Disinilah Gavar sekarang, disebuah warung tempat tongkrongannya bersama teman. Sehabis mengantar Reina, ia mengetahui info bahwa guru yang mengajar dikelasnya itu sedang berhalangan hadir, alhasil ia pun menggunakan kesempatan itu untuk bolos bersama teman-temannya.
"Gila, Cok! Liat nih cewe, bening banget cuuyyy!" Ucap Lio memperlihatkan sebuah video tiktok yang isinya adalah cewek cantik.
Samsul mengelus dadanya seraya menutup mata. "Astaghfirullah" Celetuknya istigfar kala tak sengaja melihat pemandangan itu yang—errghhh
Adam terkekeh geli melihatnya. "Stay halal ya, Ustad Samsul."
Lio mendengus, merasa tak setuju dengan kata-kata seperti itu. "Mana ada stay halal, kemaren aja dia ngepap ke gue lagi di bar!" Sahutnya cepu membuat Samsul melotot ke arahnya.
"Enggak, ya! Hoax hoax!" Sergah Samsul cepat. Ia memukul kepala Lio dengan botol minuman yang sudah kosong itu. "Jangan fitnah, Li! Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan."
"Nyenyenyenye,"
Lio meledek Samsul dengan kedua tangan diatas, sementara lidahnya menjulur keluar. Hal itu membuat Samsul semakin geram, ia bangkit dari duduknya dan ingin mengejar Lio yang sudah menghindar terlebih dahulu.
"Eh, Astaghfirullah...enggak boleh terpancing sama ledekan syaiton." Ucap Samsul berusaha sabar. Ia kembali mendudukkan diri dikursi, tidak jadi untuk menghajar temannya yang kurang akhlak itu.
"Sumpil! Gue ada info terbaru." Celetuk Lio tiba-tiba membuat Samsul dan Adam menatapnya penasaran. "Info apaan?" Tanya Adam yang ingin tahu. Sementara Gavar sibuk memejamkan matanya yang terasa mengantuk.
Lio bergerak mengambil snack milik Adam lalu duduk dikursinya. "Ih, punya gue itu!"
Lio tidak memperdulikannya, ia memakan snack itu dengan santai di depan mata sang pemilik. "Minta doang elah,"
Adam memutar bola matanya malas, memang temannya ini tidak ada akhlak. "Info apa?" Tanyanya sekali lagi.
Lio menghabiskan kunyahan yang ada dimulutnya terlebih dahulu kemudian menjawab, "Katanya si El bakal balik lagi kesini."
Mendengar nama yang tak asing baginya membuat Gavar sedikit membuka mata. Ia masih tidak bergerak dari tempatnya, namun telinganya berusaha mendengar apa yang sedang jadi topik pembahasan.
"Loh, emang dia udah selesai di Jerman?" Tanya Samsul yang ikut menimbrung. Bahkan tangannya pun ikut mencomot snack milik Adam dengan wajah yang cuek.
Adam memberenggut, ia mengambil snacknya itu paksa sebelum habis ditangan dua curut empang tersebut.
"Punya gue woy!" Semprot Adam dengan nada tak terimanya. Ia buru-buru memeluk snacknya erat, enggan untuk direbut lagi.
Lio mendengus. "Huh, pelit! Kan lo banyak uang, Dam. Beli pabriknya juga bisa kali."
"Yang punya banyak uang itu bokap gue!" Koreksi Adam mendelik tak suka. Sementara Samsul hanya geleng-geleng kepala.
"Sabar, Dam...Nanti Lio gantiin ya." Ucap Samsul yang membuat mata Lio membelalak. "Kok jadi gue?!" Protesnya tak terima. "Kan lo yang makan." Jawab Samsul santai.
Lio menendang kaki Samsul dengan sengaja membuat sang empu mengaduh. "Lo juga tadi ikutan makan ya, Botak!" Semprotnya mencibir.
"Ck, ribut mulu lo Upin Ipin." Ujar Gavar dengan mata yang masih saja terpejam. Mau tidur saja banyak halangannya. Memang susah jika mempunyai teman yang kerjaannya cekcok melulu!
Lio berdesis, "Daripada lo kerjaannya turu mulu." Balas Lio yang mengundang tatapan tajam dari Gavar. "Hehe, bercanda bos!"
"Eh, lanjut dong! Tadi kan lagi bahas si El." Celetuk Adam sembari menyemil snacknya itu sendiri.
Gavar menegakkan duduk, sepertinya ia tertarik dengan topik ini. Sebelumnya Gavar belum mengetahui siapa sosok El ini, hanya saja nama El mengingatkan ia dengan seseorang.
"El siapa?" Tanya Gavar membuat teman-temannya menatap dengan aneh. "Tumben ikut nimbrung." Cibir Lio yang dihadiahi jitakan oleh Gavar.
"Jawab aja sih!"
Akhirnya Samsul yang membuka suara. "Anak yang dipilih buat pertukaran pelajar." Ucapnya memberitahu. Sementara Gavar mengerutkan keningnya bingung.
"Sejak kapan sekolah kita ada pertukaran pelajar?"
Adam menepuk jidatnya. "Ya lo enggak tau karena lo anak pindahan pas kelas 11."
Lio mengangguk, "Si El ini berangkat ke Jerman pas naik kelas 11. Senin dia bakal balik lagi ke sekolah ini." Jelas Lio.
"Ke Jerman ngapain?" Tanya Gavar membuat Lio hampir saja ingin menggeplak kepala temannya itu. "MALING DOMBA!" Ceplos Lio yang sudah terpancing emosi.
Gavar memandangnya sinis. "Biasa aja, dong!" Lio hanya merespon dengan dengusan. "Udah dibilang pertukaran pelajar masih aja nanya!"
Adam tertawa melihat itu. "Maklum, sinyalnya ngelag gara gara baru bangun."
"Efek turu mulu jadi lemot tuh." Cibir Lio membuat Gavar mendelik. Kurang ajar!
Nada dering dari ponselnya membuat Gavar tak lanjut untuk bertanya. Ia melihat nama kontak Reina yang terpampang.
"Pasti ditelpon ayang." Sindir Samsul yang sudah hapal dengan kebiasaan temannya itu.
"Kamu bolos ya?! Nakal banget sih, mau aku bilangin Papi?!"
Adam tertawa kencang melihat Lio yang sedang cosplay Nagia. Benar-benar mirip! Bahkan nada dan kata-katanya pun sama. "Lo kembarannya ya, Li?"
Lio mendelik tak terima. "Enggak lah! Gue calon masa dep—"
"Mau gue tonjok atau gue tendang?!" Potong Gavar dengan tatapan yang menajam. Membuat Lio tak berani melanjutkan kata-katanya. Lelaki itu menyatukan kedua tangan seakan memohon ampun kepada baginda Gavarland.
Dengan cepat Gavar mengangkat telepon itu dan terdengarlah suara Reina.
"Kamu dimana, Gav?"
Lelaki itu menatap penuh ancaman ke arah temannya agar tetap diam dan tidak mengeluarkan suara.
"Lagi di toilet."
"Nyenyenye." Ledek Lio tanpa suara membuat Adam dan Samsul kini harus menahan tawa.
"Masih lama? Udah mau pulang ini."
Gavar menjilat bibirnya yang terasa kering seraya berkata, "Iya gue tunggu di gerbang." Ucapnya lalu memutuskan sambungan sepihak.
Samsul menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Gimana kalo si Gia tau lo bohong, Gav?"
Gavar memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu menatap Samsul santai. "Kalo kalian enggak cepu ya aman aja." Jawabnya dengan enteng.
"Dasar anak Mami." Cibir Lio yang dibalas geplakan maut dari Garva.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA
Novela Juvenil𝐋𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐠𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐚𝐝𝐚 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫. 𝘛𝘦𝘯𝘨𝘨𝘦𝘭𝘢𝘮 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘭𝘢𝘮 𝘓𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘳𝘢𝘮 𝘈𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘳𝘢𝘮? 𝘔𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘵𝘢𝘬𝘥𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘮 Ini kisah...