BAB 5

5 2 0
                                    

Archiel menumpukkan kedua tangannya diatas meja. Matanya terpejam memanfaatkan waktu istirahatnya untuk tidur sejenak. Sebelumnya Cherry sudah mengajak gadis itu untuk pergi ke kantin, namun El menolak dengan alasan mengantuk.

Cherry satu satunya gadis yang bersikeras untuk berteman dengannya sejak kelas 10. El akui gadis itu memang sangat keras kepala dan ambisius. Padahal, daridulu pun El berusaha menutup diri dengan yang lain. Tetapi gadis berperilaku heboh itu tetap saja kekeuh mendekati dirinya.

Cherry Alanaiva, gadis yang terkenal akan keceriannya yang membuat orang orang menyukai dia. Sikapnya sangat ramah, centil, dan juga heboh setiap saat. Jelas berbeda dengan El yang dikenal dengan sikap juteknya.

Seisi sekolah pun tahu, pertemanan mereka sangat unik. Sikap dan sifat mereka berbanding terbalik.

Suara derap kaki terdengar di ruangan yang sunyi itu. El jelas mendengarnya, namun ia tidak terlalu memedulikan itu dan tetap berada diposisinya.

"Nih,"

Mendengar suara yang sangat dikenalinya itu, El sedikit mengangkat kepalanya. Terdapat seorang pemuda yang sudah bersandar didepan mejanya dengan dua minuman ditangannya.

Pemuda itu menyodorkan sebuah minuman kopi dingin untuk Archiel. "Butuh yang seger-seger?"

Gadis itu menghela napas lalu segera mengambilnya. Ia duduk tegak sembari menyeruput kopi dingin yang telah diberikan untuknya.

"Kecapean ya?" Tanya pemuda dengan nametag Pradipta Megantara itu. El hanya mengedikkan bahu sekilas, matanya menatap ke arah Dipta sekilas.

Gadis itu menyesap rasa kopi kesukaannya sedari dulu. Caramel Macchiato. Tidak sembarang orang yang mengetahui kesukaannya, meskipun sudah dekat sekalipun. Namun, pemuda yang berada di depannya ini menjadi pengecualian.

Dipta tersenyum kecil dengan menggelengkan kepalanya, El masih saja seperti itu. Cuek dengan sekitar. Ia pun bertanya lagi, "Lagi banyak pikiran?"

El menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat. Menyeruput kopinya sejenak lalu menjawabnya dengan santai. "Emang kapan pikiran gue sedikit?"

Dipta terdiam sekilas lalu membalikkan kursi agar menghadap ke arah gadis itu. Ia duduk dihadapan El dengan tangan yang saling bertumpu. "Mau makan enggak?"

El menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak lapar. Atau pada dasarnya gadis itu memang susah sekali makan. Sehari sekali saja sudah bersyukur.

"Gua tau lo belum makan pastinya." Ucap Dipta sambil meminum minumannya. Ia tentunya sudah mengetahui bagaimana gadis itu. Dipta menghela napas ketika tidak mendapatkan respon lebih dari El.

Pemuda itu bangkit dari duduknya. "Ntar pulang sekolah bareng gue, sekalian ada yang mau diomongin." Ujarnya sebelum berjalan keluar meninggalkan ruang kelas.

Saat ingin keluar dari kelas, Dipta berpapasan dengan Cherry yang juga ingin memasuki kelas. Gadis berkuncir kuda itu mengangkat kedua alisnya seraya menatap Dipta dari atas hingga bawah.

"Ngapain lo kesini?"

Dipta mendengus, telunjuknya terangkat untuk mendorong kening gadis pendek itu hingga sedikit terpental. "Kepo banget!" Balasnya dengan nada ledekan lalu segera pergi berlalu.

Cherry mengaduh lalu menghentakkan kakinya kelas. "Dasar cowo gak jelas!" Sungutnya dengan sebelah tangan yang mengusap kening mulusnya.

Gadis itu memasuki kelas dengan wajah masam. Ia kemudian duduk dengan gerakan kasar. "El! Liat nih, jidat gue ditoyor sama Dipta!" Adunya dengan wajah memelas.

El hanya menggelengkan kepalanya memaklumi. Kedua gender itu memang seringkali jahil satu sama lain. Seperti layaknya interaksi adik kakak saja.

"By the way, tadi dia tumben amat kesini?" Tanya Cherry penasaran. Biasanya, pria itu hanya diam dikelas. Mengobrol saja jika sempat bertemu di lingkungan sekolah.

El mengedikkan bahunya acuh, ia juga tidak memikirkan hal itu. Cherry mendengus, sepertinya percuma saja bertanya pada El. Karena gadis itu tidak jauh beda dengan Dipta. Selalu saja susah diajak bergosip.

Matanya menangkap sebuah Cup kopi dingin yang berada ditangan El. Tak perlu menunggu waktu lama pun Cherry langsung paham dengan senyuman jahil yang terpatri. Ia menyenggol lengan El dengan tatapan menggoda.

"Beliin minuman yaa? Cieee,"

El mendelik tajam. "Apasih!" Ketusnya membuat Cherry tertawa terbahak-bahak. "Bercanda kali, El! Galak amat."

Beberapa jam telah berlalu, kini bel pulang sekolah sudah berbunyi. Para murid berbondong-bondong berjalan keluar gerbang untuk pulang ke rumahnya masing-masing.

Tak berbeda jauh dengan kedua gadis yang kini sedang berada di toilet. Cherry sibuk dengan bedak yang sedang ia tap tap kan pada wajah. Ia menatap wajahnya yang sangat cantik itu dengan bangga. Tangannya terus menepuk-nepuk pipi untuk meratakan bedaknya.

Setelah selesai, ia pun mengambil liptint untuk memoles bibirnya agar tidak terlihat pucat.

Oh Tuhan, apakah dia tidak lihat ada serigala yang sebentar lagi akan menerkam di pojok pintu sana?

El dengan wajah masamnya berusaha sabar menunggu Sang Princess touch up. Padahal di dalam hatinya ia sudah berteriak memaki temannya itu yang sangat lama. Oh ayolah, sudah mau setengah jam mereka di toilet ini.

Jika tidak ada urusan bersama, El sudah pergi meninggalkan Cherry.

"Udah belum, sih?!" Tanya El dengan ketus. Wajahnya sudah penuh ketara bahwa ia bete. Gadis itu berdiri dengan tangan yang bersedekap dada. Kakinya sudah kesemutan akibat menunggu Cherry yang lelet itu.

Cherry menoleh lalu tersenyum lebar tanpa rasa bersalah. "Sudah! Ayo!"

Gadis itu berjalan dengan lenggak-lenggok dengan senyuman manis di wajahnya. Sangat berbanding terbalik dengan El yang seperti ingin menonjok orang.

Di luar sudah ada Dipta yang berdiri menunggu dua kurcaci itu. Lelaki tersebut berdiri tegak ketika El dan Cherry telah keluar dari toilet.

"Lama banget buset." Ujar Dipta geleng-geleng kepala. Ia mengenduskan hidungnya ketika mencium wewangian yang menyengat. "Parfum siapa ini anjir! Huekk,"

Cherry mendelik, ia mencium pakaiannya yang sangat wangi itu. "Kenapa sih? Perasaan wangi-wangi aja kok!"

Dipta yang sedang terbatuk-batuk pun segera menjauh dan mencari udara segar di sekitarnya. Ia menunjuk Cherry dari atas hingga bawah dengan tatapan horornya. "Lo—Lo kalo pake parfum pake otak dong! Jangan sebotol-botolnya dituangin ke baju!"

Cherry mendesis tak terima. "Lebay! Gue pake dikit doang, emang wanginya semerbak! Lo aja yang enggak kebiasa nyium parfum mahal!" Sungutnya dengan wajah merenggut.

El memutar bola matanya malas, merasa jengah. Ia pun langsung berlalu meninggalkan dua sejoli itu dengan cuek. "Lama." Cetusnya.

Cherry dan Dipta pun saling memandang dan langsung menyusul El dengan terburu-buru. Saat di parkiran, mereka berpapasan dengan segerombolan lelaki. El mendengus ketika bertemu dengan mereka lagi.

"Eh, ada little kitty dan kucing garong." Ceplos Lio menyengir.

El mendelik ketika mendengar sebutan itu, tentu saja ia bisa membedakan dua sebutan itu untuk siapa saja.

Cherry menengadahkan kepalanya dengan tangan yang memelintir rambut. "Eh, ada kulit badak." Celetuk gadis itu membalasnya ramah.

Lio mendengus, ia menatap kedua gadis itu dan seorang pemuda yang sangat familiar. "Belum pulang?"

"Lo liat kita napak enggak?" Tanya Cherry ngegas. Lio hanya tertawa mendengar balasan itu.

Samsul menggeplak kepala Lio gemas, "Basa-basi lo basi banget, sumpah!" Ucapnya membuat Lio meringis mengusap kepalanya. "Apa salahnya kita memulai topik obrolan, yakan?"

"Topik lo enggak bermutu." Balas Dipta dengan wajah tengilnya. Lio pun menatap pemuda itu kesal. "Apasih, tuyul! Lo enggak diajak!"

El hanya menghela napas saja, sudah lelah. Matanya tak sengaja menatap dua sejoli yang tengah bergurau ria tak jauh disana. Gavarland dan Nagia. Terlihat bahwa mereka sedang bercanda gurau dengan Gia yang duduk diatas motor Gavar. Gadis itu tertawa lepas dengan tangan Gavar yang sedang menepuk kepala Gia gemas.

El menatap itu dengan datar, tidak ada perasaan apapun. Hanya saja...seperti teringat sesuatu?

TBC.


LENGKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang