BAB 4

6 1 0
                                    

Cherry tertawa sangat puas ketika melihat ulang video rekaman pertunjukkan konyol tadi pagi. Tangannya menabok bahu El tanpa sadar membuat sang empu mendelikkan matanya.

"Kocak banget anjir! HAHAHAH."

"Liat deh mukanya si Lio, sampe merah gitu dia gara-gara ngakak."

Sedangkan El yang duduk disampingnya hanya sibuk memakan keripik singkong yang ia bawa dari rumah. Kepalanya menggeleng pelan, "Gue enggak expect bakal ada acara gituan."

Cherry terkikik pelan. "Ide si Lio itu, enggak nyangka aja disetujuin sama guru-guru yang lain. Mana pak Bimo mau ikutan lagi."

Tak habis pikir, disatu sisi ia cukup terhibur. Namun El tidak biasa dengan itu semua. Ia hanya meresponnya dengan ekspresi biasa aja, sama sekali tidak tertawa ataupun ikut excited. Ya, dia memang sekaku itu.

Orang-orang lain tidak begitu mempermasalahkannya. Karena memang sudah tertebak bagaimana reaksi Chiel. Hanya saja sebagai hiburan agar El tidak terlalu kaku saat datang ke sekolah lamanya. Memang si Murid Kesayangan.

'Perhatian kepada semua murid, mohon berkumpul di lapang untuk melaksanakan upacara'

'Sekali lagi untuk semua murid, ditunggu dilapangan upacara sekarang juga'

Cherry berdecak malas, wajahnya seketika berubah lesu kala mendengar suara itu. "Males banget upacara." Celetuk gadis itu yang menenggelamkan kepala kedalam lipatan tangannya dimeja.

"Kabur aja yuk!" Lanjutnya dengan suara yang memedam. El hanya menatap sang teman dengan malas. Sebenarnya juga ia juga enggan mengikuti upacara, namun sudah ketentuan sekolah jika ini adalah sebuah kebiasaan dihari Senin.

El memang terlihat seperti siswi yang berandalan, namun ia juga tetap saja mengikuti aturan sekolah. Maka dari itupun guru-guru menyukainya. Selain memiliki kepintaran diatas rata-rata, siswi tersebut tidak pernah melanggar aturan sekolah.

"Woi, keluar-keluar!" Tegas sang ketua kelas yang bernama Bagas. Lelaki itu mengusir satu persatu teman kelasnya yang sangat susah sekali keluar.

El menatapnya sekilas lalu segera beranjak dari kursi. Ia tak mengeluarkan sepatah katapun dan langsung berlalu begitu saja dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam jaket hitamnya.

Cherry terkelonjak kaget ketika ada yang memukul mejanya. Walaupun tidak terlalu keras namun tetap saja membuatnya terkejut. Ia menatap sang pelaku yang sedang menaik turunkan kedua alisnya.

"Ke lapangan ya, Cherry cantik."

Gadis mengerutkan keningnya ketika kursi sebelah kosong. Kepalanya celingukan bingung, "Loh, temen gue mana?!"

Bagas menunjuk ke arah pintu dengan dagunya. "Tadi udah keluar, kasian ditinggal." Ledek lelaki itu tertawa puas.

Cherry memberenggut kesal, dengan cepat ia berdiri dan berjalan dengan langkah yang tak santai. Seperti raksasa yang ingin menghantam apapun didepannya.

"EL IH TUNGGUIN DONG!"

Teriakkan Cherry menggema disepanjang lorong koridor. Gadis dengan jepit pita itu berlari menyusul El yang sudah berada jauh didepannya.

Ia terus berlari yang tanpa sadar tali sepatunya lepas. Tak lama suara gedebum pun terdengar. Cherry terpekik ketika tubuhnya terasa melayang dan terjatuh.

"Aduh! El!"

Cherry mengusap bokongnya yang terasa sakit akibat mencium lantai yang keras itu. Matanya menatap kesal ke arah El yang hanya menatap dirinya dari jauh. Apakah tidak ada niatan menolong? Sama sekali tidak peka!

LENGKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang