BAB 3

7 1 0
                                    

Sebuah gesekkan sepatu terdengar sepanjang koridor sekolah. Bunyi itu berasal dari sepatu seorang gadis yang tengah berjalan santai dengan tas hitam yang disampirkannya.

Penampilannya yang mempunyai ciri khas tersendiri membuat ia menjadi pusat perhatian. Tindik yang berada dibibirnya, rambut yang ia gelung menggunakan tusukkan khusus rambut berwarna perak, serta sebelah tangannya yang memakai leather hand.

Para murid yang berada di sekitar koridor pun terpana melihatnya. Dia, Archiel Senjaraya. Murid berprestasi yang sempat mengikuti program pertukaran pelajar.

Archiel sangat mudah untuk menarik perhatian orang orang, entah mengapa pesonanya sangat menguar hingga tidak ada yang mampu menolaknya.

Ia juga menjadi siswi tercantik di sekolah, dan tentunya termasuk jajaran primadona. Oh ya, jangan berharap bahwa Archiel akan bersikap ramah dan lemah lembut. Itu tidak mungkin terjadi.

Di sekolah ini, mereka pun sudah hafal tabiat El. Sedari kelas 10 pun Archiel susah sekali didekati, entah apa alasannya gadis itu seperti membuat tameng agar tidak sembarang orang bisa mendekat.

Terkenal akan sikapnya yang jutek, membuat orang pun segan untuk menyapanya. Mereka justru takut terkena delikkan maut dari mata El.

Ya, Goodlooking belum tentu Good Attitude.

El berjalan menuju ruang kelasnya dengan memperlihatkan ekspresi cuek. Sungguh, ia kurang suka diperhatikan seperti ini. Rasanya ingin menonjok satu-satu orang yang menatapnya secara terang-terangan.

"Woi, lo El kan?!" Teriak salah satu pemuda yang sedang berlari kecil menghampirinya. Pemuda itu berdiri menghalangi jalan dengan wajah yang terlihat begitu senang.

El mendengus. "Minggir." Usirnya menatap pemuda itu tajam. Baru saja menginjakkan kaki di sekolah ini sudah disambut Monyet Bekantan saja.

El menggeserkan tubuhnya hendak pergi, namun pemuda itu ikut menggesernya juga. Ia benar-benar tidak dibiarkan lewat.

Pemuda dihadapannya ini masih saja menatapnya seperti tidak menyangka. Bahkan tangannya menutup mulut secara dramatis. "Setelah sekian lama akang menunggu, akhirnya eneng kembali jua..."

"Lio..." Geraman tertahan Archiel menatap lelaki dihadapannya ini dengan tajam.

"Iya, sayang? Bahkan lo juga masih inget nama gue, El? Wah, sangat terharu nih." Balas Lio dengan mengusap airmata ghaibnya.

"Pergi!" Ketus El dengan penuh kekesalan, wajahnya pun sama sekali tidak ada ekspresi apapun. Bahkan para murid yang berada disekitarnya pun hanya bisa memperhatikan pertunjukkan ini.

Mereka memanfaatkan kejadian ini karena memang sudah lama sekali tidak terlihat. Lio dan El sudah terkenal akan keributannya. Sehari saja tidak lihat mereka ribut pun akan terasa kurang.

El memijat pangkal hidungnya pusing. Lelaki batu itu memang tidak ada perubahan, sedari dulu gemar sekali mengganggu hidupnya. Entah apa alasannya, Lio senang sekali membuat El emosi.

Telunjuk El terangkat di depan wajah Lio. "Lo—minggir sendiri atau gue yang bikin lo minggir?" Tanyanya dengan nada yang menahan emosi. Terlihat dari wajahnya yang sedikit memerah.

Lio berdeham, bisa habis dia jika El yang membuatnya minggir. Iya, dengan cara ditendang atau ditonjok.

"Tenang, El. Tenang. Disini gue ada sesuatu yang spesial buat lo."

El hanya masih menatapnya dengan datar membuat sang empu melebarkan senyumannya. Dengan cepat ia menolehkan kepalanya ke belakang dan berteriak, "COME HERE GUYSSS!!!"

Dag dug dug dag dag

Preeettt tet tet tet teeeett

Muncullah segerombol anak murid yang berasal dari belokan koridor. Mereka memakai hiasan yang sangat mencolok membuat El mengerutkan keningnya.

Disana, terdapat Samsul yang membawa gendang kecil dengan makeup menor diwajahnya. Oh ya, tak lupa dengan wig menyerupai Rhoma Irama yang ia pakai.

Lalu di sampingnya terdapat Cherry yang memakai sayap sayapan peri, dengan kacamata kotak besar seperti milik syahrini membuatnya cetar membahana. Gadis itu terlihat sangat pede dengan membawa tongkat peri yang ia pinjam dari adiknya.

Di belakang mereka berdua juga ada beberapa anak kelasnya yang membawa seruling, terompet, dan juga gitar untuk meramaikannya.

El sangat shock melihat itu semua. Pertunjukkan apaan ini? Benar-benar diluar dugaan. Ia sama sekali tidak expect akan disambut dengan cara yang konyol seperti ini.

El terkelonjak kaget ketika salah satu bapak guru sudah berada di sampingnya dengan memakai kostum yang sangat—dangdut?

Kemeja dan celana berwarna emas, kacamata hitam dengan sebuah mic yang ia pegang ditangan.

"Hey neneng Chiel~" Nyanyinya dengan nada Rhoma Irama.

"Teretew teteww—" Sahut Samsul disusul gelak tawanya. Lelaki itu merasa geli sendiri melihat penampilannya sekarang.

"Selamat atas kepulangannyaaAaAaaa~" Lanjut Pak Bimo dengan nada yang awur-awuran. Sementara El hanya meneguk ludahnya, ia merasa sedikit ngeri dengan situasi ini.

Sementara itu datanglah badut mampang yang semakin membuat El terperangah. Jangan tanyakan bagaimana ekspresi El sekarang karena itu sudah pasti menunjukkan rasa shocknya yang sangat ketara.

Lio terbahak-bahak dengan tubuh yang terus berjoget mengikuti gerakan si badut mampang ini. Mereka menyetel lagu Goyang Dumang untuk memperlengkap suasana.

Badut itu bergoyang dengan langkah mendekati El membuat gadis itu dengan cepat memundurkan langkahnya panik. Itu terasa menyeramkan!

"Woi!"

Tak ada yang tau jika ucapan yang keluar dari mulut El membuat seseorang yang berada didalam kostum badut mati-matian menahan tawanya.

TBC

LENGKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang