooh, udah datang?"

Ya menurut lo? Jelas-jelas udahlah! Kalau gue belum datang, terus yang ada di sini siapa, Ogeb?!

"Iya, Pak..."

Kursi yang diduduki ditarik ke belakang sedikit. Tubuh yang tadi menghenyak juga dibawa berjalan ke arah sofa. "Ada sesuatu yang perlu saya bicarakan. Ayo ke sini."

Dan yang disahut hanya mempu menurut dengan membawa langkahnya ikut mendekat. Baru saja ingin ikut menyusul duduk, pergerakannya terhenti saat suara bariton itu menyela lagi.

"Bua dua kopi dulu sana."

Anjir! Gue bukan OG ya, Setan!

"Baik, Pak."

***

"Alasan saya panggil kamu ke sini untuk memberi tahu kalau tiga minggu ke depan kita akan mengadakan kerja sama di luar kota."

"Saya ikut, Pak?"

"Kamu terlalu bodoh untuk tidak mengerti ucapan saya barusan?" Sarkas dan pedas. Tenang, pak bos memang orangnya begitu. Paling hanya bikin spaning naik.

Askaskafgshsjebhe! "Sa—saya mengerti, Pak..."

"Besok kita berangkat. Jam enam tepat, kamu harus sampai di kantor. Saya tidak terima alasan apapun jika telat barangkali sedetik. Kamu tahu kan konsekuensinya apa jika melanggar?"

My Bossy Boss (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang